webnovel

Mengetahui

Pertanyaan Raymond selanjutnya membuat Ravi bergidik dengan nadanya yang digunakan semakin memberat dan apakah ada amarah di sana?

"Apakah dia melakukan sesuatu pada Ravi?"

Bagi Ravi tidak ada kewajiban dirinya untuk menjawab itu. Dia memejamkan matanya erat menyingkirkan suara Raymond dari pikirannya. Namun, nyatanya tidak. Raymond tetap memberondongnya dengan banyak pertanyaan.

"Apa dia menyakiti Ravi? Apakah dia memaksa Ravi untuk melakukan sesuatu?"

Air mata Ravi tanpa sadar mengalir ke pipinya dan jatuh ke bantal. Bagaimana bisa dia mengatakan apa yang dilakukannya dengan Adrian sebelum ini, itu adalah hal kotor lainnya dilakukan Ravi. Kemudian fakta bahwa Ravi setuju tentang itu sebelumnya, membuktikan bukan salah Adrian sepenuhnya. Ini juga adalah kesalahan Ravi juga yang dengan mudah stuju begitu saja, tetapi dengan penawaran sebuah kesembuahan yang tidak akan mungkin dia dapatkan Daniel, bagaimana bisa Ravi menolak itu.

"Aku baik-baik saja." Ravi hanya bisa mengatakan itu, suaranya menjadi serak karena terlalu banyak digunakan dan rahangnya sakit hasil dari sebelumnya.

"Aku yakin tidak. Adrian pasti—"

Mendengar nama itu membuat kemarahan Ravi naik, dia bangkit duduk menghadap Raymond lantas berkata cepat tidak tahan lagi untuk mengatakannya. Raymond sendiri sejak awal tidak benar-benar peduli padanya, dia mengabaikannya dan membiarkan Ravi pergi dihadapannya tanpa bertanya apa-apa. "Pasti apa yang kamu maksud? Bahwa dia meniduri aku dan kemudian membayarku dengan uang aneh itu? Kamu benar. Jadi, apa yang akan kamu lakukan sekarang?"

Ravi memperhatikan bagaimana perubahan terjadi, mata Raymond meredup hingga Ravi hanya melihat bola mata hitam di sana yang menatapnya tajam. Dia bergidik dengan tingkah Raymond padanya, merasakan sesuatu yang bahaya datang.

Raymond tiba-tiba melesat ke arahnya dan menyambar tangan Ravi sebelum dia sempat untuk menghindarinya. "Apa-apaan ini Raymond?"

"Aku harus menghilangkannya."

Ravi diseret bangkit berdiri oleh Raymond dan dia ditarik untuk masuk ke dalam kamar mandi mereka. Raymond menekan Ravi ke dinding, menahannya dengan sebelah tangan sementara tangan lainnya mengambil shower.

Dia menyemprot Ravi hingga membasahi pakaian yang Ravi kenakan sekarang. "Apa yang kamu lakukan, Raymond?"

Ravi mendongak melihat raut yang terlukis di wajah itu tanpa ekspresi menatap Ravi seolah dia ditelanjangi detik ini juga. Kepala Raymond mendekat hingga dia bisa merasakan hembusan napas hangat menerpa wajahnya saat Raymond menempelkan kening mereka. "Aku ingin menghapusnya. Aku tidak ingin orang lain menyentuh Ravi, hanya aku. Hanya aku yang bisa melakukannya."

Ravi tersentak ketika bibir lainnya mencium Ravi kasar, menjelajah mulutnya dengan lidah itu. Dia kewalahan dengan tekanan berat dari tubuh Raymond yang makin mendekat ke arahnya, dalam sekali sentakan Ravi mendorong Raymond menjauh darinya. Dia terengah-engah meraup udara dengan rakus, tetapi tampaknya Raymond tidak bisa berhenti dengan pemberontakan yang Ravi lakukan ketika pria itu justru kembali membenamkan bibirnya pada Ravi kembali.

Ravi yang sudah lelah sejak awal karena sebelumnya bergumul dengan Adrian sekarang dia hanya memiliki tenaga yang tersisa. Dia hendak merosot ke lantai, tetapi dengan sigap Raymond menahannya untuk tidak terjatuh lewat lututnya yang berada di antara kaki Ravi.

Ravi ingat betul bagaimana Raymond mengatakan sebelumnya pada Ravi bahwa dia tidak bisa memerintah Ravi seperti ini, tetapi Raymond justru melakukannya sekarang. "Mengapa kamu melakukan ini, Raymond?"

"Aku tidak ingin dia ada di tubuh Ravi." Raymond kali ini merengek, kepalanya terkulai di bahu Ravi dengan salah satu tangannya berada di pinggang. Air masih mengalir membasahi mereka berdua, rasa dingin tidak datang padanya justru hawa panas membuka tubuh Ravi erat. "Harus menghapusnya."

Raymond membuka semua pakaian yang tengah Ravi kenakan hingga dia sepenuhnya polos dihadapan Raymond. Ravi menggeleng ketika Ravi hendak menciumnya kembali. "Tidak, aku tidak ingin melakukannya lagi. Cukup."

Ravi berkata lemah, dia menatap Raymond sungguh-sungguh agar pria yang sangat jauh lebih tua darinya ini berhenti segera melakukan yang dia lakukan pada Ravi.

Tangan Raymond berhenti di udara ketika pria itu hendak meraih tubuh Ravi lagi agar lebih dekat dengannya. "Aku hanya ingin menghapusnya Ravi, dia jahat. Dia memanfaatkan Ravi."

Itu memang benar, tetapi itu juga tidak sepenuhnya benar. Rasa sakit yang Ravi alami selama ini telah hilang dari tubuhnya, dia tidak tahu apa yang Adrian lakukan, tetapi mengira bahwa itu adalah timbal balik. "Dia menyembuhkanku."

Dia berkata yang langsung membuat mata Raymond melebar, rambutnya yang acak-acakan kini turun terkena siraman air. Mata itu tetap berwarna gelap dan kali ini alisnya menukik tajam ke arah Ravi.

"Ravi itu tidak benar, dia menipu Ravi. Tidak ada yang bisa menyembuhkan Ravi selain Daniel." Raymond mengguncang bahu Ravi, hingga membuat dia sendiri sadar.

Ravi menepis kedua tangan Raymond, dia mendongak menatap pria itu kemudian mendorongnya menjauh. "Kamu mengatakannya lagi. Tidak ada yang bisa aku percayai, kamu dan semua orang sama saja. Penipu. Seolah-olah peduli, tetapi tidak lain hanya ingin menghancurkanku."

Ravi berjalan keluar meninggalkan Raymond, tetesan air dan jejak basah jatuh tertinggal sepanjang jalan yang Ravi lalui. Dia meraih handuknya dan mengeringkan asal, kemudian meraih pakaiannya. Ravi tidak bisa berada di sini bersama Raymond dalam jangka waktu lama seperti ini. Dia ingin sendirian, menunggu sampai besok dan mulai bekerja di hari pertamanya.

"Ravi aku peduli." Ravi terperanjat saat Raymond telah berdiri di belakangnya. Hingga membuat Ravi berbalik untuk menghadapinya Ravi bahkan belum mengenakan apa-apa dan tubuh Raymond basah kuyup dengan tetesan air di mana-mana..

"Jika kamu peduli, kamu pasti tidak akan membiarkan aku pergi saat itu. Tidak membiarkan aku berbicara dengannya, menyentuhku atau bahkan menjual tubuhku sendiri padanya." Ravi berkata marah. Dia menepis semua upaya yang akan dilakukan Raymond untuk mendekat padanya atau bahkan menyentuhnya.

"Karena Ravi melarangku." Ravi tidak bisa menahan dirinya untuk memutar mata.

"Kalau begitu ini bukan masalahmu, lupakan ini semua."

"Bagaimana aku bisa melupakannya Ravi? Mengetahui dia melakukan hal buruk pada Ravi, aku tidak tahan untuk—"

"Sudah cukup, Raymond." Lagi-lagi Raymond membuat Ravi mengingatnya. Jika Raymond saja tidak bisa melupakannya, bagaimana dengan Ravi yang mengalaminya?

"Atau kamu marah padaku karena aku menolakmu? Kamu iri?" tanya Ravi sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya membuat Raymond setidaknya berhenti untuk membuat suara. Dia melihat bagaimana perubahan ekspresi yang terlukis di wajah Raymond hal itu menyebabkan dia mendengus. Seharusnya Ravi mengetahui ini sejak awal. Ravi maju mendekat ke arah Raymond, jari telunjuknya telah mendarat di atas bibir pria itu kemudian turun semakin ke bawah hingga berhenti pada tonjolan yang tertutup kain basah. Dia sendiri tidak tahu apa yang dia lakukan sekarang. "Kamu menginginkannya juga? Ingin ini masuk ke dalamku?"

Next chapter