SSRoE 177
...
"Tidak ada kata 'mengapa' di depan Kekuasaan Mutlak, nyonya-ku." jawab pria bertopeng hitam itu berjalan menjauh dan meninggalkan rombongan yang dipenuhi oleh mayat-mayat dari Suku Matahari.
Istri Ketua Suku Matahari dan anaknya ditinggalkan begitu saja di jalan. Wanita itu masih menangis dengan memeluk tubuh anaknya. Sementara anak itu menatap hampa pada tubuh ayahnya yang sudah menjadi mayat. Beberapa orang kehilangan tangan atau kepala dengan berlumuran darah.
"Setidaknya jangan memberikan pemandangan mengerikan seperti ini kepada anak kecil!" teriak istri Ketua Suku Matahari kepada kelompok bercadar yang sudah menjauh.
"..."
Balai Kota Suku Air sangat meriah dengan banyak orang yang menghadiri pernikahan putri dari Ketua Suku Air. Canda dan tawa yang terdengar dari segala penjuru membuat telinga Ketua Suku Pengembara gatal. Tanpa sadar jari telunjuk tangan kiri pria itu selalu menggaruk-garuk telinga.
"Ada apa dengan telingamu, suami-ku?"
Support your favorite authors and translators in webnovel.com