Setelah puas tertawa, mendadak si Tongkat Kumala Hijau menghentakkan pusakanya. Begitu tongkat di hentakkan, si Pedang Kembar Halilintar langsung terdorong mundur lima langkah ke belakang.
Tubuhnya terhuyung-huyung. Untunglah dia masih bisa mendapatkan posisinya sehingga tidak sampai jatuh tersungkur.
"Terimakasih Paman," kata Raka Kamandaka sambil membungkuk hormat.
"Hahaha … jangan sungkan anak muda. Lagi pula dia memang musuh lamaku. Jadi aku sangat ingin membuatnya mampus diujung tongkat sakti ini," ujarnya sambil mengelus-elus pusaka miliknya.
Raka akhirnya mengerti. Alasan kenapa keduanya bertarung hingga mati-matian ternyata bukan hanya demi merebut kitab sakti. Melainkan demi membalas dendam.
"Baiklah. Bagaimana kalau kita bekerja sama untuk membunuhnya?" tanya Raka mencoba-coba.
Meskipun pertanyaan itu terbilang konyol. Namun siapa tahu orang tua tersebut malah setuju?
Bukankah di dunia ini, segalanya bisa menjadi mungkin?
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com