webnovel

Titik Temu

Istana Kerajaan Fikseidon

"Patentibus" Ucap Rudolf.

Tanah yang Ia pijak perlahan terbuka, Rudolf mundur selangkah, lalu Ia masuk menuruni anak tangga menuju ruang rahasia bawah tanah di pinggir danau setelah memastikan sekelilingnya aman, pintu masuknya persis di tanah dimana Ia dilihat Ellie saat bertemu Soka, pintunya hanya bisa dibuka oleh mantra yang dibacakan Rudolf.

"Ocludunt" Ucapnya lagi, seketika tanah yang terbuka menjadi tertutup lagi.

Tanpa sepengetahuan orang orang Istana kerajaan, Rudolf sebenarnya telah membawa Ellie di ruangan itu, Ellie ditidurkan diatas kasur dengan ranjang yang terbuat dari tanah, sedangkan tubuh Ellie yang saat ini terbaring dikamar Ellie, itu adalah kayu yang Rudolf sihir menyerupai Ellie, sihir yang Rudolf pelajari dari Soka sang penyihir jahat.

Tubuh laki-laki mungil itu terbaring tak berdaya, jarum transparan yang menempel dilehernya masih tertancap, sangat mudah untuk membangunkan Ellie, hanya cukup mencabut jarum itu, tapi permasalahan besarnya adalah..tidak ada yang mampu melihat jarum itu selain Soka dan Rudolf.

"maafkan paman sayang" ucap Rudolf mendekati tubuh Ellie, Rudolf membelai semua tubuh Ellie, menyusupkan jemarinya lalu berselancar disetiap inchi tubuh Ellie.

"akhh.....Mulus sekali"

"Kau memang sangat menggairahkan, tampak cantik sekali, paman menyesal menikahi bibimu, seharusnya paman menikahimu, ah lihatlah bibir merahmu ini, bagaimana jadinya jika penisku disentuh oleh bibir merahmu ini sayang" Rudolf mengeluarkan alat vitalnya, menggesekkannya di bibir Ellie.

"ouchh Ellie, hanya disentuh saja sudah nikmat sekali" racaunya. "tapi aku harus bersabar, saat keinginanku tercapai, Aku akan menjadikanmu seutuhnya milik paman, sayang" Rudolf mengajak bicara tubuh Ellie yang terbujur kaku seolah Ellie bisa mendengarnya, lalu Ia memasukkan lagi alat vitalnya kedalam celana dan pergi meninggalkan Ellie, Ia mengucapkan mantra yang sama seperti sebelumnya.

* * *

Edgar terbangun dari tidurnya, tenaganya sudah pulih, Ia memandangi wajah Olivier yang mendekap tubuh Edgar dengan satu tangan, sedangkan satu tangan Olivier menjadi alas untuk kepala Edgar, ini sudah memasuki hari keempat Mereka menjadi buron, Mereka tak menyadari jika mereka sedang diburu si kembar Sona dan Sora serta pasukan kerajaan yang dipimpin langsung oleh King Gideon.

Edgar membelai wajah Olivier, mendaratkan sebuah kecupan hangat di bibir raksasa itu, tubuh Edgar masih lengket oleh bercak hijau yang dihasilkan dari Magento, Mata Edgar tertuju pada kulit lengan Olivier yang terkelupas, sehingga bercak darah mengering masih jelas di tubuhnya, seperti hasil luka yang disayat, hatinya sedih melihat tubuh giant yang dicintainya terluka.

Olivier mengerjapkan mata karena ciuman Edgar di bibirnya, Ia tersenyum melihat Edgar yang memandangnya, "Kau sudah bangun Edd?" tanya Olivier berbasa-basi, "kenapa Kau terlihat bersedih?"

Edgar tak menjawab, Ia memperhatikan kulit Olivier yang seperti luka sayat itu dan jumlahnya banyak sekali, "Apa ini akan sembuh?" tanya Edgar sedih.

"tidak perlu khawatir, sesampainya di Femigo, Aku akan minta diobati oleh Darius, dia temanku dan juga seorang tabib yang hebat" jawab Olivier merengkuh pipi Edgar, "lagipula...ada Kau disampingku, ini tidak terasa sakit, karena hatiku dipenuhi cinta"

Edgar mencubit puting Olivier, "disaat seperti ini kau masih sempat-sempatnya merayuku" ujarnya mengerucutkan bibir.

"lantas..apa Aku tidak boleh merayu kekasihku?" tanya Olivier mengerlingkan mata, "apalagi saat ini tubuh kekasihku sedang telanjang seperti ini" goda olivier membelai paha Edgar.

"tidak akan kuberi jatah sebelum kita menyelamatkan Ellie dan menghentikan Soka" Edgar menepis tangan Olivier, Olivier tertawa pelan.

Didalam hati Edgar, Ia memang sangat menginginkan cumbuan Olivier, namun disisi lain Ia tidak ingin bersenang-senang sedangkan keluarganya dalam bahaya, sekalipun Edgar sudah tahu bahwa Ia bukanlah anak kandung Bibi Elvira dan Paman Edward, namun keluarga itu sudah mengurusnya hingga Edgar sedewasa ini, apalagi Ellie, Edgar sudah menganggap bocah itu adiknya sendiri, oleh karena itu di kepalanya hanya ada Ellie dan Ellie.

Edgar bangkit dari tidurnya, Ia berdiri dalam keadaan telanjang, sesungguhya alat vital Edgar sangat besar untuk manusia seukurannya, "bisakah kita melanjutkan perjalanan olly?".

Olivier mengangguk, Ia mengambil pedangnya, dan merobek bagian bawah celananya sebatas lutut, tanpa terkecuali, kiri dan kanan, lalu memotongnya hinga berbentuk kain panjang, "Aku tidak mau tubuh telanjang kekasihku dilihat oleh semua orang" ujar Olivier mengikatkan kain celananya seperti handuk yang melilit di pinggang Edgar.

"selesai, dengan begini Aku akan tenang membiarkanmu berjalan" ujar Olivier setelah selesai mengikat kedua sisi kain di pinggang Edgar.

"ah--, Aku lupa jika pakaianku robek oleh raksasa sialan itu" Gerutu Edgar, "kau seperti memakai celana pendek Olly" ujar Edgar melihat Olivier yang kehilangan setengah celananya, "tapi tidak masalah, kau tetap Giantku yang tampan" Edgar menyentil selangkangan Olivier.

Olivier mengambil ilalang dibawahnya, lalu mengikat ilalang itu, membentuk sebuah cincin, "Eddy" ujarnya memegang tangan Edgar, "setelah semua ini selesai, berjanjilah padaku bahwa Kau akan menikah denganku".

Edgar tersipu malu, wajahnya memerah, Ia memeluk Olivier yang masih duduk diatas padang rumput, "apa ini sebuah lamaran?" tanya Edgar melepas pelukannya.

"bisa dikatakan seperti itu" jawab Olivier, "Aku akan mengganti cincin ini setelah semuanya selesai, namun untuk saat ini, maukah kau menerima cincin ilalang buatanku ini?" Olivier menyodorkan ilalang yang Ia bentuk cincin yang seolah berhias mutiara karena ikatan simpul dari ilalang tepat diatas cincin itu, "anggap saja ini sebagai keseriusanku ingin mempersuntingmu".

Edgar mengangguk, Ia membiarkan jari manisnya dipasangkan cincin buatan itu dan ternyata pas di jari Edgar, "lihatlah! ini pas dijariku" teriak Edgar gembira, "apa Aku terlihat gagah dengan ini?" Edgar mengangkat tangannya keatas, melihat cincin ilalang yang terpasang di jari manisnya.

"tidak ada bedanya Ed" jawab Olivier jujur.

"kau tidak bisa berbohong sedikit untukku, menyebalkan!" gerutu Edgar.

Olivier membelai wajah kekasihnya yang mungil, Ia memegang dagu Edgar dengan jari telunjuknya,"karena mau terpasang atau tidak di jarimu, kau selalu terlihat gagah, tampan dan menggemaskan" jawab Olivier mencium bibir Edgar.

"kau milikku selamanya, tak akan aku biarkan seseorangpun mengambilmu dariku" ujar Olivier setelah mengecup bibir Edgar.

"dan ini-" Edgar gantian mengecup bibir Olivier, "Giant ini adalah milikku" balas Edgar tersenyum.

"kita harus mencari Air untuk membersihkan tubuhmu, Ed" Olivier bangkit dari duduknya, "mau kugendong?" Olivier menawarkan.

Namun Edgar menggeleng, "Aku ingin jalan beriringan, itu lebih baik" Edgar menggengam tangan Olivier.

Keduanya berjalan meninggalkan Morza Land melanjutkan perjalanan ke Femigo, saling bergandengan tangan, tangan besar dan tangan mungil yang saling memegang erat, sesekali mereka berpandangan penuh rasa cinta dihati keduanya, tanpa mereka sadari ada empat pasang mata yang memperhatikan mereka sejak pertarungan Olivier dan Edgar melawan magento tadi.

Sona dan Sora keluar dari balik pohon yang tak jauh dari lokasi yang ditinggalkan oleh Olivier dan Edgar.

"Apa kau lihat sora?" Tanya Sona, "kenapa Aku menjadi tidak tega untuk menghabisi mereka, lihatlah cinta yang mereka rasakan, aku bahkan seperti ikut merasakannya"

"Aku--aku merasakannya juga, itu sangat indah, indah sekali" Sora terisak dalam tangis haru, "Aku bahkan belum pernah melihat yang seindah ini".

"tapi ini tugas dari Soka yang agung, bagaimanapun juga kita harus membawa mereka" ujar Sona dengan raut wajah murung.

Sora ikut murung, pada dasarnya wilayah Suura bukanlah wilayah jahat, sekalipun mereka menggunakan sihir hitam, namun kegelapan yang menyelimuti wilayah itu tidak sama dengan hati para penduduknya, Fikseidon sebenarnya sudah menjadi kerajaan yang aman, ketamakan Soka lah yang membuat semuanya menjadi seperti ini.

Sona dan Sora sadar, betapa pentingnya cinta seperti yang dimiliki Edgar dan Olivier harus disebarkan, tak perduli dari wilayah mana berada, semua berhak saling jatuh cinta, selama ini mereka terpaku pada peraturan yang tidak memperbolehkan seseorang dari wilayah berbeda untuk menyatukan cinta, itulah sebabnya masing-masing wilayah tak memiliki interaksi sosial.

"Sona, apa sebaiknya kita membawa mereka hidup-hidup, Aku tidak ingin menyakiti salah satu dari mereka" ujar Sora kepada saudari kembarnya.

"Aku juga berpikir seperti itu, sepertinya kita harus memakai startegi snow white" sahut Sora memandangi saudarinya.

Sona mengernyitkan dahi, tak mengerti apa yang dimaksud Saudarinya, "strategi snow white?"

"dasar bodoh!!" Sora menjitak kepala saudarinya, "Apa kau tidak pernah membaca legenda itu!?" bentaknya dengan suara keras.

"mana Aku tahu!!" Sona tidak mau disalahkan.

"sini telingamu!" Sora menarik telinga saudarinya, lalu membisikkan sesuatu yang hanya mereka saja yang tahu, Sona tertawa terkekeh.

"kenapa kau tertawa?" Sora kembali memberikan jitakan pelan ke kepala saudarinya.

"lidahmu menggelitik telingaku bodoh!!" maki Sona, "lagipula kita ini penyihir, kita bisa melakukan telepati, kenapa kau harus berbisik padaku"

Sora menepuk dahinya, "ah--iya juga, Aku tidak berpikir kesana, dengarkan Aku!.." Ujarnya menatap mata Sona, lalu kedua saudari kembar itu saling tatap dalam diam cukup lama.

"baiklah, Aku mengerti" sona tersenyum, tak ada lagi seringai senyum jahat dikedua saudari kembar yang cantik itu.

* * *

Istana Kerajaan Fikseidon

Ratu Clarinda berjalan sangat cepat diiringi beberapa pengawal kerajaan, Ia terlihat terburu-buru masuk kedalam kamar Ellie, didalamnya sudah ada Claudia dan David, Claudia tampak menangisi Ellie, itu terlihat dari air mata yang masih mengalir sedikit dari kedua kelopak matanya.

"Apa kalian sudah memanggilkan tabib?" Tanya Clarinda cemas, Ia melihat tubuh Ellie yang tertidur diatas ranjang.

"salam hormat yang mulia Ratu" Claudia dan David serentak memberikan salam penghormatan sat menyadari Ratu Clarinda masuk kedalam kamar Ellie.

"mohon ampun Ratu, tabib kerajaan sudah memeriksa keadaan Ellie, namun tabib tidak berhasil mengetahui apa yang menjadikan Ellie seperti ini" jawab Claudia berusaha menyeka Air matanya.

"Tabib kerajaan mengatakan jika Ellie sudah mati" Ketus David, wajahnya sangat bahagia.

"jaga ucapanmu David!!" bentak Claudia, "mohon ampun yang mulia Ratu, hamba tidak bermaksud kasar dihadapan Ratu" ujar Claudia duduk bersembah lagi.

"Apa kau memiliki tabib yang lebih piawai dengan hal seperti ini Clau?" tanya Ratu Clarinda.

Claudia tiba-tiba teringat Darius, kekasihnya yang terpaksa Ia tinggalkan karena menjadi selir King Gideon, Darius memang Tabib yang handal, tak ada yang tidak mampu ia sembuhkan, bahkan kekuatannya bisa membangunkan orang yang telah mati untuk beberapa waktu, kekasihnya saat ini berada di Femigo, itu artinya Claudia harus ke Femigo, Claudia sangat bahagia, dengan begitu, Ia bisa bertemu kembali dengan Darius.

"Yang Mulia Ratu, hamba memiliki teman yang mampu dalam hal ini, jika diperbolehkan, izinkan hamba untuk menemuinya di Femigo"

Claudia harap-harap cemas, Ia khawatir tidak diperbolehkan, namun Darius satu-satunya yang bisa membantu mereka, selain Claudia memang tulus membantu Ellie, Ia juga ingin menggunakan kesempatan ini untuk bertemu kekasihnya, tak ada pihak kerajaan yang tahu bahwa diam-diam Claudia masih sering bertukar kabar dengan Darius.

"Baiklah Clau, silahkan" jawab Ratu lembut, "bawalah beberapa pengawal untuk menemani perjalananmu"

Claudia sangat bahagia, Ia masih terkejut jika dipercayakan mandat oleh Ratu Clarinda, "Ellie, terima kasih, dan tunggu Aku segera" ujar Claudia didalam hati.

Ya, Claudia memang harus berterima kasih, jika tidak karena Ellie, dia mungkin tidak akan bertemu lagi dengan Pria yang masih Ia cintai itu.

"Yang Mulia Ratu, Hamba mohon pamit" Claudia membungkukkan badan lalu pergi meninggalkan Ratu Clarinda dan juga si centil David.

"David, jaga Ellie baik-baik hari ini, Aku masih memiliki beberapa urusan selama King tidak ada ditempat" Ratu Clarinda meninggalkan David yang menggerutu karena diberi tugas menjaga orang yang tidak Ia sukai.

Setelah memastikan orang-orang sudah pergi, David mengeluarkan kipas mungilnya, Ia memukul kepala Ellie, mereka tidak tahu bahwa itu Ellie yang palsu.

"selir sialan!!" Maki david, "kau menyusahkanku saja" Ia menjambak rambut Ellie dengan kasar membuat rambut Ellie yang sedikit panjang menjadi berantakan, "bahkan kai sudah mati saja, Aku masih membencimu" hina David.

David bersiap-siap ingin memukul lagi, namun bunyi pintu kamar terbuka membuat David mengurungkan niatnya, melihat rambut Ellie yang berantakan akibat jambakannya, David segera bersembunyi dibawah kolong ranjang, Ia takut jika disalahkan.

David mengawasi langkah kaki orang yang masuk, tampak sepatu boots berwarna hitam mengkilat mendekat ke ranjang Ellie, "apakah itu King? tapi itu tampak seperti sepatu bangsawan" David betanya-tanya didalam hati.

"Orang-orang bodoh!!" maki suara itu.

David mengenal suara itu, itu Rudolf, "ada perlu apa penasehat itu?" David yang memiliki sifat kepo semakin penasaran, Ia berusaha diam tidak bergerak dibawah sana.

"ternyata cukup mudah mengelabui mereka, Aku harus menyembunyikan tubuh Asli Ellie, kalau sampai Soka tau Ellie adalah keturunan dari King Henry, bisa bisa Ellie akan ditumbalkan" Ujar Rudolf berbicara sendiri, Ia mengusap tubuh palsu Ellie, memasang mantra lagi agar tak ada yang sadar jika itu bukanlah Ellie yang sebenarnya, Rudolf memang belum mengetahu bahwa Edgar dan Ellie sebenarnya bukanlah kakak adik kandung.

Rudolf melangkah keluar meninggalkan Kamar Ellie, setelah pintu tertutup, si centil David keluar dari persembunyiannya, Ia tersenyum sinis penuh kemenangan, "jadi--mayat sialan ini bukan Ellie yang asli" ujar David menyeringai.

"Oh tumbal ya" David terlihat memiliki sebuah ide, "Aku harus menemui Soka diam-diam, Aku akan memberitahukan pada penyihir itu jika Ellie adalah salah satu keturunan King Henry, dengan begini, Ellie akan ditumbalkan, dan sainganku dalam memperebutkan Penis king jadi berkurang"

David tertawa puas, Ia mengipas wajahnya, lalu pergi meninggalkan kamar Ellie, "King Gideon, bersiap-siaplah kembali bersarang dibokongku, akhhh" David berteriak kecentilan.

"Pengawal!!" teriak David dengan manja, "jaga baik-baik pintu ini, Aku ada urusan yang lebih penting menyangkut harkat dan derajat bokongku".

Ia berjalan ke area belakang Istana, menuju kandang kuda yang dipergunakan oleh beberapa pengawal, Ia menghampiri seorang pengawal yang memiliki badan gagah seperti Edgar, Pengawal itu baru saja memasukkan kuda ke kandangnya.

"Diego" panggil David, membuat Pengawal yang Ia panggil menoleh dan tersenyum.

"ada apa David sayangku, Apa kau ingin kembali merasakan hujaman penisku seperti dulu? kebetulan semenjak kau menjadi selir King, aku merindukan bokongmu sayang" ujar Diego mesum, entah apa maksud dari mereka berdua, sepertinya David dan pengawal bernama Diego pernah mempunyai hubungan.

"Aku akan memberikanmu kenikmatan lagi Diego, tapi dengan satu syarat" David meraba selangkangan Diego.

"Apa syaratnya David?" tanya Diego bersemangat.

"bawa Aku menemui Soka di wilayah Sura"

"ss--soka penyihir tua itu?" Tanya Diego memastikan, Ia sedikit terbata-bata, lagipula siapa yang tak mengenal Soka di penjuru negeri ini.

David mengangguk.

"Baiklah, demi bisa menyodokmu lagi, akan kuantar kau menemui Soka sekarang" Ujar Diego menggenggam tangan David.

To Be Continued.

_________________________________________

Next chapter