webnovel

TOUCH ME

Hari terus berganti, Edward sudah memutuskan untuk melakukan operasi namun ia mengatakan pada Sonia dan Steve dia ada pekerjaan ke Australia selama satu bulan dan mengatakan akan tinggal di rumah adik perempuannya selama di sana.

Sonia ingin ikut, namun Edward menegaskan itu tidak akan terasa lama ia juga harus turun melihat proyek jadi Sonia akan kesepian jika tinggal sendirian juga, lebih baik di sini sehingga ia bisa pergi ke restoran atau kemanapun dia mau bersama teman-temannya.

Malam hari sebelum Edward pergi, Sonia mengira akan menghabiskan waktu dengan Edward, namun ternyata suaminya itu tidur lebih dulu. Sudah hampir 8 hari ia tidak di sentuh.

Keesokan harinya pun, Edward hanya meminta Steve yang mengantarkan nya bandara, kemudian mengecup kening istrinya.

Sembari menunggu pesawatnya, Edward sedikit berbincang dengan Steve. "Kak, tolong jaga istriku aku pergi sedikit lama!" ucapnya.

Steve mengangguk. "Tentu saja, jaga dirimu,"

Kedua saudara itu saling mengingatkan.

Mereka berpisah setelah Edward berangkat dan Steve kembali ke rumah. Sonia galau sekali ia merindukan Edward sebenarnya setelah pertengkaran mereka yang saling diam berhari-hari namun ternyata Edward seperti tak merindukan nya.

Sesampainya di rumah Edward duduk diruang tamu dan Sonia menghampiri untuk menanyakan tentang Edward. "Kak, apa suamiku sudah pergi?"

Steve menoleh dan mengangguk,"Aku luang setelah dia terbang"

Sonia kini yang mengangguk. "Son, aku mau minta maaf tentang waktu itu!"

Sonia mengernyitkan keningnya, "Tentang apa kak?"

"Kejadian di ruang balet"

Sonia mengingat kejadian yang di sebutkan oleh Steve dan wajahnya langsung memerah. "Ah itu, mungkin itu karena kesalahan saat itu aku juga terpuruk jadi tak perlu di bahas kak!" Sonia bangkit dan pergi ke kamarnya di lantai atas.

Edward tiba di bandara internasional Bandar udara Melbourne juga dikenal sebagai bandar udara Tullamarine, adalah bandara utama yang melayani kota Melbourne dan bandara tersibuk kedua di Australia. Ia tiba di sana pagi hari. Perbedaan waktu 14 jam antara New York dan Australia memang sangat jauh.

Edward menelpon adiknya yang memang sudah berada di bandara itu untuk menjemput. "Kak?" panggil seorang gadis dengan balutan baju super seksi yang memperlihatkan belahan dadanya dan sepatu kaca yang ia pakai.

"Cerine!" Edward merentangkan tangannya, ia merindukan adik yang selalu sibuk itu.

Keduanya saling melepaskan kerinduan. "Aku sangat senang begitu kamu menghubungi akan datang ke Australia, sudah berapa tahun kita tidak bertemu?"

Pertanyaan itu terlontar dari mulut Cerine, dan Edward mengingat berapa lama mereka tak bertemu.

"Mungkin dua tahun, kamu pergi tanpa menghadiri pernikahan Kakak," jawab Edward.

Cerine merengkuh Kakaknya lagi, dan Mina maaf atas itu.

"Maafkan aku, aku benar-benar tidak bisa melewatkan hal dua tahun lalu, itu mimpiku"

"Jawaban yang sama di lontarkan oleh Steve!"

"Steve? apakah dia ada di New York?"

Edward mengangguk. "Dia sedang menunggu uji klinis obat yang sedang ia kerjakan,"

"Ah, dia sangat teliti dan pekerja keras aku harap kali ini dia berhasil!"

"Tentu, aku harap juga begitu"

Keduanya berangkat ke apartemen Cerine di bilangan mewah Melbourne. Gadis itu membeli apartemen dengan keamaanan super ketat dengan uang hasil kerja kerasnya sendiri.

"Kak, jadi bisnis apa yang akan kamu lakukan disini apakah pembangunan mall atau gedung perkantoran lagi?" Cerine bertanya begitu kakaknya itu duduk di ruang tamu dan mengambil kan minum untuknya.

"Tidak, aku ingin memberitahu anda mu tapi tolong rahasiakan ini," Pembicaraan menjadi lebih penting dan membuat Cerine penasaran apa yang akan di ucapkan Kakaknya itu.

"Aku akan menjalani operasi Azoospermia, tapi tidak memberitahu tentang ini ada istriku atau pada Ayah dan Mama,"

Cerine terlihat bingung tentang nama penyakit yang di sebutkan Edward, sehingga ia langsung menjelaskan nya pada sang adik.

"Apa Sonia tidak tahu tentang penyakit ini?"

Edward menggeleng. "Aku tidak tega, dia bahkan jatuh sakit karena ingin memiliki seorang anak, jika dia tahu itu akan membuat nya depresi!"

"Tapi jika dia akan mengerti dia akan memahaminya,"

"Karena itulah aku tak jujur padanya, dia terlalu baik dan selalu memikirkan ku,"

Cerine kemudian terdiam bagaimanapun itu adalah keputusan Kakaknya. "Jadi berapa lama kakak akan tinggal di Australia?"

"Aku bilang satu bulan sampai pemulihan,"

"Okay, aku akan merawatmu!"

"Aku akan tinggal di rumah sakit karen ini sensitif aku akan lebih teliti dan akan tinggal di sana, aku mohon tolong rahasiakan ini!"

Cerine mengangguk paham.

Kemudian Edward melakukan checkup dan ia berkonsultasi lebih dulu, Dokter menanyakan apakah dia tidak ingin mencoba bayi tabung dengan istrinya atau tidak, Dokter bertanya karena Edward datang sendirian.

Namun Edward ingin melakukan operasi Varikokel. Pasien azoospermia karena varikokel sebaiknya melakukan operasi varikokel terlebih dahulu, karena biasanya setelah dilakukan operasi varikokel akan ditemukan sel spermatozoa dan Anda kembali memiliki kemungkinan untuk bisa mendapatkan keturunan dengan cara yang normal tanpa harus menggunakan program bayi tabung.

Ia masih ingin menjadi suami yang sempurna bagi Sonia.

Cerine melihat bagaimana perjuangan Edward, bahkan kakaknya itu sendirian melewati itu. Namun Edward benar-benar di rumah sakit sendirian.

Di New York Sonia bermain basket dengan Steve. Mereka saling mengejar kemudian lanjut berenang. Tiba-tiba saat keduanya sedang berenang Turin hujan tiba-tiba dan membuat Steve kaget phobia nya mulai muncul. Karena itu sudah jam malam, tidak ada pegawai membuat Sonia panik sendirian.

Ia langsung membawa Steve ke kamarnya dengan keadaan basah. Ia menenangkan Steve setelah menutup pintu dan gorden.

Steve refleks memeluk Sonia mereka dalam keadaan basah kuyup, namun entah dari mana memulai Steve mengangkat wajahnya menatap Sonia yang panik. Kemudian ia mengecup satu kali bibir Sonia.

Sonia yang menegang leher Steve langsung membelalakkan mata. "Kak!" lirihnya.

Steve menatap dalam mata Sonia, dan melanjutkan ciuman yang kini di tanggapi Sonia, rasa perempuan nya bangkit begitupun Steve. Menjalar ke leher hingga menyisakan tanda merah di sana. Steve menempatkan Sonia di pangkuannya, memegang erat pinggang gadis yang kini duduk itu. Ciumannya terus berlanjut dan Sonia memejamkan matanya kini, baju basah keduanya kini menjadi saksi bahwa pemiliknya nya sedang merasakan panas di dalam dirinya.

Satu gerakan membuat Sonia berada di bawah, Steve membuka baju atasannya dan melemparkannya entah kemana, karena ia sama sekali tak melepaskan ciumannya yang terus menjalar dari bibir hingga ke leher Sonia.

Perempuan yang seharusnya ia jaga sesuai permintaan sang adik, kini sedang menggelinjang menikmati sentuhan yang terus ia berikan, satu kecup dua kecup dan kecupan lainnya membuat Sonia menagih ingin terus lebih ingin di sentuh.

Sampai akhirnya kedua mata mereka bertemu, Sonia hanya mengangguk begitu Steve menaikan kedua alisnya meminta persetujuan.

Next chapter