Kembali ke kencan Frans dan Rina..
Dalam mobil, pak Frans wenda bersikap sopan pada Rina, walau matanya jelalatan memandangi lutut Rina yang putih mulus, dia menahan diri untuk menyentuhnya.
"kita mau kemana pak," tanya Rina.
"Saya akan membawa wanita cantik ini makan malam romantis, heheh," jawab Frans wenda.
"Terima kasih ya bajunya pak," ucap Rina.
"Kamu keliatan cantik hari ini dek, seksi dan sungguh menggiurkan," ujar pak Frans wenda, wajahnya sangat dekat dengan tubuh sintal disampingnya ini.
"Ah bapak bisa aja, nakal deh masa istri orang dirayu-rayu, diajak kencan lagi" ucap Rina dibuat manja.
"Loh, kan dek Rina sendiri yang bilang untuk menganggap dek Rina istri sendiri," timpal Frans wenda, Rina hanya mencubit kecil lengan pak Frans wenda.
Frans wenda kembali tergelak, dia sungguh gemas dengan tingkah wanita cantik di sampingnya ini, namun sebagai pria berpengalaman dia tidak mau tergesa-gesa.
Mobil yang ditumpangi Frans dan Rina, berbelok ke hotel bintang lima satu satunya di solo, Rina mengernyitkan dahi melihat Frans.
"Hahah, tenang dek Rina, restorannya ada di atap hotel ini hehe, dah takut dibawa ke hotel ya," jawab Frans tahu apa yang sedang dipikirkan Rina.
Dah hampir setahun Rina tinggal disolo, dia baru tahu kalo Solo punya hotel yang sangat mewah seperti ini.
***
Sampai di restoran yang terletak di atap hotel tertinggi di Solo itu, Frans memilih meja yang berada di luar ruangan.
Meja itu ternyata sudah disiapkan, tampak ada lilin yang indah, di atas meja bertaburan kelopak mawar, ada botol wine, setangkai mawar berdiri disamping wine, sungguh romantis.
Frans berusaha menyenangkan wanita cantik yang bersamanya ini, ditariknya kursi dan dengan gaya gentlement Frans mempersilahkan bidadarinya duduk, Rina merasa tersanjung dengan perlakuan frans.
Perasaan Rina sungguh senang malam ini, Rina melihat sekeliling suasana resto, langit yang terang bertaburan bintang membuat suasana menjadi tambah romantis.
Tidak terlalu banyak pengunjung yang ada saat itu, hanya beberapa pasangan yang sedang asik berbincang sambil menatap satu sama lain. Pelayan restoran dengan sigap melayani mereka, hidangan pembuka kemudian tersusun rapih.
Frans tersenyum pada Rina, kemudian Frans memberikan setangkai mawar kepada Rina, "untuk wanita tercantik di dunia," ujar Frans.
Rina tersipu malu, dia merasa di awang-awang, Rina menerima mawar itu dan menciumnya, "makasih pak,"
Saat hidangan inti disajikan yakni steak Ttenderloin, Rina kesulitan untuk memotong.
Frans dengan sigap membantunya, dan menyuapi potongan daging itu ke Rina sambil tersenyum manis, Rina kemudian menerima sambil menatap juga dengan tatapan yang sangat manis.
Saat pelayan resto ingin memberikan hidangan penutup, Frans memberi kode agar nanti saja.
Frans mengajak Rina berdiri dan menuju pagar pembatas, Rina takjub dengan pemandangan yang dilihatnya, pemandangan kota yang terlihat indah.
"Kamu senang dek?" Frans menggenggam jemari Rina dengan lembut, Rina membiarkan saja jemarinya di pegang frans, mereka seperti pasangan sejoli, sambil menatap satu sama lain.
Frans bercerita tentang dirinya, istrinya dan anak-anaknya, Rina mendengarkan dengan penuh perhatian, keduanya terlibat obrolan yang mengasyikan, kadang Rina tersipu malu, kadang Frans terbahak, lalu kadang Rina terlihat merengut manja.
Siapapun yang melihatnya pasti akan menyangka mereka sedang dimabuk asmara. Tiba-tiba angin kencang menyingkapkan bawahan Rina, spontan Rina memegangi agar tidak tersingkap.
"Anginnya nakal dek, yuk kita pindah ke dalam saja," ajak frans, mereka lalu berpindah duduk ke dalam.
Lagu when a mans loves a woman , mengalun sayup pelan, menambah suasana semakin romatis.
Rina memperhatikan botol yang ada di meja, dia tidak tahu minuman apa itu, Frans lalu menjelaskan bahwa minuman itu adalah red wine, rasanya manis tapi memabukkan kalau terlalu banyak,
"Kamu mau coba dek?" Rina hanya menggeleng, lalu pak Frans meminta agar wine ini diganti dengan minuman lain yang tak beralkohol. Kembali Rina dan Frans terlibat obrolan ringan, Rina menceritakan tentang putranya, tentang masa lalunya.
Akhirnya tibalah saatnya Rina mengutarakan tentang niatnya meminta bantuan pak Frans untuk karier suaminya andi, Frans wenda dengan penuh perhatian mendengar setiap kata kata Rina.
"Ohh kebetulan dek, cabang semarang sebentar lagi ada posisi kosong, kasubag lama akan dimutasi ke sulawesi, saya bisa merekomendasikan pak andi untuk mengisi jabatan tersebut," ujar pak Frans wenda kemudian,
"Benarkah pak?" kata Rina tak percaya secepat itu bisa mendapatkan keinginan dia dan suaminya.
"Ya lah masa saya bohong, cabang semarang itu termasuk cabang utama, jika pak Andi mengisi posisi itu pasti tambah cepat kariernya, tergantung pak Andi mau tidak pindah ke semarang." ujar pak Frans wenda selanjutnya
"Pasti dia mau pak, nanti saya kasih tau suami saya." ujar Rina bersemangat.
"Tapi, apakah dek Rina mau bantu saya juga?" tanya pak Frans wenda sambil menatap Rina tajam.
"Maksud bapak bantu gimana?" jawab Rina, walau sebenarnya dia tau arah pembicaraan ini.
"Saya mau ehmm.. menuntaskan sesuatu yang tertunda di siang tempo hari," ujar pak Frans wenda langsung to the point.
Rina hanya diam, "dek Rina bisa pegang janji saya dek, saya akan menjadikan pak Andi Kasubag di Semarang, tapi saya hanya punya permintaan tadi," lanjut pak Frans wenda.
"Bolehkah saya minta waktu pak untuk memikirkannya," ucap Rina lirih, vaginanya sebenarnya berkedut dan rasanya dia ingin menjawab "silahkan pak, setubuhi saya sepuas bapak, buat saya puas pak ohh," tapi dilema yang dia rasakan membuatnya hanya diam.
***
DI BASEMENT PARKIR
Dalam mobil, pak Frans wenda dan Rina duduk berdampingan di kursi belakang, pak pujo supir Frans, sebelumnya telah diminta Frans untuk menunggu sampai dia panggil nanti.
Frans memegang jemari Rina, pemilik tangan hanya tertunduk, "jangan takut dek Rina, saya akan membantu pak Andi, dan adek tak perlu buru-buru memberikan jawaban atas permintaan saya tadi."
Tangan Frans kemudian mengelus lutut Rina yang putih bersih, perlahan naik mengelus lembut pahanya, Rina terpejam meresapi betapa lembutnya tangan pria ini membelai paha mulus Rina
Pak Frans wenda mendekati Rina, di ciumi telinga Rina, dikecupnya pelan leher jenjang putih mulus didepannya, begitu lembut perlakuan pak Frans wenda, Rina hanya menggelinjang.
Perlahan gairah Rina semakin meninggi, ketika dengan nakal tangan pak Frans meremas payudaranya dengan lembut.
Leher Rina telah penuh liur pak Frans wenda, Rina mendesis pelan sssss, menengadahkan lehernya agar pak Frans wenda bisa mengeksplor setiap jengkal lehernya dengan lidah.
Pakaian Rina mulai tersingkap, tangan pak Frans wenda perlahan mengelus gundukan vagina Rina yang masih terbungkus celana dalam
Frans wenda mencium bibir Rina, lembut perlahan lidahnya melata mencari lawannya, Rina kemudian membalas ciuman pak Frans wenda dengan penuh napsu.
Pak Frans wenda kini telah menyusu pada Rina, dijilatinya payudara Rina yang putih mulus, puting Rina yang mencuat semakin runcing dihisapnya dalam-dalam
Rina saat ini telah bersandar di pintu mobil, perlahan Frans wenda melepaskan celana dalam Rina, Vagina Rina telah banjir akibat napsu birahinya yang meninggi.
Frans wenda kemudian membungkuk menjilati klitoris Rina, dicumbunya vagina indah itu, lidah Frans mengorek-ngorek lubang senggama wanita cantik ini.
Hampir 10 menit Frans mengaduk aduk vagina merah Rina dengan lidahnya, Rina menggelepar menjerit tertahan ketika orgasme datang melanda.
Rina menjambak rambut pak Frans wenda, di tahannya kepala pak Frans wenda sekuat tenaga, walau rasa birahinya memprotes, kesadaran Rina tiba tiba datang.
Rina berkata lirih, "pakk plisss, jangan diteruskan, pliss," pak Frans wenda melihat ke wajah Rina, tampak olehnya air mata yang mengembang di mata indah wanita cantik ini.
Frans wenda menghentikan aksinya, Rina yang masih tersandar sesengukan menangis.
"Ada apa sayang." ujar pak Frans wenda menenangkan Rina, dibelainya rambut Rina dengan lembut
"Maafin saya ya dek, kalo saya keterlaluan" ucap pak Frans wenda lembut.
Rina sesaat kemudian telah menguasai dirinya kembali, "pak Frans wenda, saya takut dosa pak, ini zinah pak, saya takut dosa, saya ingin menuntaskan keinginan pak Frans wenda tapi saya takut pak." ujar Rina terisak.
Frans menyangka Rina merasa berdosa pada suaminya, sehingga dia begitu terpukul.
Namun pak Frans wenda sebagai lelaki pengalaman, tahu benar bahasa tubuh Rina, dia tahu wanita cantik ini juga pengen disetubuhi olehnya.
"Apa dek Rina bersedia tidur dengan saya?" tanya pak Frans wenda, Rina memandang pria dihadapannya ini dan mengangguk dengan cepat
"Saya bersedia pak, tapi saya ingin secara benar," ujar Rina.
"Saya gak paham maksud dek Rina," ucap Frans wenda bingung.
"Saya ingin tidur dengan bapak, kalau bapak jadi suami saya" ucap Rina sambil menunduk, tak menyangka kata-kata itu bisa dia ucapkan.
"Maksud dek Rina, saya menikahi dek Rina? lalu bagaimana dengan pak andi?" Frans wenda sedikit bingung mendengar Rina.
"Bang andi tetap jadi suami saya, dan bapak juga jadi suami saya, setelah itu pak Frans wenda bisa sepuasnya menyetubuhi saya." ucap Rina lirih.
"Jujur pak, saya ingin bapak menyetubuhi saya, saya ingin menikmati penis bapak sepuasnya tanpa merasa berdosa pak, kalau bapak jadi suami saya, bapak berhak dan halal menyetubuhi saya," lanjut Rina kini dia berani menatap wajah lelaki didepannya.
"Saya kok jadi keras mendengar dek Rina ngomong kaya gitu, baiklah saya mau menikahi dek Rina, tapi apakah pak andi bersedia?" tanya Frans wenda kemudian.
"Nanti saya bicarakan dengan suami saya pak, saya yakin dia mengizinkan," ucap Rina lagi.
"Hmmm kamu dah pengen ya dek." ujar Frans wenda menggoda Rina.
"Ihh bapak yang mulai, jadi saya terangsang", ucap Rina tanpa malu-malu lagi, air matanya telah hilang.
"Emang pengen apa?" pak Frans wenda menggoda Rina.
"Pengen ditiduri pak Frans wenda dong," jawab Rina dengan suara manja, sambil menggigit bibir bawahnya.
"Sebentar," pak Frans wenda langsung membuka celananya
Batang kemaluan pak Frans mencuat dengan tegang, bentuknya hitam panjang dan besar, Rina berdesir melihatnya, dia sudah menyangka, namun dia tetap kaget.
"Kamu mau disetubuhi ama ini sayang?" ucap pak Frans wenda menggoda.
"Rina mau pak, setelah semua resmi, Rina akan melayani bapak sepenuh hati Rina," ujar Rina.
"Kalo tiap malam saya pengen, gimana?" tanya pak Frans wenda.
"Adek akan melayani kapanpun suamiku ingin sayang, vagina adek kan punya mas frans," ucap Rina dengan tersipu, wajahnya memerah.
Kemudian Rina memegang alat kelamin Frans, terasa jauh bedanya dengan milik suaminya.
"Lalu dek, kalau nanti kita main, apakah mas harus pakai kondom?" tanya pak Frans wenda yang merasa nikmat kemaluannya dikocok tangan halus dan lembut.
"Kan udah jadi suami, masa pake kondom, mas bisa membuahi adek kapanpun mas mau, sebagai istri, saya tentu ingin dihamili suami saya," Rina terus berkata nakal sambil terus mengocok.
"Setelah kita menikah, adek akan memanjakan punya mas ini sayang, dan menampung semua benih mas di dalam rahim adek," Rina mempercepat gerakannya, pak Frans wenda blingsatan, tak lama cairan putih kental menyembur keluar.
Frans kemudian merengkuh tubuh sintal ini ke pelukannya, Rina pun terasa nyaman dalam pelukan pria gagah ini, mereka berpelukan lama, tak ada kata terucap, hanya hati mereka yang saling bicara lewat bahasa tubuh mereka.
***
Saat tiba di depan rumah, Rina kemudian berpamitan dan meminta Frans supaya tidak turun, Rina akan turun sendiri karena merasa gak enak dilihat tetangga.
Baru saja Rina hendak membuka pintu mobil, Frans menarik Rina kembali ke pelukannya, Rina hanya pasrah dan menenggelamkan wajahnya di bahu bidang rans.
Ingin rasanya Rina menghentikan waktu untuk sesaat, kemudian Frans mengangkat dagu Rina, dikecupnya lembut kening Rina.
***