webnovel

Ancaman

"Berarti kau tidak merindukanku, Aya?" Toneri menyela.

"Tidak! Kau adalah saudara yang kejam, Toneri! Sudah tahu saudarinya patah hati, malah disuruh kerja! Beginilah jadinya karena keegoisanmu, Toneri! Aku hanya merindukan Zero saat ini! Hanya Zero yang mampu mengerti diriku!"

Ayane masih bisa menyahuti ucapan Toneri, meski matanya sudah terpejam di pundak Toneri. Hanya mata yang terpejam, tapi Ayane belum benar-benar tidur.

"Ah kau jangan malu mengakui hal itu, Aya! Melihatmu menangis terharu saat pertama melihatku tadi saja sudah menunjukkan jika kau sangat mengharapkan pertolonganku. Berati kau juga merindukanku, 'kan?" Toneri mencoba menggoda saudarinya.

"Tidak!! Aku hanya merindukan Zero. Soalnya dia itu anak buluku yang paling imut dan menggemaskan," ucap Ayane sambil membayangkan betapa menggemaskan kucingnya jika mengeong ke arah Ayane.

ตอนที่ถูกล็อกไว้

สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com

ตอนถัดไป