webnovel

Chapter 11 panik lah masak engga

Kami melanjutkan perjalanan hingga sampai di gerbang crack town, berdiri gerbang batu setinggi 15 meter dengan banyak Pelontar panah di setiap *Battlements daerah sekitar kota memang daerah yang memiliki banyak monster sehingga rawan terjadi monster chaos.

" Kota ini seperti benteng peperangan yang kuat " aku mengagumi kemegahan kota ini.

" Tentu saja, kota ini dulu merupakan benteng pertahanan terdepan dalam perang dengan raja iblis dan juga kota dengan banyak sekali dugeon " Diana menjelaskan sejarah kota ini dengan singkat.

Setelah mengantri untuk pengecekan identitas kami masuk ke kota, disambut oleh kerumunan yang ramai kami berjalan melewati kerumunan yang sibuk.

Tidak seperti camp yang sedikit aktivitas baik ekonomi, guild, maupun misi.

Kota ini menjadi langkah awal seseorang untuk memulai kehidupan keduanya, kota ini seluas 1000km² dengan pembagian 3 distrik.

Distrik pertama tempat istana raja dan juga tempat tinggal bangsawan, bagunan khusus dan sedikit untuk guild elit dengan luas daerah 100km².

Distrik kedua merupakan tempat rakyat dan kegiatan ekonomi dan lainnya secara umum, dengan menempati 300km² distrik ini merupakan tempat pemain bisa membeli tanah baik untuk membuka toko pribadi ataupun membangun guild, berbeda dengan distrik pertama diaman untuk mendapatkan tempat di sana memerlukan sesuatu yang lebih dari uang, status, bahkan koneksi.

Dan untuk distrik ke tiga ini merupakan daerah luas diluar perlindungan benteng tapi masih merupakan daerah kekuasaan kota, disinilah letak camp pelatihan awal dan beberapa sektor pembantu milik kota.

Kami berjalan melewati distrik kedua dan sampai di alun-alun kota, tempat yang sangat ramai dikunjungi oleh pemain dan npc baik untuk bersosial, transaksi ekonomi, ataupun membentuk kelompok untuk eksplorasi.

Banyak player yang menggunakan tanda guild berlalu-lalang mengerjakan tugas, di crack town terdapat banyak guild baik yang kecil hingga besar.

Tiga guild terbesar di kota ini Arcane, Dark Rudes, dan Sekio.

Mereka menguasai bidang masing-masing Arcane dengan pemimpin mereka Chain Magician, guild dengan mage yang luar biasa.

Dark Rudes merupakan guild petarung yang kuat dengan kebanyakan dari mereka merupakan knight, mereka memberantas monster meratakan mereka tanpa sisa.

Dan yang terakhir adalah Sekio, mereka bukan guild petarung namun kemampuan utama mereka adalah Alchemist, dalam memberantas monster penemuan mereka telah di apresiasi oleh pemimpin kota dan mereka diakui dengan guild HQ mereka berada di distrik satu kota ini.

Setelah melihat keadaan kota ini aku dan Diana bergegas ke distrik satu untuk pergi ke gereja dan mengobati luka Diana.

Kami tiba di gerbang distrik satu, penjagaan di sini lebih ketat dengan perlindungan tembok marmer setinggi 10 meter dan dilapisi dengan sihir yang mencegah serangan pengepungan distrik ini terlihat menjanjikan untuk masalah perlindungan.

" Berhenti ! Kalian dua orang berjubah " dua orang penjaga dari dalam pos menunjuk kami.

" Lepaskan jubah kalian dan serahkan identitas kalian " penjaga yang akan memeriksa kami menodongkan senjata nya atas teriakan temannya.

Aku yang berada di depan melirik Diana, ia tertunduk sebentar dan maju didepan ku.

" Berhenti bergerak ! " Penjaga yang menolongku berteriak dengan panik.

Penjaga yang lain berlari dan akan mengepung kami namun Diana segera mengeluarkan kalung nya yang merupakan identitas kesatria suci Greja, segera penjaga yang menodongkan senjata nya segera menyarungkan senjatanya dan segera berlutut dengan panik.

" Maafkan hamba guardian, atas kebodohan saya tidak menyadari kehadiran anda " ia menundukkan kepalanya tanpa berani untuk menatap keatas.

Penjaga yang lain segera berhenti berlari dan memperhatikan kelakuan temannya yang mendadak berubah, namun mereka segera melakukan apa yang temannya lakukan setelah melihat kalung yang di pegang Diana.

Mereka segera mengatakan hal yang sama, hal tersebut membuat ku sedikit tersenyum.

" Hmm, dasar " aku bergumam dengan kelakuan mereka yang panik.

" Antarkan aku ke gereja " Diana berkata dengan nada berwibawa.

Setelah keributan di gerbang kami pun di kawal oleh beberapa prajurit dan menjadi bahan tonton di jalan, aku yang tidak nyaman dengan keadaan ini mendekati Diana yang sekarang berjalan di depan ku.

" Apa perlu kita jadi sirkus seperti ini " aku bicara pelan dan sedikit kesal.

" Hmm sebenarnya tidak, tapi aku juga tidak ingin setiap gang kita akan di cegat oleh penjaga dan mengulangi hal yang sama seperti tadi " Diana menjelaskan dengan tenang

15 menit kami berjalan di distrik satu kamipun sampai di sebuah bangunan dengan halaman yang sangat luas, dalam perjalanan kami pun bangunan yang berdiri dibangun sangat bagus bahkan hanya sebuah hunian seseorang berdiri seperti mansion yang megah.

Bangunan gereja sendiri setinggi 200 meter yang terbuat dari batu andesit hitam dengan pola kayu yang indah, halamannya pun selebar lapangan sepak bola dengan indah disusun dengan hiasan bunga lavender.

" Kita sudah sampai di tujuan wahai guardian yang terhormat, apa lagi yang bisa kami bantu ? " Para kesatria menunduk dengan hormat secara serentak.

" Cukup, kalian kembali ke tugas masing-masing " Diana memberikan perintah dengan penuh kewibawaan.

" Laksanakan ! " Mereka menjawab dengan gaya militer.

Setelah mereka pergi aku yang sedari tadi memperhatikan daerah sekitar kembali mendekati Diana, sudah banyak penghuni gereja yang memperhatikan kami di pintu gerbang dan ada dua orang yang mendekati kami.

" Lalu sekarang bagaimana cara mengobati luka mu ? " Aku bertanya pada Diana yang saat ini wajahnya tertutup kerudung nya.

" Tunggu sebentar aku ingin menyapa sahabat ku dulu " Diana yang telah terbiasa dengan latihan keras mampu tetep bersikap normal bahkan dalam keadaan nya saat ini.

" Baiklah tapi tetap utamakan keselamatan mu, aku tak ingin cintaku terluka " aku sedikit menggoda nya.

" Sshhh, diam lah slammet " Diana menjawab dengan nada yang bisa aku tebak malu.

Dua orang yang menghampiri kami segera melakukan penghormatan sederhana, ada satu orang lelaki yang cukup tua dengan rambut nya yang telah memutih dan yang satunya wanita yang seperti nya sudah berumur 30 an.

" Selamat datang di crack town kesatria suci Diana " pria tua itu berkata dengan penghormatan.

" Sudahlah hentikan formalitas itu ketua David " Diana melepaskan tudung jubahnya.

" Bagaimana kabarmu bibi ? " Diana bertanya pada wanita itu.

" Cukup baik sayang, apa kau kesini untuk melakukan misi ? " Wanita itu mengelus rambut diana seperti seorang ibu yang melihat anaknya pulang setelah lama tak bertemu.

" Iya bibi, aku kebetulan melewati kota ini " Diana menyembunyikan fakta tentang luka yang ia derita.

" Dan siapa kesatria gagah ini apakah kekasih mu Diana ? " Wanita itu bertanya menggoda Diana.

" Ah ... Tid ... I ... Tidak ! " Diana menjawab dengan panik, terlihat seperti anak kecil yang polos saat berbohong.

Kedua orang dari gereja tertawa ringan atas ekspresi Diana saat menjawab pertanyaan itu, aku yang ikut tersenyum dengan ekspresi nya terfikir untuk memperkeruh keadaan.

" Oh jadi begitu, baiklah aku akan pergi setelah ini " aku memainkan kata-kata ku membuatnya mendramatisir keadaan.

" Tii... dak Slammet, iya kau kekas... arghh terserah kalian ! " Ia berjalan meninggalkan kami yang tertawa riang atas reaksi Diana.

Ia segera melangkah dengan kesal kedalam gereja, sedangkan aku masih diluar dengan dua orang dari gereja.

" Perkenalkan, namaku slammet aku teman perjalanan Diana " aku memperkenalkan diri ku dengan hormat.

" Anak muda yang sopan, tidak salah Diana memilih rekan " orang tua itu mengelus jengot nya dan memperhatikan ku.

" Kau pria yang ramah slammet, aku mengijinkan mu menemani Diana " wanita itu mengomentari aku seperti seorang ibu bertemu kekasih anak perempuan nya.

" Tuan dan nyonya, percayalah aku akan menemani nya dengan baik " aku menunjuk sikap percaya diri.

Setelah itu kami berjalan masuk dan membicarakan tentang perjalanan yang telah kami lalui, aku mengatakan bahwa Diana terluka akibat serangan monster dan kedua orang itu terkejut terlebih wanita itu tampak panik dan berusaha mengejar Diana yang telah masuk kedalam gereja.

" Diana merupakan anak yang kuat jadi ia masih mampu bertahan dari dampak luka itu, namun tetap saja luka dari monater itu harus segera di tangani " pria tua itu melanjutkan langkahnya setelah terhenti akibat pemberitahuan ku.

" Aku minta maaf atas kelalaian ku " aku menundukkan kepalaku tanda penyesalan.

" Tidak nak, kau sudah melakukan yang terbaik semampu mu " pria tua itu berjalan dengan tenang setiap langkah nya di bantu tongkat kayu yang berdetak memecah keheningan koridor.

" Dan lagi aku melihat kau memiliki bakat namun harus di asah dengan benar " pria tua itu melirik ku dengan satu matanya.

Aku hanya terdiam dengan perkataan nya, dengan pengetahuan ku dalam game yang sedikit mempengaruhi kemampuan ku juga.

" Aku akan memberikan petunjuk padamu setelah ini, sekarang mari kita mengobati luka Diana " kami melanjutkan perjalanan menuju ruangan yang tampak luas.

Tampak ditengah ruangan seperti altar dan juga dikelilingi banyak tempat tidur pasien seperti di rumah sakit namun ini terbuat dari batu, ada seorang perempuan muda seumuran Diana sedang melakukan sihir pengobatan dengan dibantu oleh beberapa biarawati yang mengawasi.

Diana berdiri di bawah altar memperhatikan wanita muda itu sedang mengobati seseorang yang tangan nya putus, dengan cahaya putih membentuk bola-bola kecil yang mengelilingi bagian yang putus perlahan lengan itu tumbuh kembali seperti semula dan dalam waktu beberapa menit lengannya sudah utuh kembali.

" Kau luar biasa seperti biasanya Tina " Diana berbicara memuji wanita itu yang tampak kelelahan.

Wanita muda itupun kaget setelah melihat sumber suara, dan segera turun dari altar.

" Diana kapan kau sampai " Tina segera memeluk Diana dengan erat.

" Aww, pelan-pelan Tina aku sedang terluka " Diana meringis perlahan akibat tindakan Tina yang mendadak.

" Ah maaf, kau tak apa ? " Tina melepaskan pelukannya dan menatap serius ke Diana

" Hanya luka kecil " Diana tersenyum riang.

" Tidak, ayo segera sembuhkan luka mu " Tina menarik Diana ke atas altar dan membaringkan nya di sana.

Diana melepaskan jubahnya dan terlihat luka korosif yang berbeda di lengan nya, wanita yang lebih tua pun terkejut dengan luka nya.

" Diana kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi ! Bibi sangat cemas dengan keadaan mu " wanita tua itu memarahi Diana seperti anaknya sendiri.

" Aku tak apa bibi, dengan kemampuan penyembuhan ku aku sudah mengobati bagian berbahaya nya dan tinggal menutup luka ini " Diana menjelaskan dengan tenang.

" Ibu aku butuh beberapa bahan untuk membuat Potion " Tina berbicara dengan wanita itu yang ternyata ibunya.

" Tunggu nak akan aku minta orang mengantarkan ke mari " segera ibu Tina mencari pengurus persediaan untuk menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan.

Sementara itu lelaki tua yang bersama ku keluar tanpa berkata apa-apa, dan menyisakan aku sendiri sebagai penonton.

Setelah beberapa menit Tina memperhatikan luka di lengan Diana, ada seorang yang masuk membawakan beberapa bahan untuk dibuat Potion namun setelah Tina memeriksa nya ia segera membentak.

" kristal nya tidak ada ? " Tina bertanya dengan kesal pada orang yang datang mengantarkan bahan.

" Mohon maaf putri Tina, kristal tanaman kami habis mungkin beberapa hari baru bisa mendapatkan nya lagi dari penyedia mengingat itu bahan yang cukup sulit di dapat " orang tersebut menundukkan kepalanya tanpa daya.

" Tidak bisa, kita harus segera mendapatkan nya ! " Tina memarahi orang tersebut.

" Sudahlah Tina jangan memaki orang lain, toh aku pun tidak apa-apa " Diana mencoba menenangkan Tina.

" Aku bisa menolong orang lain tapi aku tak bisa menolong sahabat ku sendiri, maka aku tidak pantas untuk menolong siapapun " Tina berbicara dengan nada penyesalan dan tampak sedih.

" Aku bisa menunggu kok tenang saja " Diana meraih tangan Tina yang gemetar dan mengelusnya.

" Aku minta maaf Diana " Tina meneteskan air matanya dan memeluk tangan Diana.

" Aku sahabat terburuk yang pernah ada " ia masih meratapi kesedihan nya.

Aku yang tidak tahu apa-apa tentang pengobatan di dunia ini tidak dapat membantu, tapi ketika Tina mengatakan kristal aku mengingat item yang di jatuhkan tanaman berduri sialan di danau itu.

Bersamaan dengan cincin untuk hadiah Diana, aku yang tidak tahu tentang kegunaan item satunya menunjukkan nya pada Tina.

" Tunggu putri Tina, apakah item ini yang kamu cari ? " Aku mengeluarkan kristal berwarna hijau tua dari kantong ku.

" Ah benar itu ! " Matanya yang masih berkaca-kaca kembali segar setelah melihat pecahan kristal berada di tangan ku.

ตอนถัดไป