webnovel

57. Serangan Tak Terduga

Ye Shang tidak dapat mengeluarkan kekuatan Dewa nya untuk waktu yang lama. Karena kemampuannya yang masih rendah jadi dia tidak dapat bertahan lama menggunakan kekuatan dewa. Apa lagi sejak awal sudah di gunakan Langkah Dewa untuk mengejar Sing Poa.

Ketika mencapai batas, tubuhnya pun semakin lemah tak berdaya. Kakinya tidak kuat menopang tubuhnya seolah tubuhnya itu sangat berat. Jadi dia ikut tergeletak untuk meregenerasi kembali kekuatannya Dewa miliknya.

Kekuatan Dewa yang digunakan sangat menguras tenaga khi miliknya juga. Itulah sebabnya Bhu Beng pernah mengatakan bahwa kekuatan Dewa miliknya beradaptasi oleh kekuatan miliknya sendiri. Jika peringkatnya semakin tinggi maka kekuatan dewa didalam dirinya juga semakin kuat.

Ye Shang menyadari ada dua orang sedang mendekat. Dirinya penuh harap bahwa yang datang bukan musuh ataupun Sing Poa. Karena dirinya sudah tidak sanggup bertempur.

"Kakak lihat. Itu mereka." Terdengar suara Fang Yun.

Ye Shang kembali tenang ketika mendengar suara Fang Yun.

"Sepertinya habis terjadi pertarungan sengit disini." Fang Yuk melompat mendekati Ye Shang. "Saudara Ye, bagaimana keadaanmu."

"Uh oh... Ternyata saudara Fang. Syukurlah."

"Siapa yang menumbangkan ke tiga harimau ini? Apakah Si Tua Sing Poa?" Fang Yun cukup kaget melihat ketiga pria tergeletak pingsan tidak berdaya.

"Saudara Fang Yuk, tolong bangunkan aku untuk duduk bersila." Ye Shang tampaknya untuk bangkit duduk saja sudah tidak kuat.

"Baik." Fang Yuk dengan sigap dan hati hati mengangkat tubuh Ye Shang.

"Katakan padaku tuan Ye. Apakah semua ini perbuatan Sing Poa?" Fang Yun mengejar penasaran.

"Cukup dik. Biarkan dia beristirahat sebentar." Kakaknya yang mengetahui sifat adiknya yang mudah penasaran.

"Apakah kalian percaya kalau aku yang mengalahkan ketiga orang itu." Ye Shang mengucapkan sambil menutup matanya.

"Hahahah... Mana mungkin kau yang melakukannya. Ini pasti perbuatan Sing Poa." Ucap Fang Yun polos tanpa bermaksud merendahkan.

"Adik. Bukankah ayah sudah mengatakan untuk tidak pernah meremehkan kekuatan orang lain." Fang Yuk menegur. "Maafkan adikku saudara Ye."

"Tidak. Aku tidak menyalahkan nona Fang Yun. Dia mengatakan apa yang dia pikirkan. Tapi kau sangat berhati hati dalam berkata kata. Padahal hatimu juga menyangsikannya. Aku juga cukup sadar akan kemampuanku. Bagaimana mungkin dengan kekuatanku yang masih peringkat Bumi dapat mengalahkan mereka semua."

"Lantas. Apa sebenarnya yang terjadi? Dan dimana Sing Poa sekarang." Fang Yun menggaruk dagunya yang tidak gatal.

"Menurut prediksimu, apa yang terjadi disini Nona  Fang setelah melihat keadaan seperti ini." Ye Shang sudah mulai bangkit berdiri. Meskipun tubuhnya masih lemah namun masih kuat untuk berdiri.

Meskipun kemampuan regenerasi kekuatan nya sangat cepat namun tetap saja membutuhkan waktu untuk pulih kembali.

"Menurutku. Ketiga Harimau itu sedang mengancam mu. Mereka menghajarmu sampai babak belur lalu datanglah Sing Poa menolongmu. Tapi kau sudah keburu diserang."

"Wow... Pemikiran yang tajam dan logis." Puji Ye Shang.

"Tapi kata Ayah, Sing Poa yang mengambil cincin mu." Fang Yuk masih ragu. "Ini menandakan Pak Tua itu bukan orang baik. Lantas untuk apa pria tua itu menolongmu."

Ye Shang teringat ketika di kedai, Han Song mengatakan tentang cincin yang di ambil Sing Poa. Disana juga ada Fang Jie orang tua kakak beradik ini. Pasti Fang Jie yang mengutus kedua anaknya ini.

"Kakak. Jangan terlalu mencurigai orang." Fang Yun masih membela Sing Poa. "Pak Tua itu hanya menyukai benda benda aneh seperti kalungku. Itulah sebabnya dia ingin menukar kalungku dengan senjata yang terbuat dari Baja Hitam. Dia juga menyukai cincin Tuan Ye. Tapi karena Tuan Ye lemah, jadi dia nekat mengambil dari Tuan Ye. Ketika melihat Tuan Ye terancam oleh tiga harimau maka dia membantunya lalu pergi membawa lari cincin Tuan Ye."

"Hahahah... Hebat. Hebat." Ye Shang memuji lagi. "Nona Fang sungguh cocok menjadi detektif kerajaan. Dapat menalar sejauh itu."

"Sudahlah Saudara Ye. Jangan kau pikirkan cincin mu itu lagi. Menurut Ayah, cincin mu itu hanya terbuat dari tembaga. Tidak sesuai di tukar dengan nyawa." Fang Yuk terus menghibur.

"Bukan harganya yang membuat cincin itu begitu penting bagiku. Tapi nilainya tidak dapat di tukar dengan harta karena itu adalah sebuah warisan. ... Uhuk.... uhuk..." Ye Shang terbatuk.

Ye Shang memegang dada nya seperti ada yang sakit di dadanya. Dia seperti lambung dan hendak jatuh. Rupanya dia masih belum begitu kuat untuk berdiri.

"Tuan Ye, apa kau baik baik saja." Fang Yun dengan cekatan memegang tubuh Ye Shang. "Aku ada pil penguat tubuh dan salep untuk memoles memar di wajahmu."

"Nano Fang." Ye Shang memegang pundak Fang Yun untuk menahan beban tubuhnya yang limbung agar tidak terjatuh. Tapi itu justru membuat gadis itu tersipu. "Kalian bersaudara orang yang sangat baik. Senang bisa mengenal kalian."

"Sebenarnya kami di utus oleh Ayah untuk mengikutimu. Ayah khawatir kalau Saudara Ye berada dalam bahaya." Fang Yuk juga membantu memegang tubuh Ye Shang.

"Benar Tuan. Karena sejak kepergian Tuan dari kedai itu, tiga harimau itu juga mengikuti Tuan. Jadi ayah menaruh curiga." Fang Yun turut mendukung cerita kakak nya.

"Tolong jangan panggil aku Tuan. Karena aku tidak pantas memangku sebutan itu. Panggil saja aku Ye Shang."

"Mana boleh begitu." Gadis itu menolak.

"Kalau merasa janggal dengan sebutan itu maka panggil saja seperti panggilan kakakmu. Saudara Ye Shang."

"Tidak. Aku jauh lebih muda. Mulai sekarang aku akan memanggilmu kakak. Tentunya jika kakak Ye Shang tidak keberatan." Fang Yun tersipu dan pipinya semakin merona merah. Tak sanggup melihat wajah pemuda yang di kaguminya itu, diapun menunduk.

"Tentu saja aku akan sangat merasa terhormat dan sangat senang Adik Fang Yun." Kini Ye Shang memegang kedua pundak gadis itu dengan kedua tangannya. Tapi senyuman itu hanya sebentar saja

Dalam sesaat, Ye Shang merasakan nyawanya sedang terancam. Hawa membunuh demikian kuat mengarah kepadanya. Jelas aura ini berada jauh di atas kemampuannya. Pemuda ini hanya dapat memasang tubuh dewa miliknya untuk menahan serangan yang tidak terduga. Dia juga menyadari akan berakibat fatal jika menggunakan kekuatan dewa secara berlebihan.

"Lepaskan tanganmu bajingan." Suara pria terdengar emosi.

Thumbh....

Sebuah tendangan membuat tubuh Ye Shang terpental kebelakang. Tubuhnya langsung menabrak pohon.

"Tuan Han Song. Apa yang kau lakukan " Teriak Fan Yun.

Han Song yang melihat dari jauh, Ye Shang sedang berdekatan dengan Fang Yun menjadi marah. Tanpa memikirkannya lagi, Han Song langsung menyerang Ye Shang.

"Sungguh... perbuatan... yang licik." Sindir Ye Shang.

Han Song yang melihat dari jauh, Ye Shang sedang berdekatan dengan Fang Yun menjadi marah. Tanpa memikirkannya lagi, Han Song langsung menyerang Ye Shang.

"Sungguh... perbuatan... yang licik." Sindir Ye Shang.

Ye Shang memuntahkan darah segar ke tanah. Jelas tendangan itu sangat kuat dan dapat membunuhnya. Kekuatan Tubuh Dewa dapat menahan serangan itu hingga tidak membuat dirinya tewas. Tapi jelas membuat dirinya terluka dalam.

"Ye Shang." Fang Yun berlari mendekati Ye Shang.

"Sungguh perbuatan tercela. Menyerang tiba tiba. Apa lagi menyerang kepada orang yang lebih lemah. Kau tidak pantas di sebut seorang satria." Fang Yuk mengeluarkan pedangnya.

Next chapter