Dokter Bagaskoro memberondong pertanyaannya. Di samping beliau penasaran dengan apa yang dilakukan putranya itu, beliau juga tidak mau putranya itu terus terluka lagi dan lagi, jadinya Beliau harus extra menjaga putra dan putri polosnya itu. Dengan begitu tugas beliau menjadi ayah yang berhasil dan semakin bisa menjadi yang terbaik. Walau dokter Bagaskoro bisa menebak gerak-gerik Bisma itu tapi tetap beliau harus menyuarakan suaranya, itu adalah bukti keperdulian beliau terhadap anak-anaknya atas rasa perhatiannya.
"Iya, Pa ... hanya chat terakhir, Pa ... mengucapkan selamat tinggal kepadanya, apa tidak boleh, Pa?" balas Bisma yang balik bertanya kepada papanya. Suara Bisma terdengar sendu, tenggorokannya terasa tercekat di dalamnya, hancur, sedih, tak rela dan masih banyak lagu berkecamuk di hati dan pikirannya. Jadinya Bisma kini hanya bisa pasrah saja kepada Dzat membolak-balikkan hati ini.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com