webnovel

2nd Perpisahan

Asheel berhasil mendarat di Kuil Kekacauan, dan segera, dia disambut oleh Merlin, Flora, dan Zora yang mendekatinya. Dia berjalan dan duduk bersebelahan dengan Ophis dan Sera.

"Asheel, apakah Britannia sudah dapat melakukan kontak dengan dunia luar?" tanya Merlin segera.

Asheel mengangguk, "Ya, tapi itu masih terserah kamu tentang bagaimana pendekatannya. Jika Britannia mengalami invasi, aku tidak akan turun tangan atau melakukan tindakan apapun yang mampu membantu kalian. Omong-omong, sebagian besar mantra sihir yang tercatat di Nameless Spellbook berasal dari sini, jadi kamu tidak bisa menggunakan keunggulanmu dalam ketidaktahuan musuhmu saat menghadapi cara merapal mantra sihir yang kamu keluarkan."

"Yah, aku sudah tahu. Masalah ini akan sangat menurunkan keefektifan tempurku. Tapi aku masih bisa melakukan hal yang sebaliknya. Jika aku menggunakan cara merapal penyihir dari Britannia, maka para penyihir di dunia ini mungkin akan bingung dan tidak tahu. Masalahnya adalah waktu, berapa lama mereka akan berhasil mengatasi sihir dari Britannia?" Merlin berkata sambil memikirkan kata-katanya sendiri.

"..." Asheel menatap Merlin dengan ekspresi aneh. "Merlin, kau hanya terlalu banyak berpikir."

"Hah? Apa maksudmu?" Merlin bingung.

"Bukankah kau hanya terlalu meremehkan dirimu sendiri?" Asheel mengatakan.

Tidak seperti yang diharapkan, Merlin malah mendengus jijik: "Apa yang kau tahu? Keselamatan adalah yang utama! Aku tidak akan pernah bisa percaya diri jika belum seratus persen yakin mampu mengalahkan musuh!"

"Berarti kamu selalu tidak yakin selama ini?" tanya Asheel.

"Aku hanya berhati-hati, oke?" Merlin memalingkan wajahnya. "Lagipula, aku harus selalu siap jika menemui keadaan terburuk."

"Keadaan akan selalu memaksamu untuk keluar semua, pertarungan juga merupakan perjudian. Kamu tidak harus selalu bergantung pada kepastian." Asheel mengatakan omong kosong dengan wajah serius.

"Terima kasih atas saranmu, tapi itu sama sekali tidak berguna bagiku." Merlin mendengus ringan.

"Asheel, kau tidak akan berkunjung terlebih dahulu? Bagaimanapun, sudah lama bagimu bertemu kenalanmu disini." Sera tiba-tiba bertanya.

"Itu hanya dari perspektifku, waktu disini bejalan lebih lambat. Waktu satu tahun yang aku alami saat di Britannia mungkin hanya satu hari disini." Asheel mengangkat bahu.

Berjalannya waktu di dimensi miliknya dihitung hanya pada saat Asheel mempertahankan kesadarannya. Jadi, saat Asheel sedang hibernasi, seluruh waktu di dimensi miliknya berhenti untuk menghindari kritis yang seolah-olah bisa terjadi kapan saja.

"Berarti, beberapa bulan sudah berlalu, bukankah kamu harus memberitahu mereka agar tidak khawatir padamu?" Sera bertanya seolah sedang mendesaknya.

"Kau hanya ingin aku bertemu Robin, kan?" Asheel menatap curiga pada Sera.

"Lupakan, biarlah ini menjadi kejutan untuk mereka." Sera tiba-tiba menyerah saat dia menyentuh perutnya sendiri.

Bahkan belum membentuk embrio, tapi dia bersikap seolah-olah sudah berisi.

"Hmm..." Asheel tiba-tiba mendekatinya dan bersandar di pahanya.

Sera membiarkannya karena mereka sering melakukannya, tapi kali ini Asheel melakukannya dengan motif lain. "Aku tidak bisa mendengarnya..."

"... Tentu saja, ini bahkan belum genap satu hari." Sera menggelengkan kepalanya. Alasan dia bisa megetahui jika dirinya telah hamil karena dia juga menggunakan kekuatannya untuk mengarahkan semen Asheel. Setelah itu, dia harus memastikan apakah prosesnya berjalan lancar atau tidak.

Melihat Asheel sangat pemalu saat ini, Sera lalu mengangkat pakaiannya, memperlihatkan perutnya yang cantik.

Pusarnya sangat cantik, kulit perutnya mengkilap seperti permata, dan terakhir, itu sangat langsing dan membentuk kurva sempurna.

Meski sedang hamil, keberadaan individu bernama Seraria Yrillgod masihlah yang paling sempurna.

"Asheel, nakal." Sera tersenyum kecil saat melihat Asheel sedang memandangi perutnya seolah ingin menjilatinya.

Asheel mengabaikannya dan menaruh kepalanya di perutnya, mendekatkan telinganya seolah sedang mencoba mendengarkan sesuatu yang samar.

"Sungguh tindakan yang tidak berguna." Merlin mencemooh. "Untuk eksistensi sepertimu, tidak perlu tindakan seperti itu hanya untuk memastikan sebuah kehidupan."

Sera menatap Merlin dengan tatapan seolah-olah agar pengertian. "Orang ini memiliki fetish perut."

"..." Merlin terdiam sejenak, sebelum ekspresinya berubah menjadi bingung. "Aku tidak pernah mengerti pikiran seorang pria saat menyangkut hal-hal seperti itu."

Saat itu, Zora tiba-tiba juga mengangkat pakaiannya dan memperlihatkan perutnya. Dia menatap perut Sera dan perut miliknya bolak-balik.

Mengetahui apa yang sedang dilakukannya, alis Sera berkerut tidak senang. "Asheel lebih memilihku, jangan menggoda Asheel seperti itu, dia tidak akan tertipu oleh tipuanmu, Faker!"

Zora buru-buru menurunkan pakaiannya saat dia tersipu malu. Sebenarnya, dia melakukannya tanpa sadar.

Baru saat itulah Sera melihat Asheel yang sedang memandangi Zora dari atas ke bawah.

"Asheel!"

Sera memutar pinggang Asheel hingga tampak terpelintir, tapi Asheel seperti tidak merasakannya.

"Tidak, aku hanya memastikan kemiripannya."

Mendengar perkataannya, Sera cemberut bercanda, tapi dia masih merasa cemburu.

"Apakah aku harus telanjang untukmu disini?"

"Boleh."

"TIDAK BOLEH!!!"

Suara Merlin tiba-tiba terdengar.

"Kenapa Merlin? Apakah kamu ingin memperlihatkan punyamu juga?"Asheel mengerutkan alisnya, tapi ekspresinya terlihat jelas jika dia sedang menggodanya.

"Asheel, aku tidak pernah membayangkan kau menjadi orang seperti ini. Melirik wanita lain saat bernama Sera-nee, tidak termaafkan!"

Flora menyenggol Zora, ekspresinya tampak menakutkan. Zora hanya mengangguk berulang kali sambil bergidik ketakutan, tidak ingin memikirkan hukuman apa yang akan dilakukan kakak perempuannya nanti.

"Ah, tapi aku sedang dikeliliingi oleh wanita cantik. Dimana aku tidak bisa melirik seorang wanita?"

"Bukan itu maksudku! Ahh, matilah! Lagian, bukankah fetishmu perut? Dari caramu memandang Zora, aku meragukannya!"

Asheel memasang wajah serius, "AKu menyukai semua bagian dari tubuh Sera, kasus Zora hanya bawaan."

"....." Merlin terdiam tidak bias berkata-kata.

...

Beberapa menit kemudian.

"Akan menjadi masalah jika kita terus berada di sini. Kapan kita akan pergi?" Asheel bertanya pada Sera.

"Begitu terburu-buru?" Sera mengangkat alisnya.

"Tentu saja, kalau tidak dimensiku lah yang pada akhirnya akan menderita. Kau sudah mengeluarkan auramu sejak beberapa saat yang lalu."

Sera lalu memindai dirinya, "Perasaan ini sangatlah unik. Aku, pemegang kekuatan paling statis di seluruh Abyss, tapi dalam situasi khusus ini, aku tidak bisa mengendalikan diriku."

Mendengar itu, Asheel tiba-tiba menjadi khawatir. "Apakah proses fertilisasinya benar-benar baik-baik saja?"

Sera menatap ke arah perutnya sendiri, "Aku tahu apa yang kau khawatirkan. Konsep kekuatan kita benar-benar berlawanan. Entah akan jadi seperti apa anakku nantinya...?"

"Mungkin laki-laki tampan sepertiku?" Asheel dengan percaya diri berkata.

"... Meh, aku percaya jika anakmu akan menjadi tampan karena berasal dari Sera-nee, tapi kamu terlalu melebih-lebihkan dirimu sendiri!" Merlin mengambil kesempatan itu untuk mengejeknya.

"Tidak mungkin, bukankah aku sangat tampan?" kata Asheel bercanda.

Mungkin yang dikatakan Asheel sebelumnya terdengar narsis, tapi tujuan dia sebenarnya hanya mengalihkan topik. Dia hanya tidak ingin mereka terlalu khawatir pada Sera, bagaimanapun keadaan Sera bagi mereka masih tidak diketahui karena mereka memang tidak bisa berbuat apa-apa dan tenggelam dalam kecemasan karena orang yang sedang kenapa-napa saat ini adalah eksistensi Dewa Omniverse seperti Sera.

Bagaimanapun, itu berhasil saat Merlin beralih terus mengejek Asheel. Sementara yang terakhir masih khawatir, bagaimanapun dia harus menekan ekspresinya agar tidak membuat cemas Merlin dan yang lainnya.

"Yah, kurasa besok pagi kita sudah harus pergi dari tempat ini. Aku tidak sedang dalam kondisi bisa dengan bebas menggunakan kekuatanku." Sera mengumumkan kepada mereka dengan ekspresi penuh kasih. Lalu dia mengelus perutnya lagi, "Aku tidak akan sanggup menangani si kecil ini jika tetap terus berada di sini."

"Sera-nee...." Mata Merlin berkaca-kaca.

"Tenang saja, ini akan terjadi dalam sekejap. Tanpa kau sadari, mungkin anakku sudah lahir." Sera menenangkannya.

"....Kalau Sera-nee berkata begitu.." Merlin akhirnya mengalah.

"Omong-omong, kita akan melakukan perpisahannya sekarang." Sera mengumumkan hal yang cukup mendadak.

"Begitu cepat?" Merlin meninggikan suaranya.

"Ya, mungkin kita sudah pergi saat kau bangun besok pagi." Sera tersenyum manis padanya.

"Sayang sekali, Sera-sama. Padahal Anda belum melihat perkembangan saya." Zora menunjukkan ekspresi sedih.

"Penampilanmu masih sama sepertiku, tidak ada perkembangan. Hanya kekuatanmu yang sedikit meningkat."

"Setidaknya, Anda harus memuji saya...!" Zora bercanda dengan air mata.

"Ini sudah tak terelakan lagi, perpisahan kita terjadi sekali lagi dengan Tuan kita. Tapi karena alasannya menggembirakan, saya hanya akan berharap pada kesejahteraan Anda, Tuan." Flora membungkuk pada Sera dan Asheel.

"Aku juga berharap untuk kesejahteraanmu, Sera-nee." Merlin yang merasa tidak pernah seemosional ini, akhirnya menenangkan dirinya. Kemudian dia melirik Asheel, sebelum memalingkan wajahnya lagi.

'Aku terpaksa mengambil inisiatif kali ini...'

Next chapter