webnovel

Kepulangan Aneska

"Oh gitu. Yaudah jangan di pikirin. Itu kan masa lalu Mamah dan Ayah. Yang penting nanti kamu kalo punya cowok harus yang benar-benar baik ya."

"Aneska ga mau."

"Ga mau apa?"

"Ga mau punya cowok, haha."

"Hus. Jangan gitu. Omongan itu adalah doa. Kamu ga boleh berpikir kaya gitu. Karena nanti ketika Mamah, Ayah, kakak-kakak kamu udah ga ada, siapa yang bakalan ngurusin kamu? Menemani kamu?"

"Selama ini aku bisa sendiri. Dan aku yakin kalo aku mampu untuk hidup sendiri."

"Ga suka ya Mamah kamu ngomong kaya gitu."

"Yoi maaf."

"Udah deh. Mending sekarang kita istirahat aja. Besok kan mau ke rumah Ayah kamu."

"Yoi."

Kali ini Mamah Aneska tidur dengan posisi membelakangi Aneska. Padahal biasanya Mamah Abighail tidak pernah seperti itu. Biasanya Mamah Aneska selalu memeluk Aneska sampai tertidur. Sepertinya Mamahnya kali ini benar-benar marah dengan Aneska.

Seperti biasanya juga. Aneska ketika berada di rumah Mamahnya susah sekali untuk tidur. Walaupun Aneska memang terbiasa tidur larut malam, tetapi ketika dia sedang berada di rumahnya Aneska tidak bisa tidur sampai pagi. Dan yang bisa di lakukan oleh Aneska hanya lah bermain handphone. Karena di rumah Mamah Aneska tidak ada televisi, apa lagi laptop untuk bermain games. Namun kali ini Aneska tidak bisa bermain handphone, karena handphone sudah di jual olehnya.

*****

Hari telah berganti. Kini pagi telah kembali datang. Aneska dan Mamahnya sedang bersiap-siap untuk pergi ke rumah Ayahnya.

"Kita naik apa nih? Kamu maunya naik apa? Taksi?"

"Jangan. Mahal, haha. Naik busway aja. Lagian kan kita santai ini."

"Okedeh kalo gitu sayang."

Aneska dan Mamahnya menaiki sebuah angkutan umum dari rumah menuju halte busway. Jarak dari rumah Mamahnya itu cukup jauh untuk sampai ke halte busway. Sebenarnya Aneska kuat-kuat saia jika harus berjalan kaki, tetapi Aneska tidak tega dengan Mamahnya. Akhirnya Aneska memutuskan untuk naik angkutan umum kali ini.

Sesampainya di halte busway, mereka langsung mentap kartunya dan masuk ke halte tersebut. Berdiri di depan pintu sesuai dengan jurusan yang akan di tuju.

Di dalam busway kali ini tidak cukup ramai. Mungkin karena hari ini adalah hari Minggu. Sehingga orang-orang yang biasanya bekerja dengan menggunakan busway sekarang ini sedang libur. Sehingga Aneska dan Mamahnya sekarang bisa duduk dengan tenang di dalam busway.

Jarak dari halte rumah Mamah Aneska menuju halte rumah Ayahnya juga sangat jauh. Dari Jakarta Utara menuju Jakarta selatan. Memakan waktu sekitar sejam lebih untuk sampai. Selama berada di perjalanan justru Aneska tertidur. Dan akhirnya Mamahnya lah yang memperhatikan jalan supaya tidak terlewatkan.

"Nak. Nak. Bangun nak. Satu halte lagi kita sampai." Untung saja saat ini Aneska sangat mudah untuk di bangunkan. Tidak seperti biasanya.

"Yoi Mah."

Setelah itu akhirnya mereka berdua pun sampai di halte yang berada dekat dari rumah Ayahnya. Namun tidak terlalu dekat juga. Karena untuk sampai di rumah Ayahnya mereka harus menaiki 2 angkutan umum lagi.

Kalau di suruh jalan kaki, Aneska juga akan kuat berjalan sejauh itu. Namun lagi-lagi karena dia sekarang sedang bersama Mamahnya, jadi Aneska memutuskan untuk menaiki angkutan umum.

"Assalamualaikum," ucap Mamah Aneska.

Tidak menunggu lama, kak Ana langsung keluar dan membukakan pintu untuk mereka berdua. Apalagi ketika dia mendengar itu adalah suara Mamahnya Aneska. Alias mertuanya sendiri.

"Waalaikumsallam. Loh, Mamah. Kok bisa sama Aneska?"

"Iya, jadi ceritanya panjang Na."

"Oh gitu. Aneska, kamu kemana aja? Kakak kangen tau sama kamu." Lagi-lagi kakak ipar Aneska itu memasang topengnya kembali di hadapan sang mertua.

"Yoi."

"Kok jawabinnya gitu doang de?"

"Emang harus gimana lagi? Aku mah ga kangen sama siapa pun."

"Yaudah jangan bertengkar. Kita masuk aja yu." Takut jika Aneska berbicara tentang dirinya selama ini, maka dari itu kak Ana langsung mengalihkan pembicaraan. Dia memang sangat hebat dalam hal mengalihkan pembicaraan.

"Mamah sama Aneska mau minum apa?"

"Air putih aja. Mamah haus, hehe."

"Oke Mah. Aneska mau minum apa?"

"Mau minum jus jeruk dong. Enak tuh kayanya. Seger."

"Hus. Aneska. Kok kamu mintanya yang aneh-aneh?" Mamah Aneska memarahinya.

"Itu ga aneh mah."

"Iya engga kok. Di depan ada yang jual. Bentar ya, kakak beliin dulu."

"Yoi."

Kak Ana akhirnya menuruti kemauan Aneska itu, tetapi dari rawut wajahnya dia terlihat sangat kesal dengan tingkah lakuku barusan. Tidak apa lah sekali-kali ngerjain dia. Mumpung Mamah nginep sampai besok. Dan tidak membutuhkan waktu lama, kak Ana sudah kembali ke rumah dengan membawa satu gelas jus jeruk di tangannya.

"Nih de."

"Yoi. Thanks."

"Ngomong-ngomong. Faras kemana Na?"

"Mas Faras masih kerja Mah. Belum pulang. Paling cepat dia sore pulangnya."

"Oh gitu. Ya sudah kalo seperti itu. Ayahnya kerja juga?"

"Iya Mah. Ayah lagi kerja. Baru kemarin dia pulang ke sini."

"Ohh gitu. Eh, ada cucu Omah. Sini nak." Tiba-tiba saja anak dari kak Ana itu keluar dari kamarnya. Sepertinya dia baru bangun tidur siang.

"Omah kangen banget nak sama kamu," ucap Mamahnya Aneska kepada cucu satu-satunya itu sambil terus menerus mencubitnya karena terlalu menggemaskan.

Anak dari kak Ana dan kak Faras itu memang sangat menggemaskan. Wajahnya yang cantik, kulitnya yang putih dan senyumannya yang manis membuat orang yang melihatnya pun merasa gemas. Tetapi yang jelas, dia seperti itu bukan karena keturunan dari Mamahnya. Pasti itu adalah keturunan dari Ayahnya.

Namun banyak juga orang lain yang bilang jika anaknya kak Ana itu sangat mirip dengan Aneska. Kalau kata Aneska, itu semua karena waktu kak Ana sedang hamil, dia terlalu benci dengan Aneska. Sehingga justru anaknya kini sangat mirip dengan orang yang di bencinya.

"Aneska selama ini kemana si? Kok ga bisa di hubungi sama kakak? Kakak khawatir banget loh."

"Iya. Handphone dia katanya di jambret sama orang." Mamah justru yang menjelaskannya. Aneska tidak akan sudi berbagai cerita dengan kakak iparnya itu.

"Ya ampun. Kasihan bangst kamu, Nes."

"Makanya. Di sini ada toko handphone terdekat ga? Mamah belum sempat beliin handphone buat dia. Kemarin itu waktu ketemu sama dia sangat singat. Makanya kayanya baru sekarang Mamah bisa beliin kamu handphone. Maaf ya."

"Enak banget si Aneska mau di beliin handphone baru," ucap kak Ana di dalam hati.

"Ga usah Mah. Aku ga masalah kok kalo ga megang handphone."

"Ga apa-apa nak. Nanti gimana caranya Mamah bisa bertukar kabar sama kamu kalo kamu ga pegang handphone?"

"Awas lu ya Nes, liat aja," ucap kakak ipar itu di dalam hatinya lagi. Sepertinya kak Ana kini telah memikirkan bagaimana caranya supaya Aneska tidak merasa bahagia dan senang karena akan mendapatkan handphone baru.

-TBC-

Next chapter