Irina meraih beberapa lembar kertas dari tangan Cyzarine. Ia dan Larisa membacanya lembar demi lembar kertas tersebut hingga ke bagian paling akhir.
"Cyza? Kaーkau ...."
Irina menatap Cyzarine dan memilih untuk tidak melanjutkan kata-katanya karena ia benar-benar terkejut dengan apa yang dibacanya barusan. Kedua matanya mengisyaratkan agar Cyzarine mengerti apa yang sedang dirasakan oleh wanita itu.
"Kami berdua tidak menyangka dan tidak pernah berpikir bahwa kau benar-benar membeli 1 unit apartemen termahal di distrik Arbat, Cyza!"
Larisa meneruskan kata-kata Irina. Ia meraih kertas tadi dari tangan Irina dan tidak berniat mengembalikan ke pemiliknya. Keduanya masih ternganga dan terdiam beberapa detik lamanya menunggu respon dari Cyzarine.
"Taーtapi, Cyza, dari mana kau mendapatkan banyak uang untuk membelinya? Kaーkami merasa terlalu membebani mu!"
Irina melengkapi kalimat Larisa seraya mengutarakan apa yang sejak tadi ada di dalam benaknya.
Bukan tidak mungkin Cyza memiliki banyak uang karena dia merupakan mantan menantu dari keluarga terkaya di Rusia. Namun, untuk apa Cyza membeli apartemen ini?
Irina kembali bertanya-tanya di dalam hati mengenai maksud Cyzarine membeli apartemen mewah di ibu kota RusiaーMoskow.
"Sekarang ini, aku merupakan salah satu seorang miliader wanita muda Rusia, oke! Ha ha ha!"
Cyzarine mengedipkan sebelah matanya ketika berbicara dengan kedua sahabatnya. Untuk kali pertama dalam hidupnya, Cyzarine bisa tertawa lepas seperti barusan.
"Benar, 'kah, apa yang kau bicarakan?"
Larisa membelalakkan kedua matanya. Ia bahagia sekaligus bangga atas pencapaian Cyzarine. Sedangkan Cyzarine mengangguk seketika. Ia tersenyum dengan sangat manis ke arah 2 sahabatnya.
"Aku bangga padamu. Namun, tunggu, Cyza!"
Larisa berdiri, lalu menatap Cyzarine dari atas kepala hingga ujung kaki wanita kuno tersebut.
"Jika begitu, bukan, 'kah, sebaiknya kau mengubah penampilan mu, Cyza?!"
Larisa memberikan saran kepada Cyzarine disertai dengan anggukan kepala dari Irina.
"Oh, please! Jangan ungkit hal itu, oke!"
Cyzarine sama sekali tidak peduli dengan perkataan kedua sahabatnya. Mengetahui hal itu, Irina segera berdiri dan merangkulnya.
"Cyza, pikirkanlah saran kami! Itu tidak buruk untukmu, oke!"
Irina berbisik dengan lembut dengan harapan dapat meyakinkan diri sahabatnya tersebut.
**
Kali ini, Cyzarine kalah berdebat dengan kedua sahabatnya. Ia akhirnya mengalah dan pergi mengikuti ajakan Larisa juga Irina ke sebuah salon yang masih berada di distrik Arbat.
Apakah aku terlihat aneh? Aku bahkan tidak bisa memberanikan diri menatap cermin besar di hadapanku!
Sudah 60 menit lamanya Cyzarine berada di dalam sana, tetapi hatinya tetap gelisah. Ia pun berseru di dalam hatinya dengan segala keraguan yang ada. Namun meskipun begitu, ia duduk dengan sabar menunggu hasil kreasi wanita pekerja salon yang menangani dirinya. Sedangkan Larisa dan Irina beranjak dari tempat duduk mereka menghampiri Cyzarine.
"Cyza?! Apakah ini adalah dirimu?!"
Irina memekik tidak percaya. Ia menatap Cyzarine tanpa berkedip.
"Bagaimana menurut mu, Irina? Apakah salon langganan ku mengecewakan?"
Larisa bertanya dengan bangga. Bibirnya mengembangkan senyum manis.
"Pastinya tidak mengecewakan, bukan?"
Larisa menatap Cyzarine dari atas kepala hingga ujung kaki, begitu pula dengan Irina yang sangat takjub melihat perubahan pada diri sahabatnya.
"Jangan berlebihan seperti itu!"
Cyzarine melayangkan protes kepada kedua sahabatnya.
"Aku akan memastikan bahwa semua mata pria yang memandang mu akan terjerat dengan kecantikan mu, Cyza!"
Larisa menambahkan ucapannya tidak peduli Cyzarine akan menyetujuinya atau tidak.
"Ya, benar! Kali ini aku sependapat dengan Larisa."
Tiba-tiba saja terlintas sesuatu di dalam benak Irina. Dan, tidak lama kemudian, wanita itu pun menarik salah satu bagian ujung bibirnya ke atas.
"Aku berani bertaruh bahwa Ellena akan merasa tersaing denganmu, Cyza!"
Larisa sontak tertawa, lalu disusul dengan gelak tawa Irina.
"Ha ha ha ...."
"Ha ha ha ...."
Irina kembali berbicara dengan Larisa, sedangkan Cyzarine hanya mampu berdiam diri karena ia tidak memiliki kepercayaan diri tinggi seperti kedua sahabatnya.
"Aku sedang tidak bergurau, Larisa! Kau tahu itu, bukan, Larisa?"
Tidak lama kemudian, Irina pun menjadi sensitif karena opininya tadi. Dan, Larisa segera menenangkan sahabatnya.
"Tidak, Irina! Kau tahu? Aku sedang membayangkan wajah Ellena merah padam ketika bertemu dengan Cyza besok malam! Tidak, 'kah, itu lucu bagimu?!"
Irina tertawa usai mendengarkan penjelasan Larisa. Keduanya tampak bahagia dengan pembicaraan mereka.
"Ha ha ha ...."
"Kalian berdua berhentilah berbicara
Percakapan mereka berakhir ketika seorang karyawan salon yang menangani Cyzarine memanggil nama sahabat mereka.
"Nona Cyzarine, semua telah selesai. Bagaimana menurut Anda?"
Karyawan wanita tersebut pun memberikan cermin berbentuk oval kepada Cyzarine sambil tersenyum.
"Silakan, Nona!"
Cyzarine memandangi cermin yang disodorkan oleh karyawan wanita tersebut, tetapi tidak lantas mengambilnya.
"Ayo ambil cerminnya, Cyza!"
Larisa berseru antusias kepada Czyarine. Begitu pula dengan Irina.
"Cyza, kali ini percayalah pada kamiーIrina dan Larisa!"
Irina meyakinkan Cyzarine seraya meraih kedua bahunya.
"Ayolah, Cyza! Kau harus berani!"
Cyzarine menatap Irina dan Larisa bergantian. Ia menarik napasnya dalam-dalam, lalu mengangguk.
"Oke ...."
Cyzarine akhirnya meraih cermin, tetapi ia terlihat ragu untuk menatap pantulan dirinya sendiri.
"Cyza, kau sangat cantik! Ayolah lihat dirimu yang baru!"
Larisa berseru sambil tersenyum bersama Irina.
"Benar, Cyza."
Irina membenarkan perkataan Larisa sambil mengangguk.
Ya, Tuhan. Apakah perkataan mereka berdua benar? Aku benar-benar meragukannya, batin Cyzarine.
"Oーoke ...."
Czyarine membalikkan cermin di tangannya, lalu mulai memberanikan diri menatap pantulan dirinya.
"Hah?!"
Seorang wanita muda yang cantik jelita dengan kedua alis yang hampir menyatu terlihat di cermin tersebut.
"Aーapakah ini adalah ...."
"Ya, ini adalah dirimu yang baru, Cyza."
Irina menenangkan hati sahabatnya. Begitu juga dengan Larisa yang berdiri di sampingnya.
"Cyza, mulai sekarang kau harus membiasakan diri tanpa memakai kacamata."
Larisa berkata dengan sungguh-sungguh.
"Taーtapi, aku ...."
"Benar, Nona."
Sang karyawan wanita itu pun memberanikan diri untuk mengutarakan pendapatnya.
"Jika kedua mata Anda masih normal, untuk apa memakai kacamata seperti itu? Karena tidak menutup kemungkinan bahwa tindakan tersebut justru akan memperburuk kesehatan mata Anda, Nona."
Irina dan Larisa pun mengangguk berbarengan.
"Aku sependapat dengannya, Cyza."
Irina membuka mulutnya.
"Aku pun berpikir demikian."
Larisa tidak ingin kalah. Ia pun memberikan opininya.
"Sebaiknya, gunakan kacamata seperlunya, Nona! Seperti, untuk menghindari sengatan sinar matahari saat musim panas atau gunakanlah ketika Anda berpergian dengan menggunakan kendaraan roda dua!"
Si karyawan tadi melanjutkan kalimatnya.
"Baーbaiklah, aku akan mencobanya ...."
Meskipun suara Czyarine terdengar ragu dan bergetar, Larisa dan Irina tetap tersenyum lega mendengar sahabat mereka menyetujui saran dari karyawan salon tersebut.
Rambutku! Hmm? Lembut sekali dan ... cantik! seru Cyzarine dalam hati ketika ia membelai rambut panjangnya yang kecoklatan.
**
"Hari ini berjalan sangat cepat! Entah mengapa, aku merasa seperti itu!"
Cyzarine kembali ke hotel setelah makan malam bersama kedua sahabatnya di sebuah restoran mewah. Ia merebahkan dirinya di atas ranjang besar sembari mengingat beberapa momen dirinya bersama Irina dan Larisa tadi.
"Aku berteman dekat dengan kalian sejak tinggal bersama di panti asuhan dan aku berteman dengan tulus."
Cyzarine tersenyum ketika ia membuka dan melihat-lihat foto ketika dirinya berada di restoran bersama Irina juga Larisa.
"Ya lyublyu vas oboikh!" (Arti: Aku cinta kalian berdua.)
Lelah menghampiri Cyzarine yang kesepian dan merasa terasing karena menyandang status yang baru. Ia menutup kedua matanya dengan tangan masih menggenggam ponsel.