Laut Jawa, di ujung jembatan yang menyatu dengan sisi airship. Dari permukaan jembatan di sana seketika mulai membenjol. Benjolan itu terus membesar dan berubah menjadi sosok lelaki tampan, yang langsung saja berjalan ke atas airship.
Tentara Suanggi di atas sana sudah menunggu kedatangan sang lelaki sejak jembatan menghubungkan kedua airship. Membuat pijakan baru, agar ratusan tentara yang berada di dalam airship bisa keluar untuk ikut berperang.
Tentara-tentara yang melihat lelaki tampan itu serempak hormat. Satu diantaranya melangkah maju setelah memberikan hormat.
"Panglima Ilais, terima kasih atas kerja kerasnya!" Ucap tentara itu dengan lantang, lalu ia menyadari ada luka sayatan di hidung sang Panglima Suanggi. Tentara itu merasa canggung untuk berkata, namun akhirnya memberanikan diri.
"Apa butuh saya panggilkan tabib?"
Lelaki tampan tersebut, Ilais, serta merta menatap tajam tentara tersebut, membuat tentara itu merinding.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com