Dalam hatinya, Jihan mulai menimbang-nimbang tentang prioritas yang harus ia lakukan. Menyelamatkan keluarganya, tapi ada kemungkinan akan mengorbankan Nusa, atau menyelamatkan Nusa dengan mengorbanan keluarganya. Jihan bimbang, ia mengatupkan gigi serta mengepalkan tangannya erat.
Endra yang melihat kerisauan Jihan mulai kembali tesenyum senang. Endra kembali menenangkan dirinya, walau banyak hal yang tidak ia duga saat ini. Dia seharusnya tidak merasa kuatir, karena selain keluarga Jihan, ia masih punya nuklir yang siap diluncurkan kapan saja.
"Jihan… Nusa tidak akan pernah berkembang di tanganmu ataupun orang lain yang berikutnya menjadi presiden."
Jihan mengernyit, "Mengapa kamu begitu yakin, Endra?"
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com