webnovel

Chapter 13 tipis-tipis aja

Aku membenamkan wajahnya ku ke kasur dan dengan frustasi memaki diriku sendiri.

" Bisa-bisa an gw Di perkosa siang bolong " aku terlentang tak berdaya memikirkan bagaimana terpojok oleh dominasi putrianna.

" Arghh terserah lah " aku bangkit dan segera menggunakan device game untuk login, mungkin dengan bertemu Diana suasana hati ku berubah.

Aku membuka mataku dan mendapati masih di ruangan pengobatan gereja, setelah peregangan sebentar aku lekas pergi mencari Diana.

Anggota gereja yang aku temui mengatakan ia sedang berada di taman belakang, ia tampak sedang ngobrol asik dengan Tina.

Aku tidak ingin menganggu keasikan mereka memutuskan untuk pergi dan menemui tetua, namun ketika aku berbalik Tina berteriak kepada ku.

" Hai pangeran tampan, kemari lah ! " Tina berteriak dan melambaikan tangannya.

" Ada apa putri Tina ? " Aku menghampiri mereka yang sedang duduk dan minum teh.

" Ayolah, panggil aku Tina saja " ia cemberut menanggapi pertanyaan ku.

" Kalau begitu panggil aku slammet " risih dengan embel-embel aku pun membalik kata milik Tina.

" Baiklah kakak ipar " Tina memainkan suaranya dan melirik Diana.

" Hey ! Dasar anak nakal " Diana sedikit memerah karena ejekan Tina.

" Awww, kakak perempuan ku yang dingin tersipu malu didepan tunangannya " Tina makin memainkan katanya.

" Hiss, kami baru bertemu belum lama ini kau ingat cerita ku tadi ? " Diana membongkar sendiri apa percakapan yang ia lakukan dengan Tina selama ini.

Aku yang melihat kekonyolan mereka ingin ikut bermain juga, melirik Tina yang saat ini menatap ku penuh kode aku mengedipkan mata ku tanda aku bergabung.

" Memang kenapa kalo kita baru bertemu ? Apa kau masih belum mempercayai ku ? " Aku memasang wajah serius agar Diana goyah.

" Bukan begitu slammet, hanya saja itu .. aku belum siap ... Aku hany... Ahh terserah kalian saja ! " Ia segera menutup mukanya yang tampak makin memerah.

Aku mendekati Diana dan meraih tangan nya yang menutupi wajah, dengan tatapan ku yang penuh arti aku mengeluarkan cincin biru yang aku dapat waktu melawan water spike.

Ia tampak bengong melihat cincin di tangan ku, segera aku berlutut dan memasangkan cincin itu ke jari manis tidak memberinya kesempatan untuk berfikir jernih.

" Bahkan kalaupun kau belum mempercayai ku, setidaknya percaya lah bahwa aku selalu ingin melindungi mu bahkan kalau aku tidak ada di samping mu " aku menjaga aura ku agar tetap serius namun sebenarnya aku tertawa pahit, kalau putrianna tau aku melakukan ini ia akan membunuhku dengan sadis saat ini juga.

Setelah mengatakan itu aku bangkit dan memandang Diana.

ia shock tentu saja, matanya tidak fokus dan berkaca-kaca seakan tidak percaya dengan kejadian yang baru saja ia alami.

Namun inilah bagian terbaik nya, aku selalu suka ekspresi wanita seperti ini.

" Slam.. ap... Ah an.. inn ... " Ia tergagap dan mulai menetaskan air mata nya.

Hati Diana jatuh dalam kekacauan, bahagia, kaget, tidak percaya, takut, tidak siap, namun yang jelas ia bahagia, sangat bahagia sekali.

Aku hanya tersenyum dan membiarkannya merasakan kekacauan batin, wanita sangat mudah saat-saat seperti ini.

" Kau tak perlu mengatakan apapun Diana, hanya saja biarkan hatimu yang mengatakan nya " aku membelai pipi nya sembari mengusap air matanya.

Tina yang terkejut sedari tadi memperhatikan dengan diam, ia tidak menyangka kalau aku akan memberikan acara semeriah itu.

" Oh wow, Diana kau benar-benar wanita yang beruntung " Tina kembali dengan kesadaran nya, sedikit iri pada tatapan nya.

" Ah maaf aku terlalu larut dalam perasaan ku " Diana menyeka air matanya dan menstabilkan dirinya.

" Slammet ... Terimakasih " ia memegang tangan ku yang masih berada di pipinya dan menekannya dengan lembut, ia terlihat seperti kucing yang sedang di belai.

" Hey-hey kalian ingat aku masih di sini ? Apa kalian ingin aku tidak tidur malam ini karena iri ? " Tina mengerutkan keningnya saat menatap adegan kami.

" Biarlah, itu hukuman karena kau jadi anak yang nakal " Diana menjulurkan lidahnya tanda mengejek.

" Ha ha ha, akhirnya Kakak perempuan ku yang biasanya acuh mendapatkan seorang pangeran yang romantis dan menelantarkan adiknya yang manis " Tina membuang mukanya ke arah ku.

" Dan kau slammet, aku harap kau menjaga Diana dengan baik dia sudah aku anggap sebagai kakak perempuan ku sendiri awas saja kau membuatnya menangis ! " Ia menatapku dengan serius.

" Tentu saja, aku akan " mengangguk sebagai tanggapan.

Percakapan malam itu di akhir ketika lonceng gereja berbunyi tanda sudah jam 10 malam, aku tidur di kamar tamu gereja dan Diana tidur dengan Tina di kamarnya.

Aku segera tertidur karena sudah lelah batin karena kejadian di dunia nyata, namun aku bersyukur karena di sini aku bisa melupakan nya.

Di sisi lain, kamar Tina.

" Diana apakah kau mencintai slammet ? "

" Entahlah aku juga tidak tau, tapi yang jelas ada bagian hatiku yang mengatakan kalau aku menginginkan nya, ingin bergantung pada pria itu "

" Namun ada yang mengatakan bahwa aku tidak seharusnya percaya pada slammet "

" Aku melihat slammet sebagai pria yang bertanggung jawab dan pengertian " Tina membalik tubuhnya dan memandang Diana.

" Aku harap pilihan ku tidak salah, aku ingin mempercayai ia sepenuhnya namun aku takut tidak bisa menjadi apa yang ia harapkan " Diana menatap kosong ke langit-langit kamar.

" Memang nya kau tau apa yang ia inginkan ? "

" Aku ... Tidak, aku tidak tau "

" Maka cari tau lah apa yang ia inginkan "

" Dan lagi ia selalu memandang mu sebagai sesuatu yang penting Diana bahkan kalaupun fakta kalian baru bertemu "

Keheningan menyelimuti mereka berdua sesaat dan Diana membulatkan tekad nya.

" Mungkin memang ia yang di takdirkan untuk ku " dalam hati diana memantapkan hati nya.

Pagi itu aku menemui tetua, kami saat ini berada di sebuah ruangan yang tampak kosong, hanya ada sebuah kristal merah yang tergantung di tengah ruangan.

" Kemari lah nak, coba rasakan aliran mana di sini " tetua mengisyaratkan agar aku berdiri di bawah kristal.

Aku segera duduk bersila dan berkonsentrasi merasakan mana di ruangan ini, saat memejamkan mata aku bisa melihat ruangan ini penuh dengan mana elemen api.

" Panas " aku berbicara pelan.

" Bagus nak, kau sudah mampu merasakan fluktuasi mana di ruangan ini jadi aku tidak perlu mengajari caranya "

" Sekarang ulurkan tangan mu dan coba kau kumpulkan mana yang tersebar ke telapak tangan "

Aku mencoba menggiring mana yang tersebar agar berkumpul dalam satu titik, proses itu sangat menguras kekuatan mental ku.

Aliran mana aku ibaratkan sebagai air yang melayang di udara, menggiring mereka dengan Mana ku agar berkumpul.

Dalam 1 menit aku berhasil membuat sebuah bola mana, namun hanya bertahan 10 detik saat aku berusaha mempertahankan nya dalam bentuk itu.

" Hmm, cukup baik " tetua mengelus jengot nya sembari berfikir.

" Kemampuan mu cukup memadai, namun teknik mu harus mulai di tempa "

" Aku melihat kau terlalu menghamburkan tenaga dan mana mu "

" Pemikiran mu tentang mengiringi mana memang tidak salah, namun sangat tidak efektif "

" Lebih baik kau gunakan mana mu sebagai pusat dan tarik lah mana yang tersebar "

Dengan instruksi dari tetua, aku mendapatkan sebuah pemahaman baru tentang menggunakan mana.

Selama ini aku selalu mengeluarkan banyak mana saat mewujudkan elemen dan porses nya sangat tidak efektif baik waktu maupun tenaga.

Aku kembali berkonsentrasi lagi, kali ini menciptakan sebuah pusaran mana dari mana ku dan menjaga tarikan nya agar tetap stabil.

Bola mana tercipta kembali dengan menggunakan mana 1/2 dari proses awal, dan waktu pengumpulan nya lebih singkat yaitu 30 detik.

" Wow, sungguh lebih efektif " aku mengamati bola mana di tangan ku.

" Tunggu, kenapa bisa begini ? " Aku telah memperhatikan selama lebih dari 20 detik dan bola itu baru menghilang.

" Itu terjadi karena kau tidak perlu lagi membuat selubung untuk mempertahankan bentuk nya nak, dengan mana mu sebagai pusat ia akan tetap menarik mana elemen yang telah kau kumpulkan " tetua menjelaskan dengan singkat.

Waktu berlalu dengan cepat, aku mengulang proses pengumpulan mana agar tubuhku mengingat nya dengan baik.

Dengan berlatih dan beristirahat secara teratur, tubuhku tidak hanya terbiasa tetapi juga meningkatkan kontrol ku atas mana itu sendiri.

Bahkan tanpa berkonsentrasi penuh aku bisa menciptakan pusat mana, yang awalnya aku harus berfikir penuh atas hal itu sehingga belum cocok untuk pertempuran.

Kami mengakhiri sesi latihan kali ini setelah aku kelelahan secara mental, tetua memuji ku atas pencapaian ku saat ini.

Namun aku malah jadi semakin tertarik pada kekuatan yang bisa aku kuasai.

Setelah membersihkan diri, aku segera berkeliling gereja karena sejak kemari aku hanya pergi ke beberapa ruangan dan belum sempat jalan-jalan.

Dalam gereja ini banyak sekali kegiatannya, mengajar anak-anak, meramu Potion, aktivitas pemujaan, pengajaran sihir, dan pengobatan.

Hampir mirip dengan sebuah universitas namun tetap menekankan pada ajaran pemujaan nya, aku sampai pada sebuah ruangan dimana terdengar suara pedang kayu beradu.

Aku mengintip sedikit dari pintu dan mendapati Diana sedang berlatih dengan ibu tina, mereka berdua sungguh luar biasa dengan jual beli serangan yang sangat indah untuk dilihat.

Ibu Tina menyerang dengan 2 pedang cepat dan fleksibel, sedangkan Diana menggunakan pedang dua tangan gerakan nya memang kaku namun sangat kokoh dan sulit di tembus.

Dalam interaksi pedagang mereka, Diana tampak salah langkah kaki dan membuat nya sedikit goyah.

" Ada apa Diana, fokus mu hilang ! " Ibu Tina menegur sambil terus mengayunkan pedang nya.

" Anu maaf bibi, ah maksudku guru " Diana kembali fokus mengelak dan menangkis Serang yang datang.

" Apa kau masih memikirkan lamaran pria itu hmm ? " Ibu Tina makin mempercepat serangan nya.

" Apa ! Ha tidak " Diana kaget dan pertahanan nya bolong, sebuah tebasan masuk dan mengenai bahu nya.

(Buakk)

Diana tersandung mundur dan jatuh terduduk.

" Cukup latihan kali ini " ibu Tina mengambil sikap selesai berduel dan menghampiri Diana yang masih mengelus pundaknya.

" Kau tak apa nak ? " Ibu Tina mengulurkan tangannya dan menarik Diana bangkit.

" Jadi Tina mengatakan pada bibi ? " Diana tampak malu karena ibu Tina mengetahui kejadian semalam.

" Lebih bagus lagi sayangku, aku menyaksikan nya secara langsung " ibu Tina mengelus kepala Diana dengan penuh kasih sayang.

" Aku ikut senang kalau ada seorang pria yang bisa menjaga mu Diana, ia tampak seperti orang yang bisa di andalkan " ibu Tina memeluk Diana yang tampak tersipu.

" Jadi begini rasanya merelakan anak perempuan ku menikah " ia mengelus kepala Diana dengan penuh kasih sayang.

" Ahh bibi, aku belum akan menikah ! " Diana melepaskan pelukan ibu tina dengan cemberut.

" Aku tidak tau apakah akan menjadi wanita yang mampu menjadi apa yang ia inginkan, dan bahkan aku tidak tau apa yang ia harapkan " Diana tampak murung saat mengatakan itu.

Namun ibu Tina hanya tersenyum dan melirik Diana.

" Kalau begitu tanyakan lah langsung pada orang pria itu " ia berbicara menghadap ke pintu, seakan dia sudah tau aku di sini.

Padahal aku hanya mengintip sedikit dari sela-sela pintu namun persepsi wanita itu terhadap lingkungan sungguh sangat tajam.

" Aku masuk " aku mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan, Diana tampak terkejut melihat ku.

" Kau, sejak kapan ? " Diana menjaga ekspresi nya tetap tenang.

" Belum lama, tenang saja aku tidak mendengar semuanya kok " aku tersenyum.

" Nak aku membolehkan mu berada di sampingnya, namun ingat ini. Kalau sampai Diana bersedih karena mu aku akan mencari mu dan menjadikan mu salah satu patung di gereja ini " ibu Tina tampak mengeluarkan aura membunuhnya, sangat pekat dan sangat mencekik.

" Tenang saja nyonya ... "

" Panggil aku bibi mulai sekarang nak, kau kan menantuku juga kelak " ia mendekap ku dengan lengannya yang kuat, dan mengacak-acak rambut ku.

" Ah baiklah bibi sudah lelah dan harus mengerjakan tugas lain, dan sepertinya Diana ingin mengatakan sesuatu padamu nak " ibu Tina tertawa sambil meninggalkan ruangan.

Saat ini ruangan kembali hening aku menatap Diana namun ia malah mengalihkan pandangannya.

" Diafss... " Jari Diana menutup bibirku.

" Diam ! Aku ingin kita keluar nanti malam, aku ingin jalan-jalan ke kota " Diana melepaskan jarinya dan pergi keluar.

" Baiklah tuan putri, pangeran ini akan selalu mengawal mu " aku menundukkan badan ku memberikan hormat ala kerajaan.

ตอนถัดไป