webnovel

HUMILIATION

Malam demi malam dihabiskan dengan persetubuhan panas antara sepasang pengantin baru ini.

Rina seolah olah menemukan arti seks sebenernya, semua kebutuhannya akan seks terpenuhi dari suami barunya yang sangat perkasa.

Rina heran darimana tenaga suaminya itu, seolah tak pernah lelah..Rina menjadi tergila gila pada kontol suaminya.

Seperti janji cinta segitiga terdahulu, pada hari jumat sore hingga minggu malam, Rina pulang kembali kerumahnya.

Rina diantar pulang oleh Frans, di dalam mobil, hati Rina sungguh galau membayangkan dua malam akan kehilangan frans, Rina tahu benar Andi tak akan bisa menyetubuhinya seperti suaminya keduanya Frans.

Frans yang melihat istrinya melamun sejak dalam perjalanan dari apartemen, mencoba memegang jemari lentik Rina, ditatapnya mesra Rina.

"Males pulanggg pah." Ucap Rina manja.

Frans mengingatkan Rina untuk menjaga komitmen mereka bertiga, Frans benar2 gentlement, Frans mengatakan pada Rina, betapa besar Andi telah berkorban perasaan, Frans tak ingin Rina meninggalkan Andi.

Sebenarnya bukan Frans tak mau memiliki Rina seutuhnya, tapi Frans sudah menemukan hiburan baru dalam hidupnya.

***

POV FRANS

Ya hiburan seperti ini sungguh mengasyikkan, membayangkan istriku ini melayani suami pertamanya pada akhir pekan, membuat birahiku menjadi semakin besar.

Perempuan ini membuat aku begitu napsu, tubuhnya, gayanya yang manja membuat birahiku menjadi besar saat bersetubuh dengannya, pasti si Andi tak akan mampu memberikan seks, seperti yang dia dapatkan dariku, istriku yang cantik itu pasti akan menjadi liar saat pulang nanti, karena dia pasti akan haus birahi.

Kemaren setelah dia terkapar, aku wanti wanti istriku untuk tidak meninggalkan suami pertamanya Andi. Aku bahkan mengancam akan meninggalkan dia, dan tak memperdulikan dia lagi, jika dia meninggalkan Andi.

Aku ingat kemaren itu dia begitu panik saat aku katakan ancamanku itu, istriku yang cantik itu pasti sudah tergila-gila dengan permainan seks yang aku berikan padanya, tentu saja aku beralasan padanya untuk menjaga komitmen yang telah kita sepakati sebelum pernikahan.

***

Rina seperti komitmennya, sabtu sabtu dan minggu menjadi istri yang melayani segala kebutuhan suaminya Andi.

Andi yang sungguh rindu dengan istrinya mengajak istrinya bersetubuh, dia telah belajar bagaimana memulai foreplay.

Di semarang Andi banyak menonton film-film porno, dia mencoba belajar bagaimana mengoral daerah intim dari film film tersebut.

Malam itu Rina dan Andi berciuman di kamar, rasa rindu tak tertahan membuat Andi mencium bibir istrinya dengan beringas.

Rina yang sudah berubah sensitif terhadap sentuhan, mencoba mengimbangi suaminya dengan tak kalah ganas.

Andi menciumi Rina, menjilati seluruh jengkal tubuh indah istrinya, kemaluannya sudah mengeras.

Rina kemudian bangkit, menyuruh Andi terlentang, Rina mengoral kemaluan suaminya, Rina mengeluarkan seluruh kemampuannya yang telah dia latih saat bersama frans, Andi merasa sulit menahan puncak birahinya, dia melenguh keras.

"Ahhhh ahhhhhhhhhhhhh," Andi mengeram, cairan puncak birahinya berhamburan membasahi wajah Rina.

Rina tahu ini akan terjadi, Andi melihat kekecewaan tergurat jelas di mata istrinya. Keduanya terdiam, Rina kemudian pergi ke kamar mAndi untuk membasuh mukanya yang belepotan peju Andi.

-***

Dalam tidurnya Rina terasa geli, seolah olah ada sesuatu benda basah menggelitik daerah intimnya, dia mencoba membuka matanya, sedikit terkejut mendapatkan dirinya sudah tak menggenakan celana dalam.

Rina melihat Andi sedang telungkup mengoral kemaluannya, Rina menekan kepala Andi semakin dalam kedaerah intimnya, Andi yang sudah belajar dari film, mencoba mempraktekkan yang dia tonton, lidah Andi maenari-nari menjelajah setiap jengkal daerah intim istrinya itu.

Rina mengerang, lenguhannya sungguh menggetarkan burahi, Rina merasakan nikmat yang sangat di daerah intimnya, perlahan gelombang orgasme datang merasuki sanubari Rina.

"Aaahhhhhhhhhhhhhhhhh." Rina melenguhh panjang pertanda orgasme datang.

Cukup surprise Rina dengan kemampuan Andi dalam mencumbu daerah intimnya, Rina menatap wajah suaminya, didorong lagi suaminya terlentang, dia pegang kemaluan suaminya yang sudah mengeras.

"Ayah tolong tahan ya, jangan nyerah." Ucap Rina

Andi merem melek merasakan dahsyatnya mulut istrinya, "ohhh bun, sejak kapan kamu bisa gini." Ucap Andi di tengah rasa nikmatnya, sekuat tenaga dia berusaha agar tidak ejakulasi.

Rina kemudian menghentikan kegiatannya, rina kemudian mengambil kemaluan suaminya, dan mengarahkan ke daerah, Rina menaik-turunkan pantatnya perlahan, lalu Rina mempercepat gerakan pantatnya.

Andi blingsatan, dia tak mampu lagi bertahan, akhirnya Andi ejakulasi, Rina mendengus kesal, baru saja dia puji, tapi masih belum mampu menahan juga.

Rina terdiam masih di atas Andi, sesaat kemudian Rina ambruk ke tubuh Andi, harapannya sudah mulai ada tadi terhadap suaminya ini, namun ternyata harapan tinggal harapan.

Rina menangis sesengukan, dia kecewa sungguh kecewa hatinya perih, Rina menangis histeris di atas dada Andi.

Andi hanya terdiam mematung bagai orang bodoh, tangisan Rina sungguh mengiba, Andi membelai rambut Rina, namun Rina menepisnya.

Rina kemudian bangkit tanpa bicara, dia masih terisak, melangkah ke kamar mandi, Andi mengejarnya, Rina menutup pintu kamar mandi dan mengkuncinya, Andi mendengar tagisan istrinya yang tertahan.

Andi bersender di dinding kamar mandi, dia sungguh tak tega dengan tangisan istrinya, dia sadar kemampuannya di ranjang tak pernah membuat istrinya puas.

Andi melangkah keluar menuju pekarangan, Andi mendekati pot-pot bunga yang tertata rapih dan asri, dipandangi bunga petunia kesayangan istrinya, warna bunga itu sungguh cantik, konon katanya bunga itu akan indah pada tempat yang mempunyai energi positif, namun akan kusam pada tempat yang berenergi negatif.

"Pasti jika seindah ini, karena istriku memang baik merawatnya. Ya istriku sangat baik sekali selama ini, Rina istri yang baik, istri yang tak pernah rewel minta ini, minta itu, setiap aku pulang kantor, dia selalu tampil cantik untukku, masak untukku, memberikan anak yang ganteng."

Air mata Andi menetes deras ke pipinya, kepalanya tengadah ke atas, Andi mencoba menahan air mata yang semakin deras, penglihatannya buram karena kumpulan air matanya.

Andi berjongkok, kepalanya menunduk, punggungnya bergerak gerak, dia menangis hebat, dia tak mampu lagi membendung semua rasa di dada. Andi merasa bersalah pada istrinya, dalam 10 tahun bersama tak pernah sekalipun istrinya itu mengeluh soal hubungan seks, tak pernah sepatah katapun.

"Rina tetap melayaniku dengan baik, padahal dia tak pernah mendapat kebahagian dalam nafkah batinnya sebagai seorang istri!"

Andi semakin terisak membayangkan wanita yang dicintainya itu merasa tak bahagia selama 10 tahun ini,

"Maafin ayah bund, maafin ayah, ternyata selama ini ayah egois, ayah tak pernah menyadari kalau bunda begitu menderita sebagai wanita selama 10 tahun." Jerit Andi dalam hati, Andi semakin terisak, beberapa saat kemudian Andi mengusap air matanya, rongga dadanya sedikit lega.

"Ohh Tuhan aku mencintai Rina, aku sungguh tak bisa berpisah dengannya, aku sungguh tak bisa..ya Tuhan,"

Kembali Andi terisak, dia terduduk di samping pot bunga petunia, dia menunduk melipat kakinya, kembali dia terisak-isak melepaskan beban hatinya.

Dibalik pintu, Rina memandangi suaminya, sebenarnya dia kasian pada suaminya, tak terasa air matanya juga menetes melihat suaminya terisak-isak. Rina juga merasa bersalah pada Andi, tak adil rasanya jika membandingkan kemampuan pak Frans dan bang Andi.

Rina juga tau Andi telah berusaha merubah gaya bercintanya, namun Rina juga tahu, semua telah berubah, rasanya tak mungkin lagi aku bisa melayaninya sebagai seorang istri.

Rina mendekati suaminya, dia berdiri disamping suaminya, dielusnya rambut suaminya dengan lembut, Andi tetap menunduk, malah semakin terisak, Rina menyenderkan kepalanya di bahu suaminya, dipeluknya tubuh suaminya. Rina mencoba menenangkan suaminya, mereka diam dalam keheningan

"Yah, maafin bunda yah, bunda menangis tadi karena ahh entahlah." ujar Rina.

Andi menatap Rina, matanya sembab, Rina sungguh tak tahan melihat mata suaminya, hatinya juga perih, namun semua sudah terjadi dan semua telah berubah. Andi memeluk istrinya, Rina menyambutnya, dipeluknya kencang suaminya.

"Kenapa bunda minta maaf sayang, bunda gak salah, semua adalah kesalahan ayah." Ujar Andi lirih, Rina mengusap air mata suaminya, Rina kemudian bangun dan menjulurkan tangannya ke Andi, keduanya bangun dari duduknya.

Rina dan Andi kemudian pindah ke bangku panjang di teras, dibangku panjang, Rina berbaring di paha suaminya, Andi mengelus lembut rambut istrinya, Rina merasa damai sekali merasakan kehangatan sentuhan cinta dari suaminya.

"Ayah tahu bun, ayah gak mungkin bisa mengimbangi pak Frans dalam urusan ranjang." ujar Andi lembut sambil mengelus rambut istrinya, "tapi ayah mohon bun, jangan tinggalin ayah," ujar Andi.

"Ayah gak bisa hidup tanpa bunda." lanjut Andi lagi kali ini suaranya tercekat menahan emosi yang mencabik hatinya.

Rina menatap wajah Andi, diambilnya tangan suaminya, diciumnya tangan itu.

"Bunda tak akan ninggalin ayah, meskipun bunda mau, pak Frans melarang bunda." Ucap Rina lirih.

"Pak frans..?" Tanya Andi, Rina hanya menganggukan kepala.

"Jika bunda ninggalin ayah, maka pak Frans juga akan ninggalin bunda yah, gak mungkin bunda bisa kehilangan pak frans, setelah semua ini." Ucap Rina lagi.

Andi terpejam mendengar itu, hatinya terasa hancur berkeping-keping.

"Tadi dikamar, bunda telah memikirkan semua, sesuai kesepakatan pernikahan bunda dan mas Frans, sabtu dan minggu bunda tetap disini, menjadi istri ayah." Ujar Rina.

"Namun mohon maaf bunda tidak bisa lagi melayani ayah di ranjang, tapi jangan salah paham dulu yah, bukan berarti bunda tak sayang ama ayah, tapi bunda sudah gak bisa berpura-pura lagi yah." Lanjut Rina.

"Tapi bunda akan melayani ayah dengan tangan dan mulut bunda, tapi maaf yah, bunda gak bisa kasih ayah ini?" tanya Rina sambil menunjuk daerah intimnya.

Andi diam, bingung ingin jawab apa.

"Tenang aja yah, bunda akan kasih pelayanan yang terbaik, dan bonusnya, bunda melayani ayah sambil cerita rahasia kamar bunda dan pak Frans." Rina tersenyum nakal seolah tak memikirkan perasaan suaminya.

"Jadi ayah gak boleh menyetubuhi bunda?" tanya Andi.

"Untuk apa yah, toh bunda juga gak merasakan apa-apa." Jawab Rina seolah tak memiliki perasaan.

"Ohh my god." batin Andi.

"Yuk kita tidur yah," Rina berdiri dan masuk menarik tangan Andi.

"Bunda masuk dulu ayah mau kunci pagar." Jawab Andi.

"Oke." Jawab Rina, lalu masuk kedalam, Andi hanya memandangi istrinya yang sudah menghilang ke dalam rumah

Andi menghempaskan punggungnya ke kursi, dia mencoba mencerna setiap kata Rina tadi.

***

Next chapter