webnovel

Chapter 51: Chenchen dan Maomao

Daddy Yan akhirnya selesai membuat sarapan. Yan Mao belum bangun sampai keluarganya selesai sarapan. Daddy Yan menatap kearah Song Tianchen. Dia meminta menantunya untuk membawakan makanan pada putranya.

Song Tianchen menganggukkan kepalanya dan dia akhirnya pergi. Ketika dia datang ke kamarnya, dia melihat bahwa Yan Mao baru saja membuka matanya karena mendengarkan suara pintu.

Song Tianchen tersenyum, "Istri, kamu sudah bangun?"

Yan Mao menganggukkan kepalanya. Dia melihat kearah Song Tianchen dan merasa malu mengingat adegan tadi malam. Wajahnya sedikit memerah, ketika Song Tianchen masuk. Dia membawa nampan kayu.

"Maomao, aku membawakanmu sarapan."

Yan Mao merasa dia salah mendengarkan panggilan, segera dia mengulanginya. "Maomao?" terdengar seperti nama kucing berbulu bulat.

Song Tianchen datang mendekat, ketika Yan Mao melihatnya, dia ingin bangun. Namun pinggangnya terasa sakit. Rasanya seperti terbelah menjadi dua bagian. Yan Mao memegang pinggangnya dan menggosoknya.

Song Tianchen meletakkan nampan makanan di meja, dia membantu Yan Mao menggosok pinggangnya. Tekanan tangan Song Tianchen sangat pas, segera ketika dia memijat pinggang Yan Mao. Pria itu merasa rasa sakitnya berkurang banyak.

"Bagaimana?" ketika Song Tianchen melihat penampilan Yan Mao yang nyaman, dia bertanya dengan nada lembut. Yan Mao merasa nyaman, dia menganggukkan kepalanya. "Terasa lebih baik, sekarang tidak sakit seperti sebelumnya."

Song Tianchen tersenyum. "Kalau begitu ayo sarapan."

Yan Mao menganggukkan kepalanya, Song Tianchen menyajikan di depan Yan Mao. Lelaki itu mengambil mangkuk bubur dan mulai menikmatinya. Ada daging babi cincang didalamnya. Karena banyak bumbu, rasanya jauh lebih enak.

Masakan Daddy Yan sebenarnya juga enak. Hanya saja dia tidak bisa menggunakan bumbu yang sesuai. Namun Yan Mao masih menikmati bubur daging cincang.

Setelah menghabiskan semangkuk bubur, Yan Mao meletakkan mangkuk ke nampan. Song Tianchen mengambil nampan didepan Yan Mao dan meletakkannya di meja samping tempat tidur mereka.

Song Tianchen menatap tanda memerah pada leher halus istrinya, dia tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Yan Mao melihat kearah Song Tianchen yang menatapnya dengan senyuman lembut, dia tidak bisa menahan diri untuk merasa malu.

"Ada apa memandangku seperti itu?"

Song Tianchen tersenyum, "Lihat betapa cantiknya istriku, Maomao."

Yan Mao segera melototinya, "Kenapa memanggilku dengan Maomao, terdengar sedikit aneh."

"Kenapa? Kedengarannya lucu, Maomao." Song Tianchen menggodanya, dia mengusap rambutnya. "Mulai hari ini aku akan memanggilmu, Maomao. Mao kesayanganku."

Song Tianchen mengambil dagu Yan Mao dan mencium dibibirnya. Ini tidak seperti ciuman panas mereka semalam. Hanya ciuman menempel bibir. Yan Mao merasakan bibirnya di cium, wajahnya memerah.

"Kalau begitu aku akan memanggilmu Chenchen."

Song Tianchen mengerutkan alisnya, namanya kenapa terdengar lebih feminim. Melihat ekpresi Yan Mao menggodanya, dia menarik ujung bibirnya. "Baiklah, kamu memanggilku Chenchen, aku akan memanggilmu Maomao."

Yan Mao merasa bahwa nama itu agak lucu jika di dengar orang lain. Mungkin semua orang akan mengutuknya karena tidak berbakti pada suaminya. Sungguh, zaman kuno benar-benar merepotkan.

Ger selalu menghormati Suami mereka, jika dia memanggilnya seperti itu. Itu mungkin akan membuat Song Tianchen merasa terhina.

"Bercanda." Yan Mao segera menggoyangkan tangannya. "Aku akan memanggilmu, Tianchen."

Song Tianchen mengerutkan alisnya, "Kenapa? Panggilan Chenchen itu sangat bagus. Aku menyukainya, terdengar seperti kamu sangat menyukaiku."

Yan Mao, "....." kamu bercanda, pria besar sepertimu di panggil Chenchen didepan semua orang. Aku takut bahwa kamu akan menderita penghinaan.

Yan Mao menggelengkan kepalanya. "Aku lebih suka memanggilmu Tianchen."

Song Tianchen tersenyum, "Baiklah." Pria itu menatap kearah Yan Mao. "Maomao, aku akan pergi ke pasar. Apakah kamu ingin membeli sesuatu?"

Yan Mao mengerutkan alisnya. "Untuk apa kamu pergi ke pasar?"

"Membeli beberapa budak. Rumah ini terlalu besar, dan aku tidak mungkin membiarkanmu dan Daddy membersihkannya. Lebih baik jika kita membeli budak." Song Tianchen menjelaskannya.

Yan Mao menganggukkan kepalanya, meskipun dia bisa melahirkan, dia tidak mungkin mengerjakan pekerjaan rumah. Dia menyukai pekerjaan memasak dan membuat beberapa produk yang menghasilkan uang. Tapi membersihkan halaman dan rumah, dia tidak menyentuhnya sejak Ayah dan Daddy Yan tinggal di rumah mereka.

Lagipula membeli budak tidak illegal sama sekali disini. Hal biasa membeli beberapa budak. Song Tianchen melihat bahwa Yan Mao sedang berpikir dia mencubit hidungnya. "Apa yang kamu pikirkan? Terlihat begitu keras?"

Yan Mao merasa malu, "Bisakah aku ikut denganmu? Aku akan memilih beberapa budak untuk bekerja di rumah kita."

Song Tianchen menganggukkan kepalanya. "Tentu saja, tapi apakah tubuhmu baik-baik saja? Perjalanan ke kota benar-benar jauh?"

Yan Mao menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu khawatir. Aku akan baik-baik saja."

Song Tianchen akhirnya menganggukkan kepalanya. Lalu Song Tianchen pergi ke luar untuk mengantarkan mangkuk bubur. Daddy Yan kebetulan sedang merawat anggur. Sekarang anggur tumbuh dengan sangat baik.

Song Tianchen tidak menyangka bahwa anggurnya akan sangat subur seperti ini. Daddy Yan dan Ayah Yan menatap kearah Song Tianchen. "Tianchen, apakah kalian akan pergi?"

Song Tianchen menganggukkan kepalanya. "Ya, Ayah. Aku dan Maomao akan pergi ke pasar."

Daddy Yan dan Ayah Yan yang mendengarkan panggilan Song Tianchen. Keduanya tersenyum menggoda. Daddy Yan tersenyum lebar. "Baiklah, baiklah. Kalian pergi, kami akan merawat anggur."

Song Tianchen tersenyum, lalu dia mengeluarkan kereta dan pergi ke gerbang rumahnya. Yan Mao sudah meminum air ajaib, rasa sakitnya benar-benar menghilang. Seperti dia tidak melakukan apapun.

Yan Mao melihat bahwa Song Tianchen membawa kereta, dia juga turun dari kamar dan pergi ke depan. Kedua anak-anak menatap kearah keduanya. Yan Mao tersenyum, "Dabao, Erbao, apakah kalian ingin ikut Daddy ke pasar?"

Dabao dan Erbao menggelengkan kepalanya bersamaan. "Daddy, kami berdua ingin pergi ke gunung dan berlatih. Lalu kami akan melihat apakah ada buruan lagi hari ini."

Yan Mao menganggukkan kepalanya. "Anak-anak ini, mereka benar-benar sibuk."

Song Tianchen yang mendengarkan ucapan istrinya, dia segera tertawa kecil. "Mereka sedang menguji kekuatan mereka. Jadi lebih baik membiarkan mereka melakukan apapun yang mereka inginkan."

Yan Mao hanya menganggukkan kepalanya. Apa yang harus dia lakukan? Kedua anak-anak itu menginginkannya. Kereta Song Tianchen langsung meninggalkan halaman rumahnya. Song Tianchen mengemudi, Yan Mao sedang duduk di gerbong kereta.

Dia sedang menghitung uang yang akan dia keluarkan untuk membeli budak. Ini adalah sisa dari uang yang dia kumpulkan. Dia juga sudah membeli sebuah toko, jadi uangnya berkurang banyak.

Mereka akhirnya sampai di pasar, Song Tianchen langsung membawa kereta ke tempat perbudakan. Yan Mao turun dari kereta. Song Tianchen memegang tangannya, mereka berdua berjalan bersama.

Ketika mereka datang, penjaga toko menyambut mereka. "Tuan dan Nyonya, apakah anda datang membeli budak?"

Yan Mao mengerutkan alisnya, "Apakah ada sayuran di sini? Jika ada kami akan membelinya."

Next chapter