webnovel

Malam Minggu Kelabu

Setelah kejadian tragis saat pertemuan keluarga itu, membuat Juju menjadi galau.

Hatinya hancur saat mengetahui ternyata Salsa adalah Marpuah, si cewek bertompel yang ternyata masih saudaranya sendiri.

 

Saking sudah pusingnya membuat Juju khilaf dan memilih bermabuk-mabukan.

 

Di dalam kamarnya, yang penuh poster Naruto, Sasuke, Madara, hingga Hello kitty.

Juju pun tergeletak tak berdaya dengan mulut meracau tak karuan.

"Salsa! Jahat! Emak jahat! Kenapa kawin sama Abah Rene! Kenapa muka Salsa aslinya begitu hik hik hik ...."

 

 

Tok tok tok!

"Ju! Buka! Emak mau masuk!" teriak Mak Jinny dari luar kamar Juju.

"Masuk! Mak gak di kunci!" sahut Juju.

 

Ceklek!

 "Uh, bauknya! Bikin pusing banget!" tukas Mak Jinny sambil menutup hidungnya.

"Maaak! Kenapa sih, Emak nikah sama bapaknya Salsa! Dan kenapa muka Salsa jadi ancur begitu, kenapa juga Salsa saudaraan sama, Juju hik?!" tanya Juju dengan nada meracau.

"Masih untung kamu saudara sama, Pu'ah, alias Salsa Samber Geledek itu! Kalau enggak kamu kan bakalan nikah sama cewek berwajah abstrak. Itu gak baik buat keturunan kamu nanti, Ju!" sahut Mak Jinny.

"Tapi, Juju udah terlanjur cinta sama Salsa, Mak!"

"Ya tapi kamu, 'kan udah tahu wujud aslinya, Salsa! Serem, 'kan?"

"Iya hehe!" Juju pun malah tertawa aneh.

"Loh, kok malah ketawa sih! Perasaan tadi nangis! Aneh banget, kamu mabuk ya?!" tebak Mak Jinny yang tidak meleset.

 

"Haha dikit, Mak!" jawab Juju selengean

"Apa?!" Mak Jinny pun langsung murka.

Apa lagi dia melihat botol-botol yang berserakan di lantai.

"JUJU!" teriak Mak Jinny sopran.

Seketika mata Mak Jinny melotot tajam dan langsung koprol dua kali.

Ada botol pemutih pakaian, botol bekas deterjen cair,  pewangi, hingga botol sabun pencuci piring piring. Semuanya tergeletak acak-acakkan dan semua sudah kosong.

"Juju! Kamu itu keterlaluan, Emak mau cuci piring sampai gak jadi gara-gara nyari sebunnya gak ada! Rupanya kamu minum buat mabuk-mabukkan, dasar anak durhaka!" oceh Mak Jinny.

Setelah itu Mak Jinny langsung mengerahkan kekutanya dan menjitak kepala Juju secara membabi buta.

 

Pletak!

 

Pletak!

 

Pletak!

 

"Ampun! Mak!"  teriak Juju.

"Dasar! Anak kurang ajar kerjaannya ngabisin sabun! Kemarin sabun mandi kamu abisin! Sekarang sabun cuci piring! Pemutih baju! Deterjen ngapain kamu abisin juga?!"

Mak Jinny kembali menjitak kepala Juju.

Pletak!

Pletak!

"Ampun, Mak nanti kalau  Juju gagar otak gimana?!" teriak Juju.

"Bodo amat, biar seklian lupa ingatan, siapa tahu habis itu otaknya jadi gak oblak!"

 

Setelah puas menjitak kepala Juju hingga benjol-benjol tak karuan dan mukanya nyaris hancur.

(Eh emang ancur dari sononya opps ...!)

Mak Jinny neninggalkan Juju sendirian di kamarnya.

 

 

 

 

***

 

 

Hari yang cerah untuk jiwa yang sepi.

Mirip judul lagu apa ya?

Dan Patria masih duduk melamun memikirkan nasib kejombloanya yang tidak kunjung usai.

Salsa, di rebut Juju sedangkan Ce Mimin terlalu banyak saingannya.

"Kak Patria!" panggil Jamillah yang tiba-tiba muncul dari belakang.

"Eh, buset! Jamilah bikin kaget aja sih?!" Patria sampek terkejut dan lompat-lompat.

"Kirain kuntilanak! Ngapain mukanya di tepungin?!"

"Ini bukan tepung, Kak! Tapi bedak!"

"Itu muka apa papan karambol sih? Ngebul amat!" celetuk Patria.

"Ih, sembarangan banget! Bedak mahal nih merk Coco Chennil!"

"Terus kamu mau ngapain di sini?"

"Maaf, Kak Patria, Jamillah boleh pinjam helm enggak?" tanya Jamillah sambil menebarkan senyuman paling manis.

"Mau kemana?!" Ketus Patria.

"Biasa, Kak, malam minggu," jawab Jamillah.

"Kamu mau pergi malam mangguan?!"

"Iya, Kak!" Jamillah Manggut-manggut.

"Gak, boleh!"

"Loh kenapa?!"

"Gak sopan! Kakanya jomblo main malam mingguan aja!"

"Boleh ya, Kak, nanti Jamillah do'ain biar dapet pasangan yang bahenol deh!"

"Ah, hoak!" cantas Patria.

"Boleh ya, Kak! Kalau enggak, nanti makin Jomblo loh, terus kalau Jomblo seumur hidup gimana?"

"Eh, kamu nyumpahin, Kaka ya?"

"Enggak, Kak, cuman ngingetin, makanya kalau Jomblo itu harus banyak beramal, contohnya minjemin helm, biar banyak jodohnya,"  pungkas Jamillah dengan dalil yang tak jelas asal usulnya.

Dan Patria pun tampaknya mulai terpengaruh dengan ucapan sang adik.

"Gimana? Boleh, 'kan, Kak, Jamillah pinjem helm?" tanya Jamillah.

"Iya!" ketus Patria.

"Wah makasih, Kak!" Jamillah pun tampak girang dan langsung meraih helm dari atas lemari.

Saking bersemangatnya lemarinya sampai ambruk dan menimpa Patria.

 

Gedubrak!

"Ah, maaf ya, Kak Patria!  Jamillah gak sengaja!" ujar Jamilah.

"Woy! Tolongin dong!" teriak Patria dari balik lemari pakaian.

"Maaf, Kak Patria! Tapi Jamillah buru-buru! Pacar Jamillah udah di depan!"

Dan Jamillah pun langsung berlari begitu saja meninggalkan Patria yang masih terjebak di bawah lemari.

"Woy kok malah di tinggalin sih! Dasar  Wulan Jamillah Ferisalinda, adik durhaka yang gak ada akhlak!" oceh Patria sambil  meronta-ronta di balik lemari.

 

 

 

***

Sedangkan Jamilah sudah asyik ngibrit berboncengan motor bersama Qimons, salah satu member dari geng Kill Rabbits yang menjadi musuh bebuyutan Patria sang Kaka.

Hubungan mereka kian dekat tanpa sepengetahuan baik dari pihak Kill Rabbits maupun Cute Alligators.

 

 

Di jalanan aspal yang penuh kelap-kelip lampu dan diiringi angin sepoi-sepoi yang membelai rambut mereka, Jamillah dan Qimons tampak romantis berboncengan motor, ala-ala Dilan dan Milea.

"Bang Qimons, kita mau jalan-jalan kemana nih?" tanya Jamillah dengan manja.

"Jamillah maunya kemana?" tanya balik Qimons tak kalah sok manja.

"Kita, nonton yuk!"

"Ayuk! Mau nonton film apa?" tanya Qimons.

"Bukan nonton film!" jawab Jamillah.

"La terus nonton apaan? Milah! Wulan Jamillah Ferisalinda cewek terdempul Serawa Goceng?"

"Kita, nonton ke kmapung sebelah aja!"

" Emang ada acara apaan di sana?" tanya Qimons.

"Di sana ada acara tawuran antar warga, Bang Qimons!" jawab Jamillah.

"Hah?!" Qimons pun sangat kaget tak sadar mulutnya sampai melongo.

 

Nging nging nging...!

"Akh! Sial! Lalet ijo!" pekik Qimons dengan mata melotot dan tubuh kelojotan.

"Bang Qimons, kenapa?"

"La-la ...."

"Lala temennya Tinkiwinky?"

"Bukan!"

"Terus apaan dong?"

"Ada lalet masuk ke mulut!" jawab Qimons.

"Owww!" Jamillah nmanggut-manggut.

"Yaudah, biar Jamillah bantuin!"

 

Buak!

Buak!

Buak!

Jamillah menggebrak-gebrak bagian leher belakang Qimons.

Nging nging nging!

Seekor lalat berwarna hijau berkilau dan bersayap indah keluar dari dalam mulut Qimons.

Sya lala lala lala ... (Ucap si lalat kalau bicara bicara)

"Bang Qimons, udah gak keselek Lalet lagi, 'kan?"

"Enggak! Sekarang tinggal bengeknya doang!"

"Kenapa bengek?" tanya Jamillah dengan wajah polos biadapnya.

"Jamillah mukulnya kekencengan!" jawab Qimons ngegas ala-ala RX King.

"Maaf ya, Bang Qimons! Tadi lagi semangat banget!"

"Hmmm!"

 

Dan tepat saat itu Jamillah merogoh sebuah kaca kecil dari dalam tasnya, lalu  dia mengeluarkan juga senjata andalannya yaitu lipstik mahal berwrna merah cabe, yang kemarin baru saja dia beli di pasar gembrong.

"Jamillah! Kamu ngapain?" tanya Qimons.

"Dandan!" jawab singkat Jamillah.

'Ih sempet-sempetnya' batin Qimons.

"Udah cantik neng Jamillah! Ayo buruan kita pergi sekarang!"

"Bentar bang pakek lipstik doang! Tolong senterin dong!" perintah Jamillah.

Qimons pun menuruti perintah Jamillah.

 

***

 

1 jam kemudian.

"Udah belum, Jamillah?"

"Bentar, Bang masih pakek eye shadaw!"

 

2 jam kemudian

"Udah belum, Jamillah?"

"Bentar, bang masih pakek blushon!"

 

3 jam kemudian

"Udah belum, Jamilah lama amat?!"

"Bentar lagi, Bang! Masih pakek bulu mata!"

 

1 menit  kemudian

"TARAAAAAA!" Jamillah tersenyum lebar.

"EH BUSEEET!" Qimons sampai syok.

"Kamu mau ngelenong di mana?" tanya Qimons.

 

 

 

To be continued

Next chapter