Dhika yang mendapat pesan itu membanting ponselnya. Boy yang sedang menyetir di buat terkejut, sekarang benda pipih itu telah hancur menjadi dua.
Sayang sekali, ponsel mahal menjadi korban. Dhika menutup mata, mengatur napas untuk menahan emosinya. Dia membayangkan wajah Cia yang begitu asing padanya tapi bisa begitu ramah pada bocah ingusan itu.
Dia membuka matanya menatap Boy dengan tajam dari kaca spion, orang yang di tatap menelan ludah dengan kasar dan tetap berusaha fokus pada jalan.
"Ada yang ingin kau jelaskan?" Suaranya pelan namun menusuk sampai jantung.
Boy menarik napas sangat pelan lalu menjawab, "nyonya benar-benar di apartemen saat saya antar makan siang."
"Lalu bisa kau jelaskan siapa yang aku lihat tadi?" Tatapannya semakin menusuk.
Boy mana tau kalau nyonya akan keluar. Waktu dia datang, gadis itu sedang belajar dan terlihat santai. Nggak ada tanda-tanda mau pergi. Pikirnya.
Lagipula bos tidak ada memerintahkan dirinya untuk melarang nyonya keluar.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com