"El lo kok belum tidur?" tanya Radit yang sudah berbaring namun menyadari jika El teman satu kamarnya belum kunjung tidur.
El mengalihkan pandangannya pada Radit, "Lo duluan aja, gue harus mastiin Anna baik-baik aja."
Radit mengagguk dan kembali tertidur, dirinya mengerti jika memang benar El selalu mengkhawatirkan Anna. El sendiri sebenarnya sudah merasa sangat ngantuk. Namun, dirinya mengalihkan keinginannya itu dengan bermain game di ponselnya. Dirasa sudah cukup hanya sekedar menghilangkan kantuk.
Tok! Tok!
Mendengar suara pintu diketuk, El segera beranjak berniat membukakan pintu. Takut akan Anna yang tengah mencarinya.
Ck-- cklek
Tak ada apapun, El melirik kanan dan kirinya namun tak menemukan siapapun disana. Hingga tiba-tiba dirinya melihat seorang perempuan yang tengah berjalan menaiki tangga. Ia tak tau siapa itu, namun karena rasa penasarannya El berjalan perlahan mengikuti kemana perempuan itu pergi.
Puk!
El tersontak, tubuhnya mematung. Ia tak tau siapa yang menepuk pundaknya hingga membuat bulu kuduknya berdiri.
Perlahan namun pasti, El mengalihkan arah pandangnya kesamping dan--
Deg!
"Lo ngapain si!" kesal El pada Reno yang hanya mampu menampilkan deretan gigi rapinya.
"Lain kali gak usah nepuk pundak gue, panggil aja nama gue!" sambung El sembari berjalan meninggalkan Reno sendiri. Reno mengernyitkan dahinya bingung, dirinya bahkan tak menepuk pundak El seperti apa yang El katakan. Hanya saja dirinya baru sampai, ingin menyapa namun El sudah terlebih dulu menatapnya.
***
Di laintai dua, tepatnya kamar yang Risa dan Rachel tempati masih terasa baik-baik saja. Rachel yang asik membaca buku dan Risa yang masih duduk membelakangi Rachel. Rachel pikir jika Risa masih merasa trauma dengan serangga yang Risa temui di toilet.
"Udah Sa, gak usah dipikirin mulu tuh kecoa, nanti jatuh hati," gurau Rachel pada Risa. Bukannya mendapat jawaban dari Risa, justru Rachel merasa keadaan semakin mencengkram.
Merasa bosan membaca buku, Risa yang tak kunjung dapat diajak bicara dan keadaan yang semakin hening karena larutnya malam membuat Rachel merasa tertekan. Dirinya belum merasa ngantuk sama sekali.
"Gue ambil minum dulu ya," kata Rachel sembari beranjak pergi meninggalkan Risa yang tidak menjawab ujaran Rachel kali ini.
Rachel menuruni satu persatu anak tangga hingga dirinya melihat seorang perempuan yang dia kenali ada di bawah sana.
"Risa," gumamnya. Seperti mimpi yang tak dapat dirinya hindari, Rachel merasa tak dapat berlari. Namun karena penasaran dirinya mencpba kembali ke kamar yang dirinya dan Risa tempati.
Ck-- cklek
Pintu kamar terbuka, Rachel masih dapat melihat kehadiran Risa disana, "Kalo Risa disini, terus yang dibawah?"
Keringat dingin mulai membasahi seluruh tubuh, kakinya lemas dan pikirannya kacau. Mengapa bisa Rachel menemui satu orang yang sama di dua tempat yang berbeda?
***
"Anna! Bantu aku Anna!"
"Anna tolong!"
"Anna!"
Anna membuka kedua matanya perlahan, dirinya mencoba mencari dimana suara itu berasal. Entahlah, tak ada ketakutan yang Anna rasakan, hanya saja dirinya merasa sangat penasaran dengan apa yang ia dengar. Tentu saja masih terngiang di dalam ingatan jika seseorang meminta bantuannya.
"Siapa kamu? Dan apa yang harus aku bantu?!" tanya Anna menyapu setiap sudut ruangan kamar yang ia singgahi sendirian. Namun tetap saja Anna tak kunjung mendapat jawaban.
Anna sedikit berlari menghampiri pintu keluar dan membukanya. Siapa tau dirinya dapat menemukan jejak yang dapat dijadikan sebuah petunjuk.
"Anna!" ucap seseorang dari belakang. Anna mengalihkan pandangannya pada El. MengapaEl ada diluar? Pikirnya.
"El, lo belum tidur?" tanya Anna pada El.
El menatap Anna tajam, "Kenapa lo belum tidur?"
Anna menyadari jika El tengah merasa kesal padanya karena keluar dari kamar. Memang El terkesan lebih posesif padanya walau hanya sekedar teman saja, entahlah.
"Gue bilang apa, kalo lo mau keluar telpon dulu gue!" sambungnya membuat Anna hanya diam.
"El, kenapa?" tanya Reno yang baru saja datang.
El mengalihkan pandangannya pada Reno, "Gak ada."
El kembali memandang Anna dengan tatapan tajam, ditariknya pergelangan tangan Anna sembari dibawanya menuju ruangan yang telah menjadi tempat beristirahat Anna sendiri. Anna membulatkan matanya sempurna, "Lo gila mau ikut masuk?"
El tak menghiraukan apa yang Anna katakan, ia sungguh benci kala Anna membantahnya dan El tak dapat melihat Anna secara terang-terangan membantah perintahnya.
"Gue temenin lo sampe tidur," kata El sembari duduk di samping ranjang sesekali mengusap puncak kepala Anna. Anna sendiri tak dapat membantah, dirasa dirinya takut jika El sudah menunjukan ekspresi dinginnya.
"AAAAAAAA!"teriak seseorang hingga menusuk indera pendengaran Anna maupun El. Sontak keduanya bangkit, saling memandang satu sama lain, merasa ada sesuatu yang aneh. Diliriknya jarum jam, sudah menunjukan pukul dua belas malam.
"Gue ikut," pinta Anna pada El. Sebenarnya El tak ingin mengizinkan Anna untuk ikut, namun mau bagaimana lagi, akan sangat berbahaya jika Anna tinggal sendiri di dalam ruangan. Alhasil mereka berlari ke luar kamar. El dapat melihat Radit yang tergesa membuka pintu sembari ikut berlari menyusulnya. Reno yang juga berada di lantai satu dapat mendengar teriakan seorang perempuan dari lantai atas. Mereka sungguh berlari menaiki satu persatu tangga. Mereka berharap tak terjadi sesuatu yang buruk pada teman-temannya.
Serli dan Feby dengan cepat membuka pintu kamar, mereka pikir suara itu berasal dari lantai dasar. Rachel yang juga ikut serta menuruni anak tangga mulai menyadari kehadiran Reno, Radit, El dan juga Anna yang tengah berlari menaiki tangga.
"Kalian mau kemana?" tanya Feby.
"Kita denger suara perempuan teriak dari lantai atas, kita kira kalian," ucap Reno mewakili semuanya.
"Kita turun buat mastiin, karena jujur gue denger suara itu kayanya dari lantai satu," jawab Rachel membuat semuanya bingung.
"Jadi diantara kalian gak ada yang teriak?" tanya Radit dingin. Semuanya menggelengkan kepala. Satu hal yang Radit sadari jika dirinya tak menemukan keberadaan Risa.
"Risa?" tanya Radit lagi. Mereka semua ikut menyadari jika Risaa tak ada diantara mereka.
"Risa masih tidur, mungkin dia gak denger," kata Rachel yang merupakan teman satu kamar Risa. Mengingat memang Risa masih terlelap. Mungkin Risa kelelahan hingga tertidur begitu lelap. Tak ada yang perlu mereka khawatirkan, namun tetap saja mereka takut.
"Oke, kita kembali ke kamar masing-masing!" intruksi Serli pada semuanya.
Tak ada yang membantah, semuanya kembali ke kamar mereka masing-masing. Sembari berjalan Reno berbisik pada Radit, "Gue tidur sama lo ya."
"Terus El?" tanya Radit seperti biasanya hanya menampilkan wajah datarnya saja.
El yang tak sengaja mendengar perbincangan keduanya mulai buka suara, "Gue begadang di kamar Anna--
"LO GILA!" pekik Reno tak dapat menahan rasa terkejutnya. Berbeda dengan Radit yang masih tetap santai. Menurut Radit tak penting untuk selalu memikirkan apa yang bukan menjadi urusannya.
"Lo yakin mau tidur di lantai?" tanya Anna pada El. Sungguh, Anna tak ingin satu tempat tidur dengan El. Bagaimanapun juga El pria normal yang memiliki pikiran dan akal seperti pria pada umumnya.