"Gue pernah belajar ritual, keluar dari lingkaran setan," kata Anna membuat mereka mengalihkan pandangannya pada Anna.
"Magsud Lo?" tanya Radit pada Anna. Entah mengapa Radit sangat penasaran dengan apa yang Anna katakan.
"Lingkaran setan emang ada, Oma gue pernah ngasih tau ritual cara keluar dari lingkaran setan," jawab Anna membuat mereka semua semakin mendekatkan diri pada Anna.
"Resikonya, yang mimpin ritual sama yang bersangkutan sama villa ini punya resiko gak bisa pulang," tutur Anna menerangkan.
"Magsud Lo, Lo yang mimpin ritual sama Serli yang bersangkutan? Jadi sekalipun ritualnya gagal kita tetep bisa keluar tapi resikonya Serli sama Lo gak bisa keluar?" tanya Risa yang dapat Anna angguki.
"Deal! Kita mulai!" tegas Rachel membuat Radit, Reno, Serli dan juga El menatap tajam pada Rachel yang sudah berani mengatakan hal yang tidak mudah didengar.
"Gue gak setuju!" tegas El datar.
"Gue juga," timpal Radit dengan raut wajah yang sama datarnya pula.
"Gue setuju!" kata Risa membuat Radit memutar bola matanya malas. Menanggapi Risa yang tampak selalu membuat mereka kesal.
"Gue sama Feby setuju!" kata Rachel menimpali. El tampak diam saja, memandang Anna dengan tatapan yang sulit diartikan, tak percaya jika Anna akan mengatakan ini pada mereka.
"Gue setuju!" kata Serli membuat Radit mengernyitkan dahinya bingung. Padahal nyawa dirinya dan Anna yang dipertaruhkan namun mengapa Serli setuju dengan ide gila ini.
"Gue setuju," kata Anna membuat El semakin menatap tajam kearah Anna.
"Anna apa-apaan si!" tegas El pada Anna yang tidak Anna pedulikan.
"Gu-- gue setuju," kata Reno menghiraukan tatapan tajam yang Radit berikan padanya.
"Oke! Lebih banyak setuju, jadi kita adain ritualnya malem Jum'at. Berhubung kita gak tau apa hari ini hari apa, kita hitung dari mulai kita dateng hari Minggu, itu berarti hari ini baru hari Selasa, masih ada wak--
"Anna!!!! Lo bisa gak si dengerin gue!!" tukas El memotong ucapan Anna. Mereka semua diam, melihat El yang terlihat begitu marah dengan memandang Anna dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Reno! Lo mau mati!? KENAPA LO SETUJU!!?" bentak El pada Reno. Bahkan kini Reno hanya menunduk takut.
El beralih memandang Serli murka, "Lo juga! Seharusnya Lo mikirin Anna! Terserah Lo gak sayang nyawa, tapi Lo juga harus mikirin nyawa Anna. Kenapa Lo setuju?"
"Risa, Feby dan Lo Rachel. Gue tau kalian benci sama Anna, tapi gak seharusnya kalian setuju! Sialan!" kata El lagi.
Anna mulai mendekat pada El, mengusap lengan El lembut sembari berkata, "El... Kalo kita bertekad buat menang, kita pasti menang."
Tak ada jawaban dari El, bahkan El hanya pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun membuat Anna memejamkan matanya sejenak. Memikirkan bagaimana caranya agar El dapat setuju dengan apa yang dirinya akan lakukan.
***
"Anna, kau sungguh akan pergi?" tanya seorang wanita yang tampak menyeramkan, namun wanita itu tengah membelakangi dirinya. Anna mencoba mendekat, walau rasanya dirinya sendiri pun merasa ketakutan.
"Anna, kau sungguh akan meninggalkanku tanpa menolongku?" tanyanya lagi membuat Anna mengernyitkan dahinya bingung. Anna tak mengerti apa yang wanita itu magsud. Bahkan dari awal dirinya sampai di villa ini, wanita dengan wujud yang sama selalu meminta tolong padanya.
"Aku tak akan mengizinkan kau pergi dan tak akan pernah membiarkan kau pergi," ucapnya. Anna semakin heran, mengapa harus begitu.
Lantas Anna bertanya, "Kenapa harus aku?"
"Karena kamu mampu," jawabnya tanpa mau membalikan tubuhnya.
"Aku sudah menunggu kehadiran dirimu sejak lama," sambungnya.
"Dan kau tau siapa yang mengirimkanmu kesini?" tanya wanita itu, Anna menggelengkan kepalanya meski tau wanita itu tak akan melihatnya.
"Satu diantara mereka yang datang bersamamu ke villa ini," jawabnya. Itu berarti diantara Risa, Rachel, Feby, Serli, Reno, Radit dan El. Namun, Anna pikir jawabannya adalah Risa.
"Ku lihat, kau memiliki teman kecil, si iblis picik Olivia," tuturnya membuat Anna tersontak. Bahkan, Anna tak membiarkan Olivia untuk ikut bersamanya, mengapa wanita itu tau dengan Olivia?
"Jika kau menyelamatkanku, kau pulang dan kau akan melihat pengkhianat Olivia padamu," ucapnya lagi.
Anna semakin penasaran, "Olivia?"
"Ya, dia membunuh pembantumu," jawabnya lagi. Anna menundukkan kepalanya, dirinya tak boleh gampang percaya, selama bertahun-tahun Olivia setia menjadi temannya, tak mungkin Olivia mengkhianatinya.
"Aku akan terus menelormu dan teman-temanmu Anna!!!"
Perlahan namun pasti wanita itu tampak membalikan tubuhnya, Anna dapat melihat wujud menyeramkan wanita itu, ia tampak mendekat, membuat Anna terus berjalan mundur, keringat bercucuran dan--
AKHH!!!!!!!!!
"Anna?! Kenapa?! Ada apa!?" tanya El. Anna menyusuri setiap sudut ruangan. Ternyata hanya mimpi.
"Gakpapa, aku cuman mimpi buruk aja," kata Anna yang dapat diangguki oleh El.
Anna bangkit dari tidurnya, "Aku mau ambil minum."
"Biar aku aja," kata El sembari bangkit. Anna mengagguk, membiarkan El mengambilnya. El keluar, meninggalkan Anna sendiri lantas menutup pintunya rapat-rapat.
"ANNA!!! KAU PIKIR ITU MIMPI!!!" ucap seorang wanita yang tampak sangat nyaring disetiap penjuru ruangan. Anna bangkit, mencoba mencari keberadaan wanita yang tengah berbicara itu.
"CEPAT TOLONG AKU ANAA!!!" katanya lagi membuat Anna semakin ketakutan.
PRANK!!!
Gelas kosong yang berada di atas nakas terjatuh dengan sendirinya, Anna berfikir dengan keras. Apa yang harus dirinya lakukan.
"Hihihihihi!!!!"
PRANK!!! PRANK!! PRANK!!!
Seluruh pajangan yang berada tak terjangkau pecah berantakan di bawah sana. Anna berlari ke arah pintu, mencoba membuka pintu kamar namun benar-benar terkunci.
"JANGAN PERGI ANNA!!!!!"
"JANGAN PERGI!!"
"HIHIHIHI!!!!!!!"
Anna menutup telinga dengan kedua tangannya, dirasa memang benar suara itu ngatlah mengganggu dirinya, "PERGI!!!!"
Anna bersumpah serapah dalam hatinya, mengapa pintunya sangat sulit dibuka? Namun, meski begitu dirinya tak tinggal diam, Anna segera berlari ke arah jendela, mencoba membuka dengan sekuat tenaga, akan tetapi hasilnya tetap sama.
Alhasil Anna berjongkok di sudut ruangan sembari terisak, dirinya tak ingin terus menerus begini, sebenarnya apa yang dapat dirinya lakukan, mengapa Anna harus menolongnya.
Ck-- cklkkk--
"ANNA!!!" teriak El kala melihat Anna yang tengah terisak di sudut ruangan dengan keadaan ruangan yang sudah sangat kacau. Dengan langkah hati-hati karena takut menginjak serpihan gelas pecah dibawah, El segera membawa Anna kedalam pelukannya.
Kaki Anna sudah bercucuran darah akibat berlari ke sana dan kemari hingga mengakibatkan serpihan gelas yang banyak mengenai kakinya.
Mereka bahkan tak tau pukul berapa ini, hanya langit malam yang masih gelap membuat keduanya sulit untuk menebak. Tubuh Anna bahkan bergetar di pelukan El. El tak tau mengapa dan ada apa, dirinya ingin mengambil kotak p3k akan tetapi pelukan Anna yang seakan tak ingin El lepas darinya.
"El... kita bakal baik-baik aja, kan?"