Sesaat perbincangan ini selesai, sebelum pulang Chintya ikut memakai toilet. Semenit, dua menit Chintya akhirnya ke luar di menit ke lima. Menurutku, lima menit di toilet yang hanya untuk buang air kecil, itu terlalu lama. "Apa yang dilakukan Chintya?"
Ku lihat dari jauh, Pricilla datang berjalan pelan menuju ke arahku. Tatapan matanya mengisyaratkan bahwa ada satu hal lagi yang ingin ia tanyakan padaku.
Saat Chintya berada di depanku, matanya yang sedari tadi menyoroti tajam wajahku, seketika bergenang air mata. "Kamu kenapa, Kak?" Tanyaku heran.
"Apa ini?" Pricilla menunjukkan secarik kertas yang sudah lecek. "Apa itu?" Aku pun mengambil surat itu dan membacanya. Setelah melihat dan membaca isi surat tersebut, aku menatap Chintya. Terdiam sejenak dan tak tahu apa yang harus ku jelaskan pada Chintya.
"Arini! Katakan lah bahwa ini tidak benar! Ayo Arini ... Katakan!" Teriak histeris Chintya membuatku berderai air mata. Lidahku terasa kaku, tak dapat berbicara pada Chintya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com