Gus Ridho berusaha mencairkan suasana. Sepanjang perjalanan, mereka saling menceritakan kisah Ulama-ulama'.
Agar Sofil pun bisa berpikir jernih jika cobaan di dunia ini pasti akan datang kepada manusia. Merasa rindu dengan Ainun dia menoleh kebelakang.
"Neng Ainun tidak papa? Apa sakit?" tanya Hana dengan suara lembut. Sofil segara menghadap ke belakang.
"Kenapa?" tanya Sofil cemas melihat Ainun sangat lemah dan menekan perutnya.
"Eh ... biasa datang bulan, est ... eh." Ainun menekan perutnya dan sangat kesakitan.
"Biar Hana di depan, Gus di belakang, bagaimana pun akan berkurang rasa sakitnya bila bersanding dengan belahan jiwa," tutur Ridho lalu menepikan mobil. Dia turun dan segera membopong Hana. Sofil turun dan duduk di kursi belakang.
Malam cukup larut dan semakin dingin, hembusan angin masuk ke dalam tubuh. Dinginya semakin menjadi.
Sofil menepuk pahanya. Ainun menggelengkan kepala karena malu.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com