webnovel

Ibu part 2

Putri Jang memeriksa tubuh Selir Yui, berbeda dari sang ibu luka dikulit selir Yui tidak terlalu parah sehingga ia hanya mengoleskan Minyak sereh dan juga membubuhinya dengan kunyit dan jahe.

"Sshh kenapa sakit sekali rasanya? apa kau berniat mencelakaiku."

"Ibu ku mohon percayalah, jangan berkata begitu kepada Putri Jang, ia hanya ingin mengobati ibu bertahanlah bu."

"Aku hanya takut dia menyakitiku, aku ingin bebas, aku ingin sembuh hiks hiks," ucap Selir Yui sembari menangis sesenggukan.

"Sudah selesai Pangeran, Yang mulia Selir Yui bisa beristirahat tapi sebelumnya silahkan minum dahulu ramuan teh herbal ini agar anda segera pulih seperti sedia kala."

"Baiklah hamba permisi dulu yang mulia." ucap Putri Jang memohon diri dari kamar Selir Yui.

"Terimakasih Putri Jang," jawab Pangeran Dong ramah.

Putri Jang kembali kekamar sang ibu untuk berpamitan karena hari akan segera petang.

"Ayah, kak Hyun hari akan segera petang sebaiknya kita segera pulang, ibu kami harus pulang, maaf jika tak bisa menemani ibu disini, bersabarlah bu aku akan segera membebaskan ibu dari sini."

"Tak apa sayang ibu mengerti."

"Suamiku, ajaklah mereka pulang hari menjelang petang."

"Baiklah sayang kau baik baiklah disini, aku dan anak anak akan segera pulang. Jang, Hyun ayo kita pulang," ucap Perdana Menteri Hwang lembut.

"Ibu... aku pulang dulu, mungkin besok aku tak bisa kemari hingga beberapa hari kedepan karena aku harus kembali keperbatasan, kita akan bertemu lagi ketika Jang menikah." ucap Hyun sembari mendekap sang ibu.

Nyonya Yi mengusap lembut punggung Hyun sembari mengecup kedua pipi putranya "Sayang berjanjilah kepada ibu kau akan menjaga selalu menjaga diri, berjanjilah kau akan baik baik saja."

Hyun mundur selangkah mengendurkan pelukannya menggenggam tangan sang ibu lalu menaruhnya tepat didadanya "Jangan khawatirkan aku bu. Putramu ini putra yang kuat dan pemberani seperti katamu dulu aku akan slalu melindungi kerajaan dan aku akan menjaga ayah, ibu dan Jang seperti yang dilakukan ayah selama ini, aku berjanji bu."

Nyonya Yi mengusap lembut pipi putranya dan mencium puncak kepala putranya dengan sayang.

"Kau adalah pelindung kami Hyun. Kau Penjaga kami. Kau adalah Panglima Perang terbaik di kerajaan ini, ibu bangga padamu nak. Pergilah ibu slalu berdoa untuk kemenanganmu," ucap Nyonya Shin Yi sembari tersenyum.

"Terimakasih bu."

"Ibu aku juga pamit dulu besok aku akan kemari bersama ayah, jika ayah tidak ada rapat kerajaan."

"Ahh sayang, ibu sebenarnya masih merindukan putri kecil ibu ini tapi baiklah tak apa, ibu akan bersabar menunggumu membebaskan ibu sayang." Nyonya Shin Yi mencium kedua pipi sang putri sembari menggoyang goyangkannya.

"Aku pulang dulu sayang, aku sangat merindukanmu," bisik Perdana Menteri Hwang sembari memeluk sang istri.

"Aku juga sangat mencintaimu, pergilah suamiku." Nyonya Yi mengendurkan pelukannya.

Mereka melangkahkan kaki dengan berat keluar dari paviliun menyusuri jalan setapak menuju istana dan segera kembali kerumah. Dalam perjalanan kereta yang membawa mereka menuju rumah Putri Jang merengek kepada sang kakak agar mengajarinya katana sebelum ia menikah.

"Hei, kau ini istri Raja penjagaan pengawalmu tentu saja sudah cukup kenapa harus belajar katana?"

"Aku hanya seorang selir kak ingat itu dan akan lebih baik jika aku bisa menggunakan katana untuk melindungi diri."

"Baiklah aku kalah, aku akan mengajarimu nanti."

"Kau memang terbaik kakak," ucap Putri Jang sembari terkekeh.

Sementara Perdana Menteri Hwang Hanya menggeleng gelengkan kepala melihat kelakuan kedua anaknya.

Kesokan harinya Jang kembali menjalankan tugasnya kali ini ia datang hanya bersama sang ayah karena sang kakak telah kembali bertugas keperbatasan, ia datang tak membawa apa apa hanya membawa sebuah buku saja karena ia ingin membaca buku disana setelah memeriksa keadaan sang ibu dan juga Selir Yui.

Dalam perjalanan menuju paviliun mereka berpapasan dengan Ibu Suri dan juga para dayangnya.

"Hormat kami ibu Suri," ucap Perdana Menteri Hwang memberi salam.

"Hemmm," ucap Sang Ratu sembari berlalu pergi begitu saja dengan wajah sendunya.

Perdana Menteri Hwang dan Putri Jang saling berpandangan saling mencari penjelasan yang berakhir dengan gidikan bahu Putri Jang. Mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju Paviliun, Pintu gerbang paviliun sudah terbuka dan pintu ruangan pun juga sudah terbuka. Putri Jang dan Perdana Menteri Hwang buru buru masuk melihat siapa yang datang sepagi ini. Dilihatnya Pangeran Dong sedang menemani Selir Yui berbincang diruang tengah paviliun, Selir Yui terlihat lebih tenang dan juga lebih ceria dari sebelumnya.

"Hormat kami Yang mulia," sapa Perdana Menteri Hwang sembari membungkukkan tubuhnya memberi hormat.

"Terimakasih Perdana Menteri Hwang dan Putri Jang."

"Putri Jang apakah kau mau memeriksaku sekarang? aku sudah merasakan lebih baik sekarang? kapan luka lukaku ini sembuh Putri? aku tak sabar ingin kembali ke istana." ucap Selir Yui merajuk kepada Putri Jang.

"Ibu, tolong bersabar, ku mohon tenanglah, Putri Jang pasti akan melakukan yang terbaik bu benarkan Putri Jang?" Pangeran Dong melirik Putri Jang seolah memberi kode agar membenarkan jawabannya.

"Benar Pangeran."

Putri Jang bergerak mendekat kepada selir Yui memeriksa lukanya yang ternyata sudah kering dan mengelupas. Ia meminta dayang Yang untuk memandikan selir Yui menggynakan bubuk yang ia berikan. Sementara itu ia menuju keruangan sang ibu yang ternyata sudah menunggu kedatangan Putri Jang.

"Ibu."

"Sayang, kau sudah datang." Nyonya Yi bergerak mendekati sang putri.

"Jang lihatlah ini." Nyonya Yi menyodorkan kulitnya yang kering dan mengelupas.

"Ramuannya bekerja dengan baik bu, ibu jangan khawatir jika luka mengering dan mengelupas ini akan bersih sendirinya nanti."

"Hemmm, ibu percaya padamu sayang."

"Baiklah bu ayo berendam. Dayang Yang sudah menyiapkan air hangatnya."

Putri Jang menuntun Nyonya Yi sang ibu menuju bak mandi. Ia lantas menyuruh ibunya masuk kedalam bak mandi dan menggosok gosok lembut kulit sang ibu dengan ramuan yang telah ia siapkan. Dan hasilnya kulit kulit yang mengelupas jadi hilang tinggal bekas lukanya saja yang masih terlihat. Nyonya Yi tersenyum melihat kulitnya halus dan tidak mengelupas lagi.

"Sayang lihatlah kulit ibu sudah tak mengelupas lagi dan terasa halus," ucap Nyonya Yi berdecak kagum.

"Iya bu bahkan bekasnya nanti juga akan hilang bu, percayalah ibu akan cantik seperti sedia kala."

"Benarkah itu? Jang kau memang hebat sayang, ibu bangga padamu." Nyonya Yi memeluk Putri Jang dengan erat.

"Temuilah ayah bu, aku akan menunggu di luar sembari membaca buku,"

"Baiklah, panggil ayahmu kemari."

"Hemmm."

Putri Jang memanggil sang ayah untuk masuk kedalam membiarka keduanya melepas rindu sedangkan ia sendiri memilih duduk dibangku kayu didepan paviliun sembari membaca buku yang tadi telah ia bawa dari rumah

Next chapter