"Ngaku lu, Wans! Elu lagi naksir sama adik gue ya?!" tanya Patria dengan mata melotot-melotot nyaris copot.
"Aduh, bingung gue, mau jujur apa enggak ya?" Wans tampak galau.
"Ayo jujur!" paksa Patria sambil mengangkat kerah baju Wans.
Tapi tiba-tiba orangnya sudah tidak ada dan tinggal bajunya saja yang kini masih dia pegang.
"Eh, si Kampret! Mana pakek acara hilang lagi tuh anak!" Patria mencari-cari keberadaan Wans, dan rupanya Wans tengah bersembunyi di balik meja.
"Waduh ternyata elu di situ!" Patria menarik rambut Wans. "Ayo buruan keluar!" paksa Patria.
"Yaudah gue keluar kalau elu emang maksa!" tukas Wans.
Akhirnya mereka berdua mengobrolkan ini semua dengan baik-baik.
"Jadi benar, elu naksir sama, Jamillah?" tanya Patria sekali lagi.
"Iya, Pat! Gue naksir sama adik lu," jawab Wans dengan sedikit ketakutan, karna dia sudah menduga duluan kalau Patria itu tidak akan menyetujuinya.
"Terus sejak kapan lu, naksir sama adik gue?!" tanya Patria lagi.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com