"Ayo kalian berdua majulah! Biar sekalian aku kirim kalian ke neraka!"
"Hahaha ... kamu jangan mengigau Jaka! Sebelum habis kesabaran ku. Ayo cepat tunjukkan di mana tempat mayat sakti itu!"
Sementara itu tanpa mereka sadari bahwa sebenarnya sedari tadi ada sepasang mata yang sedang mengintai mereka dari balik rerimbunan pohon dan semak-semak. Dan tidak lain ternyata dia adalah seorang pendekar yang juga sangat menginginkan mayat sakti itu.
Dia mengintai karena memang sedang mencari tahu dari Jaka yang sedang dipaksa ngomong oleh Panjol dan Roro Ayu untuk menunjukkan dimana mayat sakti itu berada.
"Aku akan terus mengintai mereka sampai benar-benar mendengar dan tahu tentang tempat mayat sakti itu, jadi dengan begitu aku tidak perlu membuang-buang tenaga untuk membuka mulut Jaka, hehehe ... cerdas sekali kau Alaspati,' gumam pendekar yang berjuluk Alaspati itu.
Lalu Jaka yang sudah dicederai itu merasa tersinggung dengan sikap kasar dari Roro Ayu dan Panjol, karena sebenarnya dia sendiri merasa tidak ada untungnya dengan tidak menjawab pertanyaan mereka berdua, sebab dia sendiri sudah pernah merasakan sial ketika terkurung di dalam Goa dengan mayat sakti itu.
Andai saja Panjol dan Roro Ayu mau datang dengan sopan dan bertanya dengan baik-baik tentu dia akan memberi tahu tempat keberadaan mayat sakti itu dengan sukarela. Dan ternyata meskipun sama-sama berasal dari aliran ilmu hitam Jaka masih merasa perlu diperlakukan dengan hormat.
"Ayo kita lanjutkan pertarungan ini sampai benar-benar terlihat siapa yang lebih hebat dari kita!" ujar Jaka terlihat mulai marah.
Dengan pedang yang sudah saling terhunus Jaka dan Roro Ayu pun langsung kembali saling serang.
"Ciaatt ciaatt hiyak ...!" teriak Roro Ayu sambil menyabetkan pedangnya
"Hap hiyyaak hiyyaak!" sahut Jaka menghadang serangan itu.
Twang ... twing ... twang ... twing!
Bunyi dentang dari senjata kedua pendekar itu sangat nyaring menyeruak kesunyian. Jaka yang semula hanya bertahan dengan berkelit dan menghindar kini mulai meladeni gempuran dari Roro Ayu.
Jurus demi jurus mereka keluarkan, dan sejauh pertarungan itu berlangsung nampak kekuatan dari keduanya masih terlihat seimbang, kadang Jaka yang sedikit tertekan namun tidak berlangsung lama giliran Roro Ayu yang diserang dan harus berjibaku menghadapi gempuran dari Jaka.
Hingga pada saat yang dinilai tepat Roro Ayu melompat ke atas dengan menyabetkan pedangnya.
"Hiiiaat ...!" wuss ...
Namun sungguh di luar dugaan Roro Ayu, Jaka yang sudah bisa membaca gerakan lawannya itu juga ikut melompat sedikit lebih tinggi dari Roro Ayu hingga pada akhirnya Jaka mendendangkan kedua kakinya tepat dikedua pundak Roro Ayu.
"Hiiyyaaat!" teriak Jaka.
Tendangan keras dua kaki Jaka tepat menghantam dua pundak Roro Ayu, hingga membuat pendekar wanita itu jatuh terjengkang dengan pedang yang terpental.
"Aaahh ...!"
Teriak Roro Ayu mengerang kesakitan.
Dan sementara Jaka memang sengaja menjatuhkan tubuhnya dengan mengangkangi dan menindih Roro Ayu.
Merasa seperti dilecehkan, Roro Ayu pun langsung geram. "Biadap! Bajingan kau Jaka!" teriak Roro Ayu.
Begitu juga dengan Panjol, melihat istrinya jatuh telentang dengan ditindih oleh musuhnya dia pun langsung melompat dan bermaksud menendang tubuh Jaka,
"Kurang ajar! Hiyyaak ...!" teriak Panjol sambil mengarahkan sebuah tendangan kepada Jaka, namun sayangnya Jaka yang sudah mengetahui serangan itu langsung menggulingkan tubuhnya kesamping beberapa tombak, hingga akhirnya Panjol malah menendang tubuh istrinya sendiri.
Brukss ...!
"Aaaw ...! Kakang ...! Kenapa kau menendang ku ...?" teriak Roro Ayu kesakitan.
"Oh maaf Dinda aku tidak sengaja, kamu sekarang istirahat saja biar aku yang membereskan Setan Cabul itu," ujar Panjol pada istrinya yang meringis menahan sakit.
Lalu Panjol segera berdiri dan bersiap kembali melanjutkan pertarungan.
"Ayo Setan Cabul sekarang lawan mu adalah aku!"
Sring ...
Panjol mencabut pedang pencabut nyawa andalannya.
"Bagus kamu mau ikut turut tangan, karena aku kira kamu hanyalah pendekar kerdil yang hanya memanfaatkan istri untuk sebuah ambisi, eh, eh, eh ..." ejek Jaka.
"Bedebah kau Setan Cabul ...! Hap hiyyak ...!"
Panjol pun langsung menyerang Jaka dengan garang, begitu juga dengan Jaka, dia juga tidak mau kalah, dia juga sangat berambisi untuk bisa menghabisi Calapati, karena diam-diam dia juga menaruh hati dengan istri musuhnya itu, yah benar, setelah tadi sempat bertarung dengan pendekar wanita itu Jaka yang sudah ditinggal oleh istrinya sejak dia terkurung dalam Goa dalam beberapa tahun terakhir kini mulai ada ketertarikan terhadap Roro Ayu.
Akhirnya pecahlah pertarungan antara dua pendekar yang sama-sama beraliran hitam dengan tujuan yang berbeda dari keduanya, Panjol.berambisi ingin bisa menemukan mayat sakti dan Jaka berambisi ingin bisa merebut Roro Ayu.
"Happ hiyyaak ...!"
Twing ... twing ...
Bunyi desingan dari benturan pedang keduanya sangat nyaring memekikkan telinga, jual beli tendangan dan pukulan pun tidak bisa dihindarkan lagi.
"Haaaitt jiiaak ... jiaak!" teriak Panjol yang terlihat sangat garang karena memang masih baru saja mulai bertarung, jadi secara tenaga dia terlihat lebih prima.
Namun bukan Jaka namanya kalau dia tidak bisa berlaku curang, sambil terus bertahan menahan serangan-serangan dari Panjol dengan sesekali melayangkan serangan balasan dia juga nampak berpikir bagaimana caranya agar dia bisa mengalahkan Panjol.
Memang setelah pertarungan mulai memasuki ratusan jurus nampak terlihat Panjol lebih menguasai jalannya pertarungan, hingga pada saat Panjol hendak melakukan tendangan dengan gerakan terbangnya Jaka memilih menjatuhkan tubuhnya ke tanah hingga ketika Panjol tepat berada di atasnya, Jaka langsung menendang kemaluannya.
"DUGSS!"
"Uuuah ...!"
Panjol pun langsung jatuh terjungkal dengan wajah menyosor dan nyungsep ke tanah.
Melihat cara licik yang dipakai oleh Jaka, Roro Ayu geram, dia pun langsung melempar pedangnya ke arah Jaka.
"Biadap kau Cabul ... Hiyyaak ...!"
Mendapat serangan dari Roro Ayu secara tiba-tiba Jaka pun tidak sempat menghindar lagi, dan akhirnya ...
"Aaahh ...!" Jaka mengerang kesakitan.
Pedang Roro Ayu pun mendarat dan tepat menancap di punggung Jaka.
Jaka pun langsung roboh terjerembab ke tanah. Darah segar pun mengalir dari luka di punggungnya itu.
Melihat Jaka jatuh, Roro Ayu pun langsung melompat ke arahnya dan langsung mencabut pedangnya. Dengan menginjak tengkuk Jaka, Roro Ayu pun bermaksud untuk memenggal kepalanya, dan ketika dia sudah mengangkat pedangnya tinggi ke atas, Panjol langsung berteriak mencegahnya.
"Jangan bunuh dia Dinda ...!" ucap Panjol sambil bangkit. Lalu dengan menahan rasa sakit di kemaluannya Panjol pun berjalan dengan sedikit mengangkang mendekati tubuh Jaka dengan mengambil posisi berdiri di samping Roro Ayu istrinya.
"Hei Jaka! Nyawamu sudah berada di ujung pedang istriku! Sekarang katakan di mana mayat sakti itu berada? Kalau kau tidak menjawab! Saat ini juga kepalamu akan kami penggal, dan akan kami antarkan kau ke neraka!" ancam Panjol.
Karena merasa sudah kalah dan tidak bisa berkutik lagi akhirnya Jaka pun bersedia menunjukkan tempat mayat sakti itu.
Sementara Alaspati yang memang sejak tadi sudah menunggu-nunggu keterangan dari Jaka nampak memasang telinganya dengan baik-baik.
Dia sudah tidak sabar untuk mendengarkan secara langsung penuturan dari Jaka tentang keberadaan mayat sakti.
Bersambung ...