Bianka berucap dengan sangat halus. Lalu ayah Burhan pun mengibaskan satu tangannya. Mengizinkan Bianka untuk menerima teleponnya, seraya berucap.
"Iya cepat sana! Angkat! Kalau tidak cepat-cepat nanti Betran menangis menunggu jawaban kerinduan darimu, cih benar-benar lebay anak zaman sekarang."
"Ayaaaah. Jangan iri deh haha. Bye!" tanggap Bianka dan pergi begitu saja, setelah agak menjauh dari kedua orang tuanya. Dan dia sudah berada di ruang tamu. Bianka pun merogoh kantong sakunya, menatapi ponsel itu dan mengerutkan dahinya ketika tidak mengenal nomor baru yang meneleponnya sekarang.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com