Semarang
Dalam ruangan kantornya yang luas, Andi tercenung di kursinya, teringat masa lalu, ketika dia dijodohkan orang tuanya dengan seorang gadis yang amat cantik, tanpa membantah dia langsung saja menyetujui perjodohan tersebut.
Di awal pernikahannya dia begitu kesal dengan istrinya, Rina istrinya yang cantik dan supel, tak henti-hentinya bertelepon ria dengan teman-temannya, terkadang pergi ikut teman-temannya saat mereka main kerumah, dan ketika Andi pulang, istrinya tak ada di rumah, dia menegur istrinya.
Rina yang merasa hal yang dia perbuat biasa-biasa saja sangat kesal ditegur oleh Andi. Rina yang saat itu masih muda tersulut juga emosinya, hingga akhirnya keduanya bertengkar. Rina kemudian ngambek dan pulang ke rumah orang tuanya.
Andi adalah pria konservatif, Andi merasa bahwa dia adalah imam bagi Rina, dan dia berhak menegur istrinya. Bagi Andi perempuan adalah ibu rumah tangga, mengurus suami dan anak, gaji Andi cukup untuk membiayai hidup mereka, jadi Andi tak pernah menyetujui Rina untuk bekerja, baginya istrinya harus dirumah ketika dia pulang, berdandan cantik, masak untuk suami.
Dalam kehidupan ranjang, perilaku Andi juga sama, dia memandang istri hanya sebagai objek hasrat batinnya, bukan sebagai partner. Bagi Andi, sebagai pemimpin rumah tangga, dia berhak menggauli istrinya sebagai bentuk hegemoninya sebagai pria, tak peduli apakah istrinya puas atau tidak, setiap dia ingin, Rina harus siap melayaninya, karena itu adalah kewajiban Rina.
Kewajiban Andi adalah memberikan nafkah bagi istrinya, termasuk dalam soal seks, doktrin yang melekat dalam benak Andi adalah dia hanya wajib memberi, tanpa perlu menerima. Sebagai wanita yang di didik di keluarga baik-baik, Rina dididik orang tuanya untuk menjadi wanita yang baik, pemahaman Rina menjadi wanita yang baik adalah menjadi ibu rumah tangga, sebagai pengikut suami. Rina dididik untuk bisa menjaga uang yang diberikan suami dan menggunakan untuk semua keperluan rumah tangganya, masak untuk suami, mengurus anak anak. Tugas perempuan hanya di kasur di dapur dan disumur, doktrin yang masih melekat dalam alam bawah sadar banyak wanita di negeri ini, termasuk Rina.
Sejak pertama kali suaminya menggaulinya, Rina tak pernah mendapat puncak kenikmatan, namun Rina tak mau mengatakan apapun pada suaminya, bicara soal seks bagi Rina adalah tabu, termasuk juga kepada suami, ketidak-puasan yang dirasakannya dipendam dalam dalam, hingga akhirnya Rina pun terbiasa dengan semua ini. Fantasi menjadi binal dan nakal saat diranjang pasti pernah dimiliki oleh setiap wanita, termasuk juga Rina. Namun semua itu telah dia kunci rapat di ruang batinnya terdalam, dikunci dalam ruangan gelap dan di berikan selimut yang dinamakan tabu.
***
Andi menyibak tirai jendela kantornya, matanya menatap suasana depan kantornya, orang-orang sibuk lalu-lalang kesana kemari, tujuan mereka sama yaitu mencari pemenuhan kebutuhan mereka.
Setiap orang mengambil kesempatan untuk menjadikan kelemahan orang lain menjadi keuntungan. dengan beralasan yang beragam baik murni, semu dan bahkan dibuat dibuat. Padahal tujuan yang sebenarnya pada akhirnya bukan untuk orang lain, tujuan mereka adalah untuk diri mereka sendiri.
Pertemuannya dengan edwin, memberikan senter atau pelita baginya untuk menjelajah sisi lain yang gelap dari dirinya, sisi yang selama ini bersembunyi dalam ruangan gelap batinnya.
Dengan beralasan agar istrinya membantu kariernya, dengan dibumbui dramatisasi koneksi dan hal hal lain, Andi memanipulasi perasaan istrinya yang bersalah karena ingin mewujudkan fantasinya semata.
Andi teringat kembali percakapannya dengan Rina malam itu, di kursi panjang saat perasaan keduanya mengharu-biru, kata-kata Rina yang terngiang di Andi dan membekas di hatinya.
"KALAUPUN BUNDA MAU MENINGGALKAN AYAH, MAS FRANS MELARANG BUNDA, UNTUK MELAKUKAN ITU."
Ternyata Rina tidak mau meninggalkan Andi, bukan karena dia mencintai Andi, tapi karena Rina takut Frans meninggalkannya.
Mengingat kata-kata itu darah Andi menggelegak, ditendangnya lemari kabinet di sebelahnya, lemari itu bergeser dan terlihat penyok.
Andi membenci dirinya sendiri, dia tak punya modal untuk memulai pertaruhan ini, dia memulai permainan ini dengan terburu-buru, andi hanya menuruti hawa napsunya, sekarang yang terjadi, dirinya adalah pilihan terpaksa bagi istri yang dicintainya.
Anjing!!
Andi meninju dinding di sisi jendela, buku-buku tangannya robek akibat benturan keras dengan dinding itu, darah terlihat di tangan Andi, terasa sakit dan perih, namun bagi Andi semua rasa itu mampu menurunkan tensi emosinya.
Andi terkejut ketika pintu ruangan kantornya dibuka tiba-tiba, seorang wanita cantik berkacamata masuk tergopoh gopoh mendekatinya dengan cemas. Wanita itu adalah niken kusumawardani sekretaris Andi.
***
Niken kusumawardani, wanita berkulit putih dengan tinggi semampai, wajahnya cantik dengan kacamata minus yang menambah kesan polos pada wajahnya, usianya sekitar 29 tahun, sejak Andi bertugas di semarang, niken ditunjuk untuk menjadi sekretarisnya. Penampilannya sehari hari biasa-biasa saja, dengan baju seragam KORPRI yang ketat, dan rok sedikit dibawah lutut, tidak ada kesan bitchy dari Niken.
Niken sangat perhatian pada bosnya ini, sejak ditunjuk sebagai asisten pribadi Andi, dia merasa suka dengan atasannya ini, penampilan Andi yang gagah dengan raut muka serius dan kaku, membuat niken tertarik pada bosnya ini, seringkali saat Andi tenggelam dalam pekerjaannya, niken membawakan makan siang dari kantin, bahkan Niken tak segan-segan menghentikan pekerjaan Andi, dan memintanya makan.
Andi tak pernah marah pada Niken, walau apa yang dilakukan Niken kesannya kurang ajar pada atasan, namun Andi tak pernah marah, dia justru terbantu dengan Niken, asistennya itu sangat cermat dalam mengatur skedul kerja Andi, untuk pekerjaan kantor Andi merasa puas dengan kinerja Niken.
***
Niken bergegas menghampiri bosnya yang sedang meringis memegang tangannya, sebelumnya niken cukup kaget mendengar suara gaduh di dalam ruangan Andi. Niken memegang tangan Andi dan menariknya ke sofa yang ada di ruangan itu, Niken kemudian keluar mencari perban dan obat luka.
"Bapak ini ada-ada aja, lagi latihan tinju pak?" ujar niken sambil mengoles obat luka ke kepalan Andi.
"Aduhh." Andi meringis.
"Ehh sakit pak?" ujar niken cemas, Andi menggeleng.
"Tuh liat sampe penyok gitu," ucap niken menunjuk lemari kabinet, sambil membalutkan perban ke tangan Andi.
"Dah selesai!" ucap Niken yang kemudian berdiri membawa kotak obat keluar.
Tak lama niken kembali masuk, "pak apa bapak tidak pulang? Apa ada pekerjaan yang masih tertinggal?" tanya niken.
Andi menggeleng, "tidak ada! kamu sendiri kenapa belum pulang?" Andi balas bertanya.
"Lho bapak belum pulang, masa saya pulang dulu." Niken tersenyum manis.
"Kamu pulang dulu aja, sebentar lagi saya pulang, ini lagi nunggu telepon dari Jakarta" Andi beralasan.
"Oke pak, kalau begitu saya pamit pulang dulu ya," ucap Niken berpamitan, Andi hanya mengangguk.
Tak lama setelah niken pergi, Andi membereskan kertas-kertas di mejanya, sebagian dia masukkan ke tas kerjanya, lalu dia meninggalkan ruangan kerjanya.
***
Tak terasa sudah dua bulan berlalu gaya hidup yang dijalani Andi ini, perlahan Andi mulai terbiasa dengan perlakuan Rina padanya khususnya saat Rina bersamanya.
Andi melihat Rina sekarang begitu binal, berbeda dengan Rina yang dia kenal. Rina tak malu malu lagi menyebut nama alat kelamin, atau hubungan suami istri dengan ucapan yang terdengar kasar,
Saat jatah Rina bersama Andi, Rina benar benar menepati janjinya, Rina memang tak mengizinkan kontol Andi menyentuh memeknya, namun gaya Rina bercerita rahasia kamarnya dengan Frans saat Rina mengulum dan mengocok kontol Andi, benar benar membuat Andi terangsang hebat.
Perlahan tapi pasti Andi menyukai gaya hidup seperti ini.
***
Jumat malam, Andi masih di kantor, dia mengabarkan Rina bahwa dia akan pulang ke solo sabtu pagi esok, karena Andi harus menyelesaikan laporan akhir bulan, Andi meminta Rina untuk tidur di apartemen Frans malam ini, besok baru Andi akan menjemput Rina.
Andi sedang sibuk memeriksa laporan laporan didepannya, ketika Rina menelponnya dari panggilan whatsapp,Andi kemudian meloudspeaker hpnya, sambil mengerjakan laporan akhir bulan di laptop.
"Assalamualaikum bun," sapa Andi
"Ehh..ahh lekum yah, nghh," jawab Rina ditelepon, Andi melihat ke arah handphonenya, nada suara Rina terdengar parau, seperti terengah-engah.
"Bunda sakit," tanya Andi.
"Engg... gakk, ohh.. ss. gak yah..oo," jawab Rina.
Andi sesaat menghentikan pekerjaannya, dia menatap tajam hpnya
"Lho kok suara bunda, kaya orang lagi lari gitu." Tanya Andi lagi.
"Gakkk..pa..paa kokk oohh." Suara napas Rina terdengar berat
"Bunda sama pak Frans ya." Tanya Andi penasaran.
"Eehhmmm ya.. yaah, sssss, aduh pahhh..ahhh." terdengar jeritan tertahan Rina.
Andi seketika menyadari apa yang sedang dilakukan Rina, kemaluannya mengeras.
"Bunda lagi bersetubuh.. ya." Tanya Andi lirih.
"Ihh ayahh, kok tau oooh sssihh, aduhh ooohhh, terus pah.." Erangan Rina terdengar jelas di telepon.
Baru saja Andi ingin menjawab, tiba tiba ada notif lawan bicara hendak menggunakan video, Andi segera mengklik..
Dalam gambar hp, terlihat istrinya sedang telungkup diatas bantal, tubuh telanjangnya bergerak-gerak seperti di goyang sesuatu, sekilas ada tampilan tubuh hitam di latar belakang, baru saja Andi ingin melihat secara lebih jelas, panggilan di switch kembali ke panggilan suara..
"nanti bunda telpon ya yah,...ssssss bunda ooohhh aduhh pahhhh enakkk oohhsssss, ntar ya yah bunda telpon lagi." Ucap Rina. Telpon ditutup, Andi terperangah, kemaluannya tambah keras, Andi benar-benar shock tak percaya, Rina istrinya begitu berani menelponnya saat sedang berhubungan intim. Tapi Andi tidak bisa membohongi dirinya, kalau dia terangsang dengan semua itu.
Andi tidak menyadari sepasang mata mengintip dari balik sela pintu yang terbuka, mata itu menggunakan kaca mata....
***
Andi sudah terlelap, saat dering telpon whatsapp berbunyi, dengan malas dia melihat siapa yang nelpon, dilihatnya tulisan bunda disana. Andi lalu duduk di tepi ranjang, lalu dia mencari arlojinya, dilihatnya jam, ternyata jam 11 malam.
"Hallo..." Sapa Andi.
" Assalamualaikum ayah." Sapa Rina.
"Walaikumsalam." Balas Andi.
"ayah udah tidur?" tanya Rina.
"Ya.. ketiduran, katanya bunda mau nelpon, tadi ayah tungguin, lama bener sampe ketiduran." Jawab Andi.
"Maaf yah, ehmm tadi abis layanin mas Frans, dia ngajak makan malam diluar, ini kita baru pulang." Rina menjelaskan.
Andi mengeram kesal.
"Ayah marah?" tanya Rina.
"Gak kok, siapa yang marah." Andi menjawab kesal.
"Gini yah, besok mas Frans katanya mau ikut nginep dirumah." Ujar Rina.
Andi terlonjak kaget
"Lho, maksudnya apa? kan besok jatah ayah bun, kok bunda gitu?" protes Andi.
"Iya bunda tau, cuma tadi mas Frans ngasih ide kaya gitu, lalu bunda pikir itu juga ide bagus, katanya mas Frans pengen threesome." Ujar Rina enteng.
"Threesome, daripada kamu tau threesome bun?" ucap Andi dalam hati
"Halo, ayah tau kan artinya threesome?" tanya Rina.
"Ya, ayah tahu, lalu darimana bunda tahu threesome?" tanya Andi bingung.
"hihihi, dari mas Frans! katanya threesome itu kita bertiga berhubungan seks, tapi kan kalau keadaan threesome kita beda," jawab Rina.
"Maksud bunda, kan Ayah udah gak bisa menyetubuhi bunda, jadi threesomenya ayah nontonin bunda berhubungan seks sama mas Frans, tapi bagus juga sih, ayah bisa belajar banyak dari mas Frans cara memuaskan wanita, hihihi," Lanjut Rina kemudian.
"Jadi maksud bunda, ayah nontonin bunda berhubungan seks sama pak Frans, trus bunda oral ayah?" tanya Andi dengan suara bergetar.
"Ya bener yah..gimana yah..kayaknya asyik deh." Jawab Rina enteng.
"Anjing!!" umpat Andi dalam hati, dia tidak tega memaki istrinya, namun Andi juga tak mengerti kenapa kemaluannya mengeras.
" Trus pak Frans tidur dimana?" tanya Andi.
"Aahh ayah ini ribet banget sih, ya tidur aja betiga, kan bunda seneng, jadinya ditemenin ama dua orang suami bunda." Jawab Rina.
Andi diam hatinya berdesir, ucapan Rina membuat harga dirinya tercabik-cabik namun entah kenapa dia malah terangsang.
"Halo..yah, halo.." ujar Rina.
"Ya.. udah, oke kalau begitu." Ucap Andi kemudian
"Nahh, kirain keputus, ya udah oke ayah." Ujar Rina
"Bunda mau tidur?" tanya Andi
"Kayaknya belum deh yah, mas Frans tadi bilang minta bunda melayani dia lagi yah, hihihi.., nah tuh mas Frans dateng, dah dulu ya muacchh, i love you." Rina mematikan telepon.
Andi mendengus kesal dan geram, handphone di tangannya di lemparnya ke kasur.
***