webnovel

The Dangerous Love Zone - 04

Renji menatap datar perdebatan para anggota keluarga Furuichi yang sedang berlangsung di hadapannya saat ini. Perdebatan yang masih membahas mengenai hak asuh Azami dan Yuri.

Sedangkan itu, Azami dan Yuri yang menjadi topik utama perdebatan sengit itu, hanya memilih berdiam diri sambil memakan camilan dengan santai. Mereka sudah membuat kesepakatan tersendiri dengn Renji. Jadi, semua perdebatan yang dilakukan oleh para paman dan bibi mereka sedari tadi, hanyalah seperti sebuah tontonan drama klise.

"Sudah ku bilang, aku yang akan mengambil alih hak asuh Azami dan Yuri. Karena aku dan istri ku sudah sangat berpengalaman dalam mengurus anak!"

"Jangan besar kepala dulu kau! Disini kami semua juga berpengalaman dalam mengurus anak!"

"Lagi pula, apa kau tidak ingat jika anak mu itu sangat tidak menyukai karir Azami yang cemerlang? Apa itu tidak akan bermasalah untuk psikis Azami kedepannya karena harus tinggal satu atap bersama orang yang membencinya?"

"Kalau begitu, biar aku saja yang merawat Azami dan Yuri. Ketiga anak ku sudah berkeluarga, jadi dirumah hanya akan ada aku dan suami ku. Azami dan Yuri pasti akan merasa lebih baik."

"Huh? Tinggal dirumah mu? Apa kau yakin itu akan baik-baik saja untuk Azami? Kau pasti akan selalu meminta untuk di belikan perhiasan pada keponakan mu!"

"Apa kata mu?! Aku tidak sebegitu gilanya dengan perhiasan!"

Renji yang sudah merasakan kupingnya panas mendengar perdebatan pun memejamkan kedua matanya erat. Dirinya benar-benar mengharapkan kehadiran Kise saat ini untuk menghentikan perdebatan para ular berbisa di hadapannya kini.

"Kau tid-

Brak!

"Wuhu! Hei, kalian para paman dan bibi. Apa kalian tidak merasa malu dengan para tetangga dan pekerja dirumah ini, karena suara perdebatan tidak bermutu kalian yang begitu amat sangat mengganggu?!"

Renji dan Azami yang melihat kehadiran Kise pun menghela nafas lega, karena akhirnya suara perdebatan yang sedari tadi mengganggu sudah terhenti dan digantikan dengan tatapan tekejut dan marah dari para paman dan bibi Azami yang terarah pada Kise.

"Untuk apa gangster seperti dirinya berada di acara keluarga orang lain?"

"Benar! Apa dirinya disini untuk mengacau dan merampok seluruh harta Yusuke?!"

"Renji-san! Bukankah seharusnya kau menghubungi pihak kepolisian karena ada pengacau disini??"

"Jika kau tidak ingin menghubungi pihak kepolisian, maka biar aku saja yang akan menghubunginya!"

Kise yang mendengar orang-orang disekitarnya mulai berbicara ingin mengusir diirnya pun hanya melayangkan tatapan datarnya.

Renji saat melihat salah satu anggota keluarga Furuichi ada yang sudah bersiap untuk menghubungi pihak kepolisian pun langsung menginterupsi.

"Kalian bisa tenang terlebih dulu? Kedatangan Ryota-san, murni untuk memenuhi undangan dari saya. Saya meminta Ryota-san datang untuk mewakili sebagai anggota keluarga mendiang Aoi."

Para paman serta bibi Azami dan Yuri melayangan tatapan sanksi kearah Renji dan Kise.

"Mewakili anggota keluarga mendiang Aoi, kau bilang??"

"Aoi berasal dari keluarga yang berpendidikan, jadi bagaimana bisa kau mengundang anggota gangster ini?!"

Renji menghela nafas panjang. Dirinya sudah menduga jika ini akan terjadi.

"Kalian tidak perlu khawatir, Ryota-san adalah adik dari mendiang Aoi. Dan juga, mendiang Aoi sudah menuliskan perihal Ryota-san di dalam surat kuasanya sebagai perwakilan dari anggota keluarganya."

Suasana yang tadinya ricuh pun kini mulai sedikit hening. Mesti ada para bibi dari Azami dan Yuri yang masih tidak terima jika Kise harus mengikuti pertemuan penting anggota keluarga Furuichi.

"Baik, karena suasana pertemuan ini sudah kembali kondusif. Maka kita akan langsung memulai menetukan siapa yang akan menjadi wali untuk Azami dan Yuri." Ucap Renji yang langsung memberikan kode mata kepada Azami.

"Sebelum kembali kedalam perdebatan yang tidak akan menyelesaikan permasalahan ini. Akan lebih baik jika kita semua mendengarkan langsung pendapat dari Azami terkait hak asuh untuk dirinya dan Yuri."

Kini semua tatapan mata beralih kepada Azami. Menunggu siapakah kepala keluarga yang akan dipilih oleh pemuda itu sebagai pengganti hak asuh.

"Sebelumnya, aku berterimakasih kepada paman dan bibi yang sudah meluangkan waktu untuk menghadiri pertemuan keluarga besar terkait hak asuh untuk ku dan Yuri."

Para paman dan Bibi Azami pun menganggukan kepala sambil mengulaskan senyum di wajah mereka yang sangat terlihat memuakan dimata Azami, Renji dan Kise.

"Dengan pertimbangan yang sangat matang, aku berharap paman dan bibi dapat menerima keputusan yang sudah ku pilih ini, tanpa melakukan protes apapun."

Para paman dan bibi Azami kembali menganggukan kepala mereka.

"Kami tidak akan melakukan protes apapun, Azami-kun. Karena ini semua juga demi kebaikan mu dan Yuri." Ujar salah seorang bibi Azami dan di setujui oleh yang lainnya.

Azami yang melihat respon dari para paman dan bibi nya pun mendengus geli.

"Baik kalau begitu, aku sangat senang mendengarnya. Keputusan yang sudah ku pikirkan secara serius ini, juga sudah aku rundingkan dengan Yuri dan dia pun juga menyetujuinya, begitu juga dengan Renji-san."

Azami mengambil jeda sesaat untuk memperhatikan wajah serius para paman dan bibinya.

"Hari ini, aku sudah memutuskan untuk menjadi wali baik untuk diriku sendiri maupun untuk Yuri. Kami sama sekali tidak ingin merepotkan para paman dan bibi, karena harus mengurus serta merawat dua anak yatim piatu seperti kami."

Kise berusaha menahan tawanya saat melihat raut wajah terkejut yang terlihat sangat jelas diwajah para anggota keluarga Furuichi.

"Aku juga akan mengambil alih perusahaan milik ayah dan semua harta yang ditinggalkan oleh ayah. Karena ini adalah permintaan dan keinginan ayah."

Para paman dan bibi Azami mulai menggerutu dan melayangkan tatapan tidak terima kepada Azami.

"Azami-kun! bagaimana bisa, kau bilang untuk mengambil alih perusahaan milik ayah mu disaat kamu belum pernah menginjakan kaki didunia bisnis? Lagi pula, umurmu masih terlalu muda untuk mengambil alih perusahaan yang sudah di dirikan oleh ayah mu susah payah selama ini." Ujar salah seorang paman Azami yang tidak terima dengan keputusan yang diambil keponakannya itu.

"Benar, keberhasilan perusahaan milik ayah mu juga ada campur tangan dari kami sebagai petinggi perusahaan. Seharusnya kau merundingkan ini terlebih dulu dengan kami, sebelum mengambil keputusan secara sepihak." Sahut salah seorang bibi Azami dan membuat Azami mendengus geli didalam hati.

"Paman dan bibi benar, aku memang belum pernah menginjakan kaki di dunia bisnis. Tetapi sebagai putra tertua, sudah seharusnya aku yang mengambil alih perusahaan milik ayah dan tidak membiarkan orang asing untuk ikut campur tangan."

Para paman dan bibi Azami yang medengar kata 'orang asing' pun langsung menggeram kesal.

"Orang asing, katamu?! Jelas-jelas kami adalah kakak dari Yusuke. Bagaimana bisa kau menyebut paman dan bibi mu sebagai orang asing?!"

"Benar! Kau sama sekali tidak sopan terhadap orang yang lebih tua darimu!"

"Perusahaan milik ayah mu tidak akan bisa berkembang dan maju seperti ini jika bukan karena campur tangan dari kami!"

"Itu benar! Jadi bagaimana bisa kamu berkata jika kami adalah orang asing, sehingga kamu dapat mengambil alih perusahaan seorang diri?!"

Azami yang sudah dapat menduga akan menjadi seperti ini pun, hanya menganggap perkataan para paman dan bibi nya sebagai angin lalu.

"Selanjutnya, sebagai kompensasi karena tidak ada satu pun dari kalian yang menjadi wali hak asuh untuk ku dan Yuri. Aku akan memberikan semua bagian hak waris harta benda yang diberikan oleh Ayah untuk ku, kepada kalian dengan sama rata."

Suasana yang tadinya ricuh kini perlahan kembali sedikit kondusif saat Azami mulai membahas perihal pembagian harta hak waris.

"Berhubung aku mendapatkan lima puluh persen bagian dari hak waris harta benda, aku akan membagikan secara rata kepada para anggota keluarga Furuichi sebanyak sepuluh persen untuk setiap anggota keluarga." Ujar Azami dan kini tatapan matanya beralih kepada Renji.

"Untuk perihal perincian harta benda apa saja yang akan kalian dapatkan, Renji-san akan memberitahu kalian secepatnya."

Para paman dan bibi Azami pun menganggukan kepala mereka bersamaan.

"Azami-kun! Untuk perihal mengambil alih perusahaan milik ayah mu, bukan kah itu terlalu cepat untuk mu yang masih berusia muda?" Ujar salah seorang paman Azami yang sepertinya memang berencana untuk kembali menyalakan api yang sudah hampir padam sebelumnya.

Kise dan Renji yang melihatnya pun, mendengus geli.

"Ah, apa menurut paman, usia ku saat ini masih terlalu muda untuk memasuki dunia bisnis?" Tanya Azami sarkas, kepada sang paman.

"Tentu saja! Belum lagi kamu sama sekali belum pernah memiliki pengalaman bekerja di perkantoran." Jawab sang paman membela dirinya.

Kini Azami mengalihkan tatapan mata kepada Renji. Renji yang mengerti dengan tatapan dari Azami pun menganggukan kepalanya.

"Baik, Paman Renji. Dari apa yang diserukan oleh paman Ken tadi, sepertinnya sangat mewakili pemikiran dari para paman dan bibi yang lain."

Renji pun bangkit dari duduknya sambil memegang sebuah kertas yang sudah dirinya persiapkan.

"Dengan apa yang saya dengar sedari tadi, sepertinya kalian semua menolak Azami untuk mengambil alih perusahaan disaat ini. Itu sama saja dengan kalian, menolak surat wasiat yang sudah dibuat oleh mendiang Yusuke." Ucap Renji sedikit mengambil jeda.

"Tidak semua penolakan yang kalian sampaikan tadi salah, terutama mengenai Azami yang sama sekali belum pernah memiliki pengalaman di dunia bisnis. Namun, untuk perihal ini sudah di tuliskan oleh mendiang Yusuke, karena mendiang sudah menduga hal ini akan terjadi."

"Berdasarkan surat wasiat yang di tuliskan oleh mendiang Yusuke. Azami, sebagai putra tertuanya dan juga sebagai pemegang alih utama perusahaan, diberikan waktu selama satu sampai dua tahun untuk mempelajari perihal dunia bisnis sampai dirinya sanggup untuk bertanggung jawab dan mengambil alih semua aktivitas perusahaan tanpa terkecuali, pemilihan dan pemecatan para staff."

"Selama Azami melakukan pembelajaran, maka semua aktivitas perusahaan sementara ini akan diambil alih oleh Ken Furuichi, sebagai pemegang posisi tertinggi di perusahaan. Diharapkan saudara Ken Furuichi, dapat menjalankan aktivitas perusahaan sebaik mungkin sebagaimana mestinya. Jika dalam jangka waktu pengambil alihan sementara ini, perusahaan mengalami masalah, maka cepat atau lambat, meski belum sampai menginjak waktu satu tahun, semua aktivitas perusahaan akan diambil alih kembali oleh sang pewaris utama, Azami Furuiichi. Demikian isi dari surat hak waris mendiang Yusuke." Tutup Renji yang kini kembali mendudukan dirinya.

"Seperti apa yang sudah dikatakan oleh paman Renji. Aku sangat berharap, paman Ken tidak akan mengecewakan mendiang ayah ku untuk menjalankan aktivitas perusahaan selama aku mempelajari dunia bisnis." Ucap Azami yang kini sambil berjalan menuju pamannya yang diberikan tanggung jawab memegang alih perusahaan milik mendiang ayahnya untuk sementara waktu ini.

"Kau tidak perlu khawatir Azami-kun, paman mu ini sudah sangat berpengalaman. Jadi, fokuslah untuk mempelajari dunia bisnis sampai kau sudah benar-benar ahli untuk mengemban tanggung jawab besarmu." Ujar sang paman yang kini mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Azami.

Dalam hatinya, Azami mendengus geli melihat bagaimana akting yang sedang dimainka oleh pamannya ini.

"Ok, berhubung hasil pertemuan mengenai hak asuh dan hak waris sudah mencapai kesepakatan. Maka pertemuan keluarga ini akan kami tutup. Untuk perihal pembagian harta benda, sebesar sepuluh persen akan saya kirimkan melalui kuasa hukum keluarga masing-masing." Ucap Renji dan disetujui oleh para paman dan bibi Azami.

Setelahnya para anggota keluarga Furuichi pun meningglakan rumah kediaman Azami dan kini hanya menyisahkan Renji, Kise, Yuri dan Azami di ruang keluarga.

"Lihat? Bahkan mereka tidak bertanya sama sekali, dimana kamu akan melakukan pembelajaran dunia bisnis." Ujar Kise yang disetujui oleh Renji dan Azami.

"Ya, secara keseluruhan mereka semua hanya memikirkan harta saja." Balas Azami sambil mengusap lembut puncak kepala Yuri.

"Lalu, sekarang apa yang akan kalian lakukan?" Tanya Renji menatap Azami dan Yuri bergantian.

Azami terdiam sesaat sebelum dirinya menjawab pertanyaan Renji. "Aku dan Yuri berniat untuk meninggalkan Tokyo dan tinggal di Yokohama."

Renji membulatkan kedua matanya terkejut. "Yokohama? Jangan bilang, kau ingin pergi menemui kenalan mendiang ayah mu?"

Azami menganggukan kepalanya. "Ya, aku ingin pergi menemuinya. Karena itu adalah permintaan ayah jika situasi seperti ini terjadi."

"Tapi, bukankah di dalam kotak itu hanya ada tulisan 'Yokohama' dan nama depan orang tersebut? Lalu bagaimana cara mu menemukan orang yang dimaksud oleh ayah mu? Yokohama itu besar Azami, dan juga pasti ada beberapa orang yang memiliki nama depan sama seperti kenalan ayah mu." Cerca Renji yang merasa khawatir dengan Azami.

"Tenanglah paman, aku yakin aku bisa bertemu dengan kenalan ayah. Paman tidak perlu khawatir, aku dapat menjaga diriku dan Yuri dengan baik." Ujar Azami menenangkan Renji.

Kise yang melihat Renji seperti seorang ayah yang khawatir dengan anak gadisnya, saat akan berpergian jauh pun mendengus geli.

"Kau tidak perlu khawair Renji-san. Lagi pula Azami-kun dapat menjaga dirinya dengan baik." Ucap Kise mencoba membantu Azami untuk menenangkan Renji.

"Tapi, kau tahu? Alamat yang ditulis oleh Yusuke itu sudah delapan tahun yang lalu. Kita tidak tahu, apakah kenalannya itu masih berada di Yokohama atau tidak!"

Kise dan Azami membulatkan kedua mata mereka terkejut mendengar perkataan Renji.

"Ya, itu tidak masalah paman. Aku akan tetap pergi kesana untuk memastikan secara langsung. Paman tidak perlu khawatir. Paman hanya pelru memantau pergerakan para paman dan bibi di dalam perusahaan saja." Ujar Azami sambil menepuk-nepuk punggung tangan Renji.

"Hah, kau ini. Aku akan ikut dengan mu!" Ucap Renji bersikeras.

"Tidak paman. Aku bisa menjaga diri sendiri dan juga Yuri. Nanti aku akan selalu mengabari paman selama disana. Jangan terlalu khawatir."

"Tapi tetap saja, aku tidak akan merasa tenang jika harus melepas kalian begitu saja." Elak Renji yang masih tetap bersikeras.

"Hei, paman tua! Berhentilah memanjakan mereka berdua. Lagi pula, sudah waktunya mereka untuk mencari jati diri sendiri. Jika kau terus memanjakan mereka, kapan mereka akan bisa mandiri? Dan kapan mereka akan bisa mendapatkan pengakuan dari para ular berbisa itu, huh?"

Renji yang mendengar perkataan Kise terdiam menahan kesal. Azami yang menyadari jika kini Renji tengah menahan amarah pun menggenggam erat kedua telapak tangan Renji.

"Paman, aku berjanji. Aku akan selalu memberi kabar selama kami berada disana. Jadi paman tidak perlu khawatir. Percaya pada aku dan Yuri."

Renji yang melihat tatapan memohon dari Azami pun menghela nafas panjang.

"Kau tahu? Ini terasa sangat berat, harus melepaskan kalian berdua ke kota yang asing bagi kalian." Gumam Renji sambil meminjat pangkal hidungnya.

"Tapi baiklah, untuk kali ini aku akan membiarkan kalian pergi. Tetapi, kamu harus menepati janjimu untuk selalu mengabari ku! Jika tidak, aku akan datang menyusul kalian dan membawa kalian kembali pulang!"

Azami yang sudah mendapatkan lampu hijau persetujuan dari Renji pun mengulaskan senyum cerah di wajahnya.

"Terima kasih paman. Aku pasti akan menepati janjiku!"

Renji hanya menganggukan kepala, merespon perkataan Azami yang terlihat sangat senang sekali.

"Jadi, kapan kamu dan Yuri akan pergi ke Yokohama?" Tanya Renji menatap Azami penuh selidik.

Azami yang di berikan pertanyaan oleh Renji pun, semakin melebarkan senyuman di wajahnya.

"Malam ini aku dan Yuri akan langsung berangkat menuju Yokohama."

Kedua bola mata Renji membulat terkejut bukan main.

"Apa?!"

ตอนถัดไป