webnovel

The Dangerous Love Zone - 20

"Baik, terima kasih sudah mendaftarkan diri di sekolah kami. Mulai hari senin nanti, Yuri-chan sudah bisa mulai bersekolah disini."

Azami menganggukan kepalanya mendengar perkataan sang pengurus sekolah.

"Terima kasih juga karena sudah menerima adik ku bersekolah disini." Balas Azami sedikit menekankan nada bicaranya.

Juza yang menyadi itu pun mengulaskan senyum kecil diwajahnya.

"Sudah pasti kami akan menerima setiap calon murid sekolah ini. Kalau begitu kami tunggu kedatangan Yuri-chan di sekolah, hari senin nanti."

Azami hanya berdeham saja, lalu menganggukan kepalanya pelan, begitu juga dengan Juza yang berdiri disebelah Azami.

Setelahnya, pihak pengurus sekolah pun pergi meninggalkan Azami dan Juza yang berjalan menuju halaman depan sekolah dimana Yuri sedang menunggu mereka.

"Aku baru tahu ada sekolah yang membuat peraturan harus memiliki wali berusia tiga puluh tahun." Keluh Azami, membuat Juza yang berjalan di sebelahnya berdeham.

"Setiap sekolah memiliki ketentuan masing-masing, Azami-kun."

Decakan keluar dari mulut Azami. "Tapi tetap saja, bagaimana jika wali nya memang memiliki usia di bawah tiga puluh tahun dan tidak memiliki sanak saudara? Anak-anak yang ingin sekali bersekolah disini pasti akan sedih."

Juza yang baru pertama kali ini melihat ekspresi lain dari Azami sedikit terkejut, namun dirinya merasa terhibur melihat ekspresi kesal yang saat ini tercetak diwajah Azami.

Yuri yang melihat Azami dan Juza sudah keluar dari gedung sekolah pun, langsung berlari menuju mereka dengan semangat.

"Niichan! Paman! Bagaimana? Apa aku bisa bersekolah disini??"

Azami yang tadinya menggerutu sebal langsung berhenti saat mendengar pertanyaan penuh dengan nada riang yang Yuri tanyakan kepada dirinya dan Juza.

Seulas senyum terpatri diwajah Azami. "Selamat Yu-chan. Mulai hari senin nanti kamu sudah menjadi murid disekolah ini!"

Pekikan senang tidak dapat Yuri sembunyikan setelah mendengar perkataan Azami.

"Huwaaa! Benarkah?! Terimakasih Niichan! Akhirnya aku bisa melanjutkan sekolah disini."

Azami menganggukan kepalanya sambil mengelus puncak kepala Yuri, saat sang adik kecil memeluk dirinya erat.

"Ya sama-sama. Kamu haru berjanji akan belajar dengan tekun saat sudah mulai sekolah nanti."

Dengan semangat Yuri menganggukan kepalanya. "Pasti! Aku akan giat belajar!"

Azami berdeham merespon perkataan Yuri sambil mengulas lembut puncak kepala sang adik.

Kini Yuri menolehkan kepalanya kearah Juza dan berjalan menghampiri pria yang sudah membantu dirinya dan sang kakak sejak pertama kali berada di Yokohama sampai saat ini.

Greb..

"Terimakasih banyak paman Juza! Paman sudah membantu aku dan niichan lagi." Ucap Yuri sambil memuluk erat Juza yang saat ini terdiam kaku di tempatnya.

Azami yang melihat Juza terdiam di tempatnya pun, memberikan isarat untuk mengusap puncak kepala Yuri.

Dengan ragu, Juza mengulurkan sebelah tangannya untuk mengusap puncak kepala Yuri.

Yuri yang merasakan Juza mengusap puncak kepalanya pun semakin mengulaskan senyum cerah diwajahnya dan semakin mengeratkan pelukannya.

"Selamat, kamu sudah menjadi murid disekolah ini." Ucap Juza yang direspon anggukan kepala oleh Yuri di dalam pelukannya.

"Baiklah! Kalau begitu ayo kita pulang!" Seru Yuri sambil menggenggam erat jari jemari tangan sebelah kiri Juza.

Juza mengerutkan dahinya mendengar perkataan Yuri.

"Apa kamu yakin ingin langsung pulang?" Tanya Juza yang membuat Yuri menatapnya bingung.

"Ya, kita pulang. Memangnya kita mau kemana lagi paman? Aku kan sudah berhasil mendaftar di sekolah yang aku inginkan."

Azami yang menyadari maksud dari perkataan Juza pun terkekeh, lalu mengusap puncak kepala Yuri. Membuat adiknya itu kini mengalihkan tatapan heran kepadanya.

"Maksud Juza-san, apa kamu tidak ingin pergi kesuatu tempat terlebih dulu untuk merayakan kamu yang sudah resmi menjadi murid sekolah lagi?"

Yuri mengendip-ngedipkan kedua matanya lalu menolehkan kepalanya kepada Juza. "Apa yang di katakan niichan itu masud dari pertanyaan paman Juza tadi?"

Juza menganggukan kepalanya pelan. Dirinya merasa lega, karena Azami mengerti apa yang ingin di tanyakannya tadi kepada Yuri.

"Hmmm, aku rasa tidak. Karena aku sudah berjanji pada paman yang lain, jika aku sudah berhasil menjadi murid sekolah lagi, aku harus segera pulang untuk memberitahukan mereka."

Azami dan Juza kini saling melemparkan tatapan pada satu sama lain.

"Tapi saat ini jika kita langsung pulang kerumah, para paman sedang tidak berada dirumah." Ujar Azami yang mengingat perkataan Goshi tadi saat dalam sambungan telepon.

Yuri terdiam sesaat, sebelum menggelengkan kepalanya. "Tapi aku tidak memiliki tempat yang ingin aku kunjungi."

Azami dan Juza kembali melemparkan tatapan pada satu sama lain.

"Ah, Yu-chan. Kamu kan sudah akan mulai kembali ke sekolah lagi. Apa tidak ada perlengkapan sekolah yang ingin kau beli?" Tanya Azami yang sedikit merasa kesal karena Juza tidak menanyakannya langsung, tetapi hanya memberikan kode padanya melalui tatapan mata. Meski dirinya juga ingin bertanya perihal ini, mengingat Yuri sama sekali belum memiliki perlengkapan sekolah yang baru.

Lagi, Yuri menggelengkan kepalanya. "Emm, tidak ada. Para paman sudah bilang padaku akan mempersiapkan semua perlengkapan sekolah yang aku butuhkan. Bahkan mereka sampai membuat list agar tidak ada yang memberikan perlengkapan dengan jenis yang sama kepadaku.

Azami terdiam terkejut mendengar perkataan Yuri. "K-kau yakin Yu-chan?"

Dengan pasti, Yuri menganggukan kepalanya. "Ya, makanya aku mengajak niichan dan paman untuk pulang kerumah. Karena aku sudah tidak sabar untuk memberitahu para paman dan merima hadiah dari mereka."

"Kapan mereka merencanakan ini semua?" Tanya Juza yang membuat Azami menatapnya dengan tatapan terkejut. Karena Azami dapat mendengar dengan jelas nada tidak senang yang di lontarkan oleh Juza. Belum lagi ekspresi datar yang tercetak di wajah Juza saat ini.

"Umm, para paman merencanakannya satu hari setelah niichan memberikan aku list nama sekolah dan aku harus memilihnya."

Azami kini dapat merasakan jika Juza melayangkan tatapan tajam kepadanya. Namun Azami berpura-pura tidak menyadari tatapan itu dan mecoba bertanya hal lain pada Yuri dengan senyum cerah terulas di wajahnya.

"Ah, Yu-chan. Bagaimana jika sebelum pulang kita pergi kesuatu tempat terlebih dulu sambil kita makan malam untuk merayakan hari bahagia mu ini."

Yuri mengerutkan dahinya dalam. "Tapi aku ingin memberi tahukan pada para paman dan merayakannya bersama."

Azami semakin mengulaskan senyum cerah diwajahnya saat menemukan sebuah ide. "Bagaimana jika kamu memberitahukan para paman menggunakan ponsel niichan saja, sembari kita bertiga pergi ketempat yang niichan ingin datangi. Agar nanti saat kita sudah sampai rumah, para paman sudah menyiapkan hadiah untuk mu dan siap untuk merayakan hari bahagiamu ini bersama-sama?"

Yuri terdiam sesaat memikirkan perkataan Azami. Sebelum dirinya menganggukan kepala dengan senyum cerah tercetak diwajahnya.

"Baiklah! Aku akan meminjam ponsel niichan saat di perjalanan nanti, untuk memberitahu para paman!"

Helaan nafas lega Azami hembuskan saat Yuri menyetujui idenya. Juza yang melihat Azami menghela nafas lega, mengulaskan senyum kecil diwajahnya.

"Ayo kita pergi ketempat yang ingin niichan kunjungi!" Seru Azami sambil menggenggam jari jemari tangan Yuri yang tidak mengenggenggam jari jemari tangan Juza.

"Yeeeyy!" Balas Yuri dengan riangnya sambil mengayun-ngayunkan kedua tangannya yang menggenggam jari jemari Azami dan Juza.

Azami, Yuri dan Juza pun pergi kesalah satu pusat perbelanjaan. Setelah selama perjalanan menuju pusat perbelanjaan Yuri memberitahukan para anggota gangster jika dirinya sudah menjadi murid sekolah kembali, melalui grup chating yang memang dibuat oleh Goshi untuk memantau para anggota mereka.

Azami memang sengaja mengajak Yuri dan Juza kepusat perbelanjaan karena memang dirinya ingin membelikan perengkapan tambahan untuk sang adik. Selain itu juga dirinya memberikan peluang kepada Juza untuk mencari perlengkapan yang ingin dibeli oleh pria itu sebagai kado untuk Yuri.

Azami dan Juza bergantian menjaga Yuri saat mereka sedang memilih hadiah, agar gadis kecil itu tidak curiga dan selalu menolak untuk dibelikan perlengkapan karena sudah di siapkan oleh para anggota gangster yang lain.

Setelah berhasil mendapatkan hadiah untuk Yuri, Azami mengajak Juza dan sang adik untuk makan malam bersama disalah satu tempat makan. Meski lagi-lagi Yuri menolak untuk makan malam karena ingin makan malam bersama para anggota gangster yang lain dirumah, Azami berhasil membujuk Yuri dengan memasang ekspresi wajah sedih dan membawa statusya sebagai seorang kakak.

Juza yang melihat usaha keras Azami membujuk Yuri, merasa begitu kasihan. Meski sebenarnya dia juga merasa terhibur karena melihat ekspresi dan interaksi lain yang ditunjukan oleh sepasang kakak beradik yang tinggal dirumahnya ini.

Akhirnya mereka pun sampai di halaman rumah Juza.

Saat mobil baru saja berhenti, Yuri langsung keluar begitu saja dari dalam mobil meninggalkan Azami dan Juza yang masih berada didalam mobil dan menatap kepergiannya dengan tatapan geli.

"Aku tidak menyangka jika Yuri akan sesenang ini." Ujar Azami saat dirinya keluar dari dalam mobil, bersamaan dengan Juza yang juga keluar dari balik kursi kemudinya.

"Terimakasih sudah mengizinkan kami tinggal di rumah mu, Juza-san." Ucap Azami dengan seulas senyum tercetak diwajahnya, menatap Juza yang berdiri disampingnya.

"Sejak aku dan Yuri tinggal disini, perlahan-lahan aku dapat melihat sorot sedih yang Yuri tunjukan saat dipemakaman kedua orang tua kami mulai memudar dan digantikan dengan sorot mata bahagia."

Juza memilih tetap diam mendengar perkataan Azami.

"Aku tidak tahu bagaimana jika saat itu aku menolak untuk tinggal dirumah mu. Mungkin aku akan selalu meliahat sorot sedih itu dimata Yuri dan akan membuat kedua orang tua kami merasa sedih diatas sana."

Juza dapat melihat kedua mata Azami kini sudah berkaca-kaca.

"Ah, maaf. Aku jadi menunjukan sisi lemah ku di hadapan mu, Juza-san. Itu sangat tidak sopan." Ucap Azami yang sudah membalikan tubuhnya untuk memunggungi Juza, agar pria itu tidak melihat sorot matanya yang sudah berkaca-kaca.

Juza yang melihat Azami memunggunginya pun, mengulurkan sebelah tangannya keatas puncak kepala Azami.

Azami yang merasakan puncak kepalanya ditepuk-tepuk pelan oleh Juza tersentak kaget.

"Tidak ada salahnya kau menunjukan ekspresi sedih di hadapan orang lain. Meski kau adalah seorang pria ataupun seorang kakak. Tidak semua orang dapat sekuat dirimu."

Azami dapat merasakan tepukan dipuncakan kepalanya perlahan berubah menjadi elusan lembut.

"Ah! Aku rasa Yu-chan sudah menunggu kita didalam. Kalau begitu aku masuk terlebih dulu." Seru Azami sedikit gugup tanpa menoleh kepada Juza, lalu dirinya berjalan lebi dulu masuk kedalam rumah, meninggalkan Juza yang masih berdiri ditempatnya dengan posisi sebelah tangan masih menggantung di udara.

Juza menggenggam jari jemarinya yang masih menggantung di udara, lalu menurunkannya sambil menghela nafas dalam.

"Entah mengapa, sampai saat ini aku masih tidak memercayai latar belakang keluarga kalian sebagai anggota keluarga Shouta. "

Juza semakin mengeratkan kepalan jari jemarinya dengan sorot mata tajam mengarah pada pintu masuk rumahnya, dimana sosok Azami menghilang dibaliknya.

"Aku merasa, kalian sedang menyembunyikan sebuah kenyataan yang mampu mengejutkan kami semua."

Next chapter