webnovel

Musuh dalam aksi

Semakin hari, hubungan antara Redo dan Yohan semakin dekat saja. Keduanya hampir setiap hari selalu terlihat mesra, jika ada kesempatan. Rasa sayang Redo tumbuh semakin kuat kepada Yohan. Sementara Yohan semakin takut kehilangan Redo.

Terkadang karena terbawa suasana, keduanya sering kelepasan bersikap mesra di tempat keramaian. Untung saja kedekatan mereka__yang memang sudah terjalin sejak mereka masih sebagai sahabat, sehingga teman sekelas tidak ada yang menaru curiga terhadap mereka. Selain itu keduanya memang tidak memiliki ciri atau tanda-tanda yang mencerminkan perilaku seks menyimpang dalam diri keduanya.

Jam istirahat, Yohan lebih memilih berada di ruang kelas saja. Ia lebih asik belajar, agar bisa mempertahankan juara umumnya.

Sementara Redo dengan terpaksa pergi ke kantin sendiri, mungkin ia akan berkumpul bersama teman yang lain di sana.

Kantin masih terlihat sepi karena jam istirahat baru dimulai, Redo sudah tidak tahan dengan perutnya yang lapar, oleh sebab itu ia datang lebih dulu ke kantin.

Setelah memsan makanan, Redo mendudukan pantatnya di kursi kantin yang memanjang. Manik matanya mengedar ke penjuru kantin. Masih terlihat sepi dan baru beberapa pelajar saja yang baru berdatangan. Redo memainkan sepuluh jarinya untuk memukul meja kantin untuk menghilangkan bosan__menunggu pesanan.

"Baksonya A'Redo," Pandangan Redo langsung terju pada Ibu Euis yang mengantar bakso pesanannya.

"Makasih Bu," Jawab Redo. Kemudian Ia langsung tidak sabar menikmati bakso yang sudah ada di hadapanya.

Baru beberapa suap Redo menikmati bakso yang Ia pesan. Tiba-tiba saja Redo di kejutan oleh sentuhan lembut, dari telapak tangan yang menjalar di pundaknya.

"Tumben sendirian?"

Suara lembut, sipemilik tangan yang merangkul di pundak Redo menyapa.

"Aku boleh ikut duduk di sini Do?"

Tanpa menunggu jawaban dari Redo, siswi itu mengangkat kakinya untuk melangkahi bangku kantin yang tidak mempunyai sandaran itu.

"Yohan mana?" Tanya Ema setelah ia mendudukkan dirinya disamping Redo.

Redo tidak menjawab pertanyaan Ema, ia menggeser mangkuk berisi bakso yang baru beberapa suap ia makan. Kehadiran Ema membuat selera makan Redo lantas menghilang. Redo juga masih kesal dengan perbuatan Ema yang sudah lancang__mengirim pesan untuk Yohan, mengatasnamakan dirinya.

Lantaran tidak mau semakin menambah emosi, Redo beranjak dari duduknya, bermaksud meninggalkan Ema.

Ternyata benar apa yang dikatakan Ozan, Redo tidak berani membahas soal pesan itu.

"Do,"

Ema menarik pergelangan tangan Redo, membuat Redo terdiam, menatap Ema, malas.

"A-aku... aku mau minta maaf," Ucap Ema dengan memasang wajah yang memelas. "Apa kamu masih marah?" Tanya Ema sambil menggerak-gerakan tangan Redo, "Maafin aku ya. pliss," mohon Ema, ia terus saja merengek, berharap mendapat belas kasihan dari Redo.

Tingkah Ema sukses membuat Redo menjadi merasa tidak nyaman. Lantaran suasana kantin sudah ramai, Redo tidak ingin ada yang berpikiran macam-macam. "Udah, nggak usah dibahas." Ketus Redo sambil melepas telapak tangan Ema yang masih mencekalnya.

Mendengar itu, senyum Ema mengembang. Ternyata membujuk Redo tidak sesulit yang ia bayangkan. "Jadi... kamu mau maafin aku?"

Redo menganggukkan kepala seraya bergumam, "hem." Setelah itu Redo kembali memdudukkan dirinya, di dekat Ema.

"Makasih ya Do," ucap Ema, bola matanya yang bulat menatap lekat-lekat wajah ganteng Redo__membuat yang ditatap menjadi gugup dan salah tingkah. Ema menggit bibir bawahnya, tatapan matanya kini beralih ke arah bibir seksi milik Redo. Redo semakin salah tingkah saja dibuatnya.

Secara perlahan telapak tangan mungil Ema ia letakan di atas paha sekal milik Redo, lalu memainkan telunjuknya di sana.

"Do,'' Ema memangil dengan suara yang lembut.

Redo mengkrenyitkan kening, ia menyingkirkan telapak tangan Ema dari atas pahanya. "Apa?"

Ema mendekatkan wajahnya di telinga Redo, terdengar ia membisikan sesuatu di sana. "Rumahku nanti malam kosong, kamu nggak pingin sekali-kali main kerumah."

Suara lembut serta mesra dari mulut Ema membuat bulu roma Redo berdiri, ia juga bergidig merinding. Ema sudah sangat pro dan berpengalaman dalam menggoda pria. Sehingga rangsangan buatan yang Ema berikan mampu membuat libido remaja__yang hendak beranjak dewasa itu, naik.

Ditambah seragam Ema yang sangat ketat, lalu kancing baju bagian atas sengaja dilepas, sehingga payudara yang masih ranum dan kenyal__membuat mata Redo tidak tahan untuk meliriknya. Hal itu juga membuat Redo harus menelan ludahnya susah payah.

Rupanya Ema menangkap basah manik mata Redo yang sedang melirik buah dadanya. Hal itu membuat senyumnya mengembang, dan kembali berbisik ditelinga Redo.

"Kalo nanti malem kamu main ke rumah, kamu nggak cuma liat. Boleh kok mau ngapain juga." Setelah membisikan kalimat itu, Ema menjauhkan wajahnya dari telinga Redo, dengan senyum yang masih mengembang. "Aduh... ni kantin panas ya?" Keluh Ema sambil mengipasi dadanya menggunakan telapak tangan. Ia juga semakin membusungkan dada, hal itu membuat Redo enggan mengalihkan tatapan matanya dari payudara milik Ema. Secara otomatis kelelakiannya menjadi berkedut, lalu menegang keras. Celana dalamnya mendadak sempit.

"Aaau..."

Teriakan Ema yang tiba-tiba membuat Redo tersentak, "K-kenapa Ema?'' Gugup Redo.

"Kayaknya kelilipan deh," ucap Ema sambil memegangi kelopak matanya, kemudian ia mendekatkan wajahnya ke wajah Redo, "tolong tiupin dong, perih."

Dengan ragu dan telapak tangan yang gemetaran, Redo memegang wajah mulus Ema, "yang mana?"

"Yang kiri," jawab Ema.

Redo meniup bola mata Ema untuk meredakan dari kelilipan. Setelah beberapa kali maniup, Ema menjauhkan wajahnya dari mulut Redo.

"Udah, makasih Do," ucap Ema sambil mengkerjap-kerjapkan matanya.

Redo hanya tersenyum tipis sambil menganggukan kepalanya. Rasa gugup masih tergambar jelas di wajahanya.

"Ohiya Do, aku ke kelas dulu. Makasih udah mau maafin aku." Ema berdiri dari duduknya, meloncati kursi kantin, Ema berdiri di balik tubuh Redo. Kemudian Ema membungkuk, mensejajarkan mulutnya dengan telinga Redo, lalu ia berbisik. "Nanti malam aku tunggu."

Ema berlalu meninggalkan Redo, kemudian ia menoleh ke arah Ozan yang sedang bersembunyi di balik tembok pendek__yang memisahkan penjual satu dengan penjual lainya. Ema mengedipkan mata ke arah Ozan, lalu melanjutkan perjalanannya menuju kantin.

Sementara Redo menatap punggung Ema, lalu ia kembali menelan ludahnya saat melihat paha mulus milik Ema__lantaran Ema memakai rok yang sangat pendek.

"Huuuuft...." Redo menghela napas panjang saat Ema sudah menjauh dari pandangannya.

***

"Emang buat apaan sih? Fotonya." Heran Ema sambil menatap layar HP Ozan yang ada gambar dirinya__seperti sedang dicium Redo. Mereka kini sudah berada di dalam kelas.

"Aku cuma pingin tau aja, kayak apa Reaksi Yohan kalo liat foto ini." Jawab Ozan, ia menarik sebelah ujung bibirnya tersenyum miring. "Kalo dia cemburu, berarti emang ada sesuatu sama mereka. Kalo udah gitu, nanti kamu bakal lebih mudah deketin Redo. Aku juga jadi gampang nyeret Yohan buat om-om." Ozan menaik-turunkan sebelah alisnya, bibirnya tersenyum penuh kemenangan.

Ema hanya bengong sambil memanggut-manggutkan kepalanya. "Licik, bener-bener licik." Heran Ema.

"Eh, gimana? Nanti malam Redo mau diajak ke rumahmu?" Tanya Ozan.

"Nggak yakin sih," jawab Ema, wajahnya terlihat ragu. "Tapi liat aja ntar, masak sih dia mau nolak gratisan."

Ozan tersenyum nyengir, kemudian ia beranjak dari bangku Ema, lantaran guru mapel sudah memasuki kelas.

***

Malam itu di ruang keluarga, Ibu Eha sedang asik duduk sambil menonton acara televisi. Ia beranjak dari sofa karena mendengar suara bell yang di tekan oleh seseoarang dari luar sana.

"Malem tante," Sapa seorang pemuda setelah ibu Eha membuka pintu.

"Selamat malam, siapa ya?" Heran ibu Eha. Ia belum pernah melihat pemuda itu sebelumnya.

"Saya Ozan tante, teman sekolahnya Yohan." Jawab Ozan ramah. "Yohan ada tante?"

"Oh... Teman Yohan," ucap Ibu Eha dengan tidak kalah ramah dari Ozan. "Ada tuh di kamar. Yuk masuk dulu."

Ozan masuk kedalam ruang tamu, ia mendudukan pantatnya di sofa, setelah ibu Eha menyuruhnya. Sementara ibu Eha sendiri berjalan menuju kamar Yohan untuk memanggil anaknya.

ตอนถัดไป