"Sayangnya kau yang selalu banyak bertingkah, Marysa. Suara rengekanmu yang keras, air matamu yang selalu membanjiri pipi dan ingusmu yang selalu keluar membuat orang tertawa, bukan mengasihanimu," ejekku. Lagi-lagi dia memasang wajah marah. Kali ini matanya memerah dan terdapat air mata yang menggenang.
"Ada apa denganmu? Mengapa matamu memerah? Apakah kau ingin menangis?" tanya Arnold sambil menyentuh pipi Marysa. Marysa menepisnya.
"Diamlah!" ketus Marysa. Arnold melirikku. Kami pun menahan tawa saat dia mencoba menahan air mata yang hendak terjatuh.
"Menangislah, Marysa! Kau itu anak cengeng, kau tidak bisa menahan air mata yang sudah menggenang di matamu itu," kataku.
"AAA ...." Kami menutup telinga kami karena teriakan Marysa yang sangat keras. "Mama, Papa, HOLLAND JAHAT! DIA MENGEJEKKU!" pekiknya. Aku, Arnold dan Tuan Sebastiaan menertawakan teriakan Marysa. Tangisannya pun pecah bersamaan dengan teriakan itu.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com