Sudah lumayan menguras tenaga juga Bisma menuntun motor itu. Dan sekarang dia sudah sampai di depan rumah sakit dengan nafas yang terengah-engah. Pak satpam yang melihat Bisma berjalan mendekat ke arahnya dengan wajah yang sangat letih sontak beliau berhamburan dan mencoba menanyainya.
"Eh Mas Bisma? Ada apa? Kenapa kok kelihatan sangat lelah, letih, lesu begitu?" Kebetulan yang menanyai Bisma adalah pak satpam yang mempunyai motor butut yang dibawa Bisma saat ini.
Bisma yang masih mengatur nafasnya, hanya menunjuk ke arah motor yang dibawanya itu dan menaikturunkan kepalanya, baginya supaya nafasnya segera teratur dan segera bisa membalas pak satpam yang menanyainya ini.
"Lengkap sekali, Pak. Pertanyaan Bapak, ya lelah, ya letih, ya lesu, hmmm apa sangat terlihat seperti itu ya saya?" Dalam waktu seperti ini masih saja Bisma bisa bercanda. Mentang-mentang nafasnya sudah kembali normal saja, tapi meskipun begitu dia baik dan tidak marah sedikitpun kepada pak satpam itu, secara ini semua gara-gara motornya, jadi itulah yang mengagumkan dari sifat Bisma itu. Hingga membuat pak Satpam mengangguk dan cengengesan saja.
"Pokoknya ceritanya sangat panjang, Pak. Dan terutama ya karena motor Bapak ini. Sangat nakal kepada saya. Tau gak, Pak? Saya terus menuntun motor ini tau? Tadinya saya bermaksud naik taksi saja tapi kasihan kalau motor ini ditinggal, jadi ya saya tuntun seperti ini. Ya sudahlah itulah yang membuat saya lelah, letih, lesu seperti yang Bapak maksud," tambah Bisma lagi.
Tadinya pak Satpam itu masih bisa cengengesan kepada Bisma, tapi beliau sekarang menghentikan cengengesannya dan merasa bersalah kepada Bisma. Beliau menunduk dan menyesali perbuatannya, karena gara-gara motornya Bisma mengalami hal yang sulit. Pak satpam berpikiran kalau misal dirinya dipecat bagaimana? Secara telah menyusahkan anak pemilik rumah sakit yang tempat beliau bekerja itu. Bisa gawat kalau dipecat dan tidak memiliki pekerjaan lagi.
"Terimakasih ya, Pak, terimakasih atas pinjaman motornya, Bapak sungguh baik pokoknya, keren dah pokoknya." Bisma terus berceloteh dan tak membiarkan pak satpam itu berucap untuk menyesali perbuatannya. Bahkan pak satpam juga bingung dengan maksud yang Bisma ucapkan. Terimakasih? Terimakasih apa? Bukannya seharusnya Bisma marah? Kok malah sangat ramah? Begitu pikir pak satpam sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Anehnya lagi Bisma malah menyodorkan uang yang diberikan orang di jalanan tadi ke dalam genggaman pak satpam dan menambahi uang itu dengan uangnya sendiri yang ada di sakunya, menjadikan pak satpam semakin kebingungan.
"Ehhh apa ini, Mas? Kok malah?" Pak satpam berniat mengembalikan uangnya tapi Bisma hanya menepuk bahunya dan malah masuk ke dalam rumah sakit setelah sudah memarkirkan motornya. Jadi pak satpam belum siap mengucapkan terimakasih juga.
"Hmmm terimakasih mas. Itulah mengapa ternyata desas-desus dan isu itu benar, di samping mas Bisma adalah orang yang aneh namun dia juga sangat baik hati. Semoga kamu beruntung mas di dunia ini, karena kebaikanmu membuat semua orang merasa nyaman didekatmu, sungguh aku sangat berterimakasih dan beruntung bisa berbicara denganmu mas, dari kemarin aku pemasaran kepada dirimu, sekarang sudah diberi kesempatan oleh Allah dengan sedemikian rupa," tambah pak satpam dengan lirihnya. Terus menatapi Bisma yang sudah pergi menjauh darinya dan sudah terlihat mengecil itu.
Mata pak satpam seketika berubah nanar dan diusapnya dengan kasar, setelah itu memasukkan uang yang digenggamnya itu ke dalam kantongnya, tiada henti hati pak satpam bersyukur atas rezeki yang tak terduga melalui Bisma itu. Beliau pun lalu melanjutkan pekerjaannya lagi.
Sementara Bisma yang sudah hampir sampai di depan tempat ayah Bianka dirawat, dia mengendap-endapkan langkahnya, seperti maling saja rasanya, karena dia tidak mau kalau Bianka dan ibunya itu melihatnya datang, takutnya mereka salah paham dan malah membencinya. Cukup Bisma melihatnya dari jauh saja perkembangannya, itu sudah lebih dari cukup dan membuat Bisma bahagia melihat wajah Bianka yang cantik itu.
"Hmmm benarkah aku bisa mendapatkannya? Rasanya aku sungguh tidak sabaran, dan ingin segera memilikinya, tapi sepertinya akan sulit dan butuh usaha yang kuat, karena dia juga masih patah hati karena kehilangan suaminya itu. Hmmm," lirih Bisma yang terus mengintip di balik dinding dengan terus berfikir ke depannya untuk terus mendekati Bianka.
Dirinya terjingkat saat seseorang menepuk pundak Bisma dengan kerasnya membuat Bisma terjatuh dan terjerembab saking kagetnya. "Astagaaaa Papaaaa. Ops keceplosan," teriak Bisma yang langsung membungkam mulutnya. Menoleh ke arah Bianka dan cengengesan ketika Bianka dan ibu Bihana menatapnya.
Bianka dan ibunya hanya menggeleng dengan terus melihat ke arah Bisma, karena mereka masih belum jelas mengetahui kalau itu Bisma makanya mereka ingin tau siapa yang terjatuh itu.
"Kamu kenapa di sini, Nak?" tanya dokter Bagaskoro melihat Bisma yang seperti maling itu. Beliau juga menggeleng saat wajah Bisma berubah sedikit memucat dan cengengesan itu. Bahkan tangannya juga sudah diulurkan berharap papanya membantunya untuk berdiri.
Dokter Bagaskoro pun meraih tangan Bisma dan membantunya. Setelah itu Bisma menyeret papanya untuk pergi dari situ supaya tidak ketahuan oleh Bianka dan ibunya itu. "Eh ada apa, Nak? Kenapa kamu aneh sekali?" tanya dokter Bagaskoro yang sungguh tak memahami sikap anaknya yang aneh hari ini.
"Tidak apa-apa, Pa. Pokoknya ayo ke ruangan, Papa saja? Karena ada sesuatu hal penting yang ingin Bisma bicarakan kepada, Papa, ayo!" ajak Bisma dengan cepat. Akhirnya dokter Bagaskoro patuh saja dan mengikuti langkah kaki Bisma.
Sedangkan Bianka dan ibunya hanya menggedikkan bahunya, rasanya kejadian hari ini lucu juga, bagi mereka sungguh aneh sifat lelaki itu, tapi bagi mereka dianggap angin lalu saja. Karena yang terpenting adalah berdoa untuk kesembuhan ayah Burhan, itu saja keinginan mereka.
Namun Bianka yang masih kepikiran dengan lelaki yang terjatuh itu yang sosoknya yang mirip dengan laki-laki yang menolongnya waktu itu, dahinya berkerut dan di dalam hatinya membatin dengan menerka-nerka.
'Apa dia adalah si Bisma itu? Tapi masak sih dia ke sini lagi? Lalu untuk apa kalau misal dia ke sini? Apa ada kepentingan di rumah sakit ini? Tapi aneh sekali sikapnya itu, ah sudahlah biarkan saja.'
Bianka memang mendengar waktu itu semua tetangganya bilang kalau Bisma adalah anak dokter, tapi dia yang sangat sedih tidak mendengar sepenuhnya karena itu bukan urusannya, jadi dia tidak tau kalau Bisma adalah anak pemilik dari rumah sakit ini, juga memang Bianka tidak mengenal dokter Bagaskoro yang dimaksud orang-orang itu. Mungkin juga kekacauan hatinya yang membuat dia tidak bisa fokus dalam hal apapun, ditambah juga hujatan semua orang sangat ganas yang mengakibatkan hati dan pikiran Bianka sudah tidak bisa memikirkan apapun. Intinya tiada harapan dan apapun di benaknya saat ini untuk seorang lelaki, hanya yang ada harapan untuk ayahnya sembuh, itu saja. Makanya Bianka tidak tau kepentingan Bisma datang ke mari, mengira Bisma hanya bermain-main atau menjenguk temannya untuk datang ke rumah sakit ini.