BOOM!
Mungkin hanya kata itu yang bisa menggambarkan tentang pertarungan antara Asheel dan Meido. Mereka baru menguji air masing-masing, belum sepenuhnya mengeluarkan kekuatan mereka yang sesungguhnya.
Sekali lagi, Meido tiba-tiba melompat mundur. Kali ini dia tidak banyak bicara, tapi setelah mendapatkan posisi yang mantap, tangannya tiba-tiba berubah menjadi bor yang perputarannya bahkan bisa membuat struktur ruang Omniverse disekitarnya memanas.
Sementara itu, Asheel menyelimuti kedua tangannya dengan Primal Chaos sebelum sepasang gauntlet muncul. Gauntlet itu terujud dari energi kekacauan. Pada dasarnya, Asheel memadatkan energi menjadi semacam baju besi.
"Keberadaan seorang Seraph sepertimu adalah spesimen terbaik untuk modifikasi tubuh. Kupikir itu karya D?" Asheel berkomentar setelah melihat tangan Meido yang berubah menjadi bor seolah-olah itu alami.
"Anda akan tahu sendiri." Meido hanya mengucapkan kalimat itu sebelum dia mengarahkan bor yang berputar di tangannya ke Asheel.
Energi yang sangat menakutkan tersalur dari lengan Meido dan mengalir ke ujung bor. Pucuknya semakin memanas saat perputarannya menjadi semakin gila.
BOOM!
Seolah-olah itu meriam laser, sebuah beam menembak dari ujung bor dan menargetkan Asheel.
Asheel hanya menyalurkan Primal Chaos di salah satu lengannya dan dengan santai menampar serangan Meido ke samping, membuat ledakan dahsyat tidak jauh dari tempatnya.
Ruang sekali lagi berlubang, semakin mendekati ke ketiadaan awal.
Asheel melihat tangannya sendiri yang terbakar. "Kau sepertinya sangat siap jika itu melawanku. Serangan sederhana seperti itu benar-benar bisa melukaiku. D ... orang aneh itu pasti membuatmu menjadi keberadaan yang bisa mengalahkanku."
"Saya merasa sangat terhormat melaksanakan tugas jika Administrator memiliki niat untuk melenyapkan Anda."
Tidak bisa dimengerti perkataan Meido adalah sebuah candaan atau bukan..
Asheel tidak merasa tersinggung atas perkataannya karena kata dalam konten itu sudah sangat sering dia mendengarnya dari orang lain. "Melenyapkanku, ya ... huh, jika itu benar, maka D adalah orang yang tidak tahu diri. Menurutku, keberadaannya lebih berbahaya dibandingkan denganku. Supreme One benar-benar berani membuat transaksi dengannya."
"Itu sama sekali bukan masalah, Administrator adalah seseorang yang anggun dan tidak akan pernah melenceng dari tanggung jawabnya."
"...." Asheel terdiam sejenak, menatap Meido seolah-olah wanita itu seorang fanatik D. "Kau benar-benar dibutakan oleh keanggunannya. Tapi itu semua hanya omong kosong!"
"Mohon maaf, meski saya menghormati Anda, saya akan tetap tersinggung jika Anda menghina Administrator lebih jauh." Ekspresi di wajah Meido memiliki sedikit kerutan yang tak terlihat, jelas menandakan jika dia tidak senang.
"Hah..." Asheel menggaruk kepalanya frustasi. "Sekali lagi, aku dibingungkan dengan prioritasmu. Jika harus memilih, kau akan memilih D atau tua bangka itu?"
"Pertanyaan itu, saya tidak bisa menjawabnya."
Crack!
Suara retakan yang sangat melengking tiba-tiba terdengar. Mereka berdua segera memindai ruang sekitarnya.
"Satu sentuhan lagi, dan ruang area ini benar-benar akan hancur." Meido berkata dengan tenang, seolah-olah apa yang terjadi selanjutnya bukan urusannya.
"Kamu benar," Asheel setuju.
Kemudian dia menjentikkan jarinya yang dilapisi oleh energi kekacauan di udara.
BAM!
Crack!
Retakan menjalar seperti jaring di kehampaan. Seolah-olah retakan itu tersambung ke titik ruang yang lain, perkembangan ruang yang semakin rusak itu semakin cepat, membuat keadaan ruang yang menopang celah Omniverse menjadi semakin hancur.
Tyar!
Ruang itu akhirnya tidak bisa lagi menahan kerusakan dan akhirnya pecah. Proses kehancurannya terlihat sangat dramatis. Seolah dunia ini sepenuhnya terbuat dari kaca, saat itu tiba-tiba retak, maka kita akan diperlihatkan sisi lain retakan.
Dan di sisi lain retakan, yang ada hanya ... kekosongan. Benar-benar kosong, dan tidak ada yang lain...
"Heh, aku merasakan penindasan kekuatan yang sangat ekstrem disini. Benar-benar sekuat reputasinya, ketiadaan awal bukanlah lelucon sama sekali. Badai kaleiodskop di tempat ini bahkan bisa menyapu energi kekacauan milikku dengan mudah." Asheel melihat telapak tangannya sendiri untuk memindai dirinya.
Setelah memastikan tubuhnya masih normal dalam standar makhluk kekacauan, dia kemudian mencoba mengedarkan energi kekacauan lebih banyak ke tubuhnya.
Segera, kulitnya menjadi lebih gelap saat retakan ungu muncul di sekujur tubuhnya. Sepasang tanduk mencuat dari dahinya, dan telinganya juga memanjang. Dadanya berlubang oleh permata ungu saat semua energinya dipusatkan disana. Rambutnya memutih saat penampilannya menjadi lebih tua. Sklera matanya menghitam saat pupil ungu cerah muncul ditengahnya.
Asheel merilis bentuk terkuatnya!
Itu masih bentuk yang sama yang dia gunakan saat melawan Yukane / Great Red. Hanya saja, kali ini Asheel melakukannya dengan parameter kekuatannya yang jauh melampaui keadaan saat itu.
Meido bahkan tidak merubah ekspresinya saat matanya menatap permata di dada Asheel dengan tenang. "Apakah itu Inti Kekacauan milik Anda? Saya penasaran jika saya meledakkannya, apakah Anda akan mati?"
Asheel tersenyum menantang, "Coba saja jika kau bisa!"
Permata di dadanya bukan berperan menjadi intinya, tetapi hanya generator yang membuatnya bisa mengendalikan dirinya lebih mudah. Jika dihancurkan, maka susunan aliran energi ditubuhnya akan menjadi kacau.
"Baiklah jika Anda mengijinkannya." Meido mengangguk dengan sopan.
Meido menggerakkan kakinya saat itu berubah menjadi semacam jet yang mempercepat kecepatannya. Dia menjadi semakin cepat berkali-kali lipat dibandingkan dengan sebelumnya.
Aura kekacauan yang merembes dari tubuh Asheel langsung tersapu oleh kekuatan misterius di ruang ini. Meski begitu, sedikit energi yang keluar itu masih memiliki dampak yang nyata pada ruang dan waktu.
Saat Meido berada dalam lintasan lesatannya, dia tiba-tiba merasakan kakinya seperti sedang disentuh oleh sebuah tangan.
Tangan gelap memanjang dari kegelepan ruang, memegang erat kakinya hingga membuat Meido melambat sejenak. Dia segera memutar tubuhnya untuk terbebas dari ikatan, tapi lebih banyak tangan muncul untuk menahan pergerakannya.
Saat itu, Asheel tiba-tiba muncul di depan Meido dan melayangkan beberapa pukulan.
BAM! BAM! BAM! BAM!
Meido terkena pukulan tepat diwajahnya beberapa kali.
"Ini untuk balasan yang tadi!" Asheel berteriak semangat sambil terus melayangkan pukulan.
BOOM!
Saat Asheel sedang asyik memukuli, tiba-tiba dia merasakan energi yang sangat menakutkan menimpa langsung mengenai tubuhnya.
Tubuhnya terbang sangat jauh, jatuh seperti layang-layang yang putus. Tapi Asheel berhasil dengan cepat menstabilkan dirinya di udara, menginjak kehampaan dan langsung menyeimbangkan posisinya.
Meido menyeka darah dimulutnya akibat pemukulan Asheel sebelumnya. "Tahukah Anda jika memukul wajah wanita cantik seperti saya adalah tindakan yang tidak sopan? Anda telah melanggar peraturan kekerasan terhadap seorang wanita."
"....." Asheel terdiam sejenak saat dia sangat terkejut. "Kau juga bisa melawak?"
Meido tampak tidak mempedulikannya saat dia melanjutkan, "Anda akan menerima hukumannya."
"Meh, memangnya siapa yang menulis aturan omong kosong itu?" Asheel meludah.
"Saya sendiri yang akan memutuskan." Setelah mengatakan itu, Meido mengambil kuda-kuda seorang monk saat kedua tangannya juga berubah menjadi sepasang gauntlet yang sangat besar. Pada permukaan gauntlet itu terdapat duri-duri yang sangat tajam.
"Setelah mengetahui jika tubuhmu telah diubah menjadi zat khusus yang memaksimalkan kekuatan tempurmu, aku sedikit terkejut ketika melihat kau masih berdarah saat dipukul."
BAM!
Angin kencang yang terjadi dalam sekejap berhasil membuat rambut Asheel berkibar ke atas. Sebuah pukulan besar menargetkan wajah Asheel.
"Oi, oi, jangan balas dendam langsung padaku begitu."
Suara Asheel tiba-tiba terdengar di samping Meido, dan yang terakhir langsung melompat mundur ke belakang. Pada prosesnya, kakinya mengayun ke arah dimana suara Asheel sebelumnya terdengar, dan sebuah cahaya tebasan keluar dari ayunan kakinya.
BAM!
Tangan hitam yang sebelumnya telah menahan Meido tiba-tiba muncul sekali lagi. Kali ini bukan dalam bentuk menahannya, tapi menyerangnya.
Meido berhasil bertahan dari serangan banyak pukulan yang diarahkan kepadanya, tapi dia masih terkena beberapa pukulannya.
Saat Meido sibuk, tiba-tiba sebuah siulan pedang menebas ke arahnya, berhasil mengoyak tubuhnya menjadi dua.
Meido benar-benar ditekan saat ini!