'Makhluk misterius?' kata Walther dalam hati.
Dia dengan tergesa - gesa menoleh ke sana kemari mencoba mencari makhluk yang telah diidentifikasi oleh sistem. Namun dia tidak dapat menemukan makhluk tersebut di sekitarnya.
Tanpa disadari oleh mereka berdua, di belakang Ryan terdapat sebuah gundukan tanah yang anehnya bergerak cepat mendekatinya.
Hanya orang di dalam van yang mengetahuinya, namun wajah mereka semua menunjukan ketakutan dan keterkejutan.
Anne adalah yang pertama pulih, dia langsung saja berteriak pada Walther dan Ryan,
"Kalian berdua segera pergi dari sana!!"
Walaupun Walther tidak tahu makhluk seperti apa yang muncul tapi mendengar teriakan dari Anne dan wajah ketakutan anggota lainnya, Walther langsung saja berlari mendekati mobil van.
Dia tidak terlalu bodoh untuk tidak mengerti apa yang mereka takuti, itu pasti makhluk misterius yang disebutkan oleh sistem.
Ryan yang telah dibutakan oleh amarah mulai mengoceh dan menghina Walther yang melarikan diri,
"Hey bangsat! Mau lari ke mana-
Sebelum dia menyelesaikan ucapannya, seekor makhluk seperti cacing berwarna putih muncul dari bawah tanah, rahangnya penuh dengan tentakel dan gigi - gigi kecil yang sangat tajam. Diameter cacing tersebut setidaknya mencapai 2 meter dengan panjang yang tidak diketahui, itu
karena sebagian tubuhnya masih tenggelam dalam tanah.
Dengan cepat tubuh berotot Ryan tertelan oleh rahang besar tersebut, lalu suara retak tulang terdengar dari mulut makhluk tersebut.
"Ahh!!-"
[Crunch]
Bersamaan dengan suara patah tulang terdengar, teriakan Ryan pun sudah tidak terdengar lagi, selamanya.
"Sial! Paman Lan, setelah Walther tiba segera pergi dari sini! Bagaimana mungkin Queen Serworm ada di sini!? Bukankah ini adalah wilayah yang dekat dengan benteng?" kata Anne panik.
Walther mencoba melirik ke belakang untuk melihat dan mengecek status monster itu.
"Apa - apaan itu!!?"
Matanya membelalak kaget, dia mempercepat larinya karena ketakutan saat melihat monster cacing tersebut.
Dikarenakan Royal Refuge adalah permainan bertahan hidup melawan zombie, dia mengira bahwa lawannya di dunia ini hanya hal - hal semacam zombie, dia tidak mengira bahwa di dunia ini monster juga ikut merajalela.
『Makhluk misterius, Level 3』
'Level 3??' batin Walther terkejut.
'Bukankah ini terlalu awal untuk makhluk level 3 muncul?,'
Setelah menelan mangsanya, Queen Serworm itu kembali tenggelam ke dalam tanah dan mulai mengejar Walther yang sedang berlari.
"Walther!! Lari lebih cepat, monster itu mengejarmu!" kata Marco saat melihat Queen Serworm masuk ke tanah.
"Sialan!"
Walther berusaha berlari sekencang mungkin.
Ketika dia menoleh ke belakang, gundukan tanah tersebut sudah menghilang entah kemana, seolah - olah dari awal memang tidak pernah ada di sana.
Hal tersebut mau tak mau membuat langkah kakinya melambat.
'Di mana monster itu?' pikirnya bingung.
Walaupun Walther sudah tidak bisa lagi melihat Queen Serworm, dia tetap berlari menuju mobil van.
Saat ini jaraknya tinggal beberapa meter dari mobil, sampai sebuah mulut bergerigi tiba - tiba muncul dari bawah tanah dan menelan tubuhnya utuh - utuh.
"Tidak!" teriak Linda, terlihat matanya mengeluarkan beberapa tetes air mata yang meluncur jatuh melewati pipi indahnya.
"Walther!" teriak Marco syok.
Dia memposisikan busur silang miliknya dan mengisinya dengan sebuah panah tajam. Tanpa berlama - lama dia melepaskan anak panah itu menuju Queen Serworm.
Segera anak panah itu menusuk masuk ke dalam tubuh Queen Serworm, tapi dibandingkan dengan tubuh besarnya anak panah itu bukanlah apa - apa.
"Sial! Paman Lan, segera tancap gas dan pergi dari sini," kata Anne mencoba untuk tenang.
"Tapi bagaimana dengannya?" sahut Marco.
"Dia sudah mati, Marco, jika kita tidak segera pergi dari sini maka kita yang akan menjadi santapan monster itu selanjutnya."
"Pegangan yang erat, aku akan mengebut," kata Paman Lan, saat ini wajah lembutnya menghilang digantikan dengan wajah hitam dengan ekspresi dingin.
Kemudian mobil van tersebut pergi dengan kecepatan tinggi.
Mengetahui bahwa mangsanya telah pergi Queen Serworm itu mencoba mengejarnya, tetali dibandingkan dengan kecepatan mobil van yang telah dimodifikasi oleh Linda, kecepatan Queen Serworm itu kalah jauh sehingga mereka mampu meloloskan diri dari kejaran Queen Serworm.
Melihat penampakan Queen Serworm yang semakin menjauh, Anne menghela napas lega.
"Hiks .. Hiks .."
Melihat Linda yang menangis tersedu - sedu membuat Anne pun ikut bersedih,
"Linda .. Apa kau menyukainya?" tanya Anne sambil mengelus rambut pirang Linda dengan sendu.
Linda yang masih menangis hanya bisa menganggukkan kepalanya sedikit. Hal yang membuatnya tertarik pada Walther, tidak lain dan tidak bukan adalah matanya.
Meskipun mata tersebut terlihat mengerikan di mata orang lain. Namun menurut Linda, mata Walther terlihat seperti mata seseorang yang ingin berubah menjadi orang yang lebih baik.
Lagipula mereka berdua terlihat seumuran, jadi itu normal jika dia menyukai Walther.
Marco juga terlihat sedih, itu bukan sedih untuk Ryan tapi untuk Walther.
Dari awal Marco memang tidak terlalu suka Ryan, itu karena di pangkalan, Ryan suka menindas orang lemah seperti Marco.
Sedangkan untuk Walther, Marco mengira bahwa dia dan Walther akan menjadi teman seperjuangan di masa depan, tapi sepertinya takdir selalu berkata lain.
Jadi dia hanya bisa menghela napas sedih terhadap nasib Walther. Walaupun sebenarnya nasib Walther saat ini tidak terlalu buruk, malahan dapat dianggap baik.
Sementara yang lain berpikir Walther telah dimakan oleh Queen Serworm, saat berada di mulut Queen Serworm, dia diam - diam melakukan teleportasi menuju ke tempat perlindungan. Tentu saja jika dia berpindah satu detik lebih lambat, dia pasti akan kehilangan salah satu anggota tubuhnya.
Saat ini dia sedang duduk di sofa dan dengan santai menggigit apel di tangannya. Anehnya apel tersebut berukuran lebih besar dari apel - apel biasanya, bahkan beratnya hampir menyentuh satu kilogram.
Di layar televisi, terlihat sebuah mobil jelek yang dikejar oleh cacing raksasa. Tidak terlalu lama kemudian, jarak di antara mereka semakin membesar.
"Untungnya mereka juga selamat," kata Walther dengan santai.
"Robot, segera pijat pundakku."
Lalu salah satu robot berdiri di belakang punggungnya dan mulai memijat Walther.
"Ah, enaknya~."
Dia kemudian membuka layar status untuk melihat keadaan tempat perlindungan saat ini,
『Pemilik : Pen Walther
Ras : Manusia(23 jam 30 menit)
Exp : 10 Lvl : 1
Uang : 0 Energi : 5
Kayu : 0 Besi : 0
Fasilitas yang dapat digunakan :
1. Base
2. Toko
3. Barak
4. Perkebunan
5. [Terkunci] 』
Lalu dia mengetuk fitur perkebunan,
『Perkebunan,
Barang yang tersimpan:
1. Biji Gandum ×50
2. Buah Apel ×4 』
Di RR, setiap tanaman gandum akan menumbuhkan sepuluh biji gandum, sedangkan untuk setiap tanaman apel akan menumbuhkan 5 buah apel.
Berbeda dengan tanaman gandum yang akan layu setelah menghasilkan 10 biji, tanaman apel akan tetap berbuah setiap 5 menit selama 30 menit penuh, baru kemudian menjadi layu.
Saat memakan apel, tiba - tiba giginya menggigit sesuatu yang keras.
"Apa ini? Oh, ini bijinya."
Dia dengan santai mengambilnya dan akan melemparkannya ke suatu tempat tapi notifikasi dari sistem membuatnya berhenti secara tiba - tiba.
『Sistem: Selamat! Pemilik mendapatkan Biji Apel ×1』
"Ha?"
Dia bingung.
Di RR, apel sendiri termasuk komoditas yang cukup langka dan mungkin hanya bisa di dapatkan pada masa awal permainan. Lalu saat sebuah apel di konsumsi, pemain tidak bisa mendapatkan biji dari dalam apel tersebut.
Namun dia sekarang telah mendapatkan biji setelah mengkonsumsi satu buah apel.
Hal tersebut membuatnya merasa kebingungan sekaligus merasa senang.
Sambil memegang biji apel tersebut, Walther berlari menuju perkebunan yang berada di samping sungai.
Lahan perkebunan itu sendiri berukuran 4 kotak, setiap kotak memiliki luas 25 meter persegi.
Di RR, setiap kotak lahan hanya bisa ditanami oleh satu jenis tumbuhan yang sama. Jadi tumbuhan gandum dan apel harus ditanam di kotak yang berbeda.
Untuk satu kotak lahan dapat memuat 4 pohon apel.
Pada salah satu kotak tersebut sudah terdapat 1 pohon apel yang mulai berbunga. Di depan pohon tersebut, ada sebuah lingkaran melayang menunjukkan waktu yang tersisa agar pohon apel tersebut dapar dipanen, lingkaran tersebut bertuliskan 4 menit.
Setelah sampai Walther mencoba menanam biji apel pada lahan di samping pohon apel pertama.
『Sistem: Apa kau ingin menanam Biji Apel ×1? (Y/N)』
Setelah mengonfirmasinya biji di tangannya menghilang dan sebuah tunas kecil muncul pada lahan di samping pohon apel, penghitung waktu juga muncul di atas tunas tersebut yang menunjukan 4 menit 59 detik lagi untuk panen.
Wajah Walther menjadi sumringah, jika biji apel terdapat pada setiap buah apel maka dia akan mendapat pasokan apel yang tidak ada habisnya.
Karena senang Walther mengambil satu gigitan besar pada buah apel. Lagi - lagi giginya menghantam sesuatu hal yang keras, lalu dia mengambilnya.
『Sistem: Selamat! Pemilik mendapatkan Biji Apel ×1』
"Hahahaa .." Walther tertawa terbahak - bahak.
Pada akhirnya Walther juga menanamkan biji apel tersebut pada lahan kebun.
Dia berpikir sejenak,
"Sistem, apa kau bisa mengambil semua biji apel yang ada di dalam buah apel?"
『Sistem: Apa kau ingin mengambil semua biji apel?
Konsumsi: 1 exp (Y/N)』
"Eh, kukira exp hanya untuk memperluas tempat perlindungan, lagipula itu hanya satu poin exp," lanjutnya.
Kemudian di menyetujuinya,
『Sistem: Selamat! Pemilik mendapatkan Biji Apel ×2』
『Sistem: Selamat! Pemilik mendapatkan Biji Apel ×1』
『Sistem: Selamat! Pemilik mendapatkan Biji Apel ×2』
『Sistem: Selamat! Pemilik mendapatkan Biji Apel ×1』
Setelah memerhatikan notifikasi dari sistem, Walther dapat menyimpulkan bahwa setiap notifikasi datang dari setiap buah yang bijinya telah diambil.
"Eh, tapi kenapa ada buah yang hanya menghasilkan 1 biji apel?" tanya Walther bingung.
"Atau keberadaan biji tersebut tidak pasti? Sepertinya memang hal itu yang terjadi."