But I won't never give up, no, never give up, no, no
No, I won't never give up, no, never give up, no, no
- Never Give Up by Sia -
============
Menjelang petang hari, hiruk pikuk di rumah Runa mulai terasa. Kegaduhan itu adalah karena Bu Sayuki dan Tomoda sedang menaikkan barang-barang dagangan mereka ke atas mobil pick up milik keluarga.
Suara mereka cukup riuh juga hingga akhirnya Reiko yang tak enak hati pun keluar dari dalam kamar diikuti Runa. Ia benar-benar sungkan jika hanya berdiam diri saja di kamar. Sebagai tamu, tentu Reiko ingin melakukan sesuatu.
Maka, gadis itu pun mendatangi Bu Sayuki dan ikut membantu menaikkan barang dagangan ke bak mobil bersama Runa pula.
Tak hanya bahan-bahan makanan saja yang diangkut namun juga alat-alat pelengkapnya. Yang dijual oleh Bu Sayuki merupakan makanan maka dari itu alat seperti alat penggorengan dan semacamnya juga perlu diangkut naik.
Setelah semuanya terangkut, kini Tomoda mulai masuk ke bagian kemudi. Sedangkan Bu Sayuki berkata pada putrinya, "Nanti jangan lupa ikut membantu, mengerti?" Sambil Beliau juga melirik ke arah Reiko. Apakah itu kode?
"Iya, iya, Bu, aku tahu, aku paham. Jangan khawatir." Runa membalas sambil mengangguk. "Nanti aku akan ke sana setelah mandi."
"Bagus kalau kau paham." Bu Sayuki pun naik ke dalam mobil, duduk di sisi putranya dan kemudian mobil pun meluncur ke area tempat mereka akan berjualan sepanjang malam.
"Yuk, Rei!" ajak Runa pada Reiko.
Reiko mengangguk dan berjalan mengikuti Runa masuk ke dalam rumah dan bersiap untuk mandi.
Usai mandi, ternyata Reiko bersikeras ingin ikut ke pasar jajanan tersebut.
"Kau yakin ingin ikut?" tanya Runa.
"Memangnya kau ingin aku sendirian saja di rumahmu?" Reiko membelalakkan mata, tak percaya sahabatnya malah seperti menginginkan dia tetap di rumah. Sendirian pula. Yang benar saja!
Runa tertawa kecil. "Baiklah, aku paham kau pasti akan takut jika ditinggal sendirian di rumah begini. Hi hi, oke, ayo ikut, kalau begitu."
Kedua gadis itu pun mulai berjalan ke stasiun kereta kota. Jarak ke pasar cukup jauh, tak bisa hanya ditempuh dengan berjalan kaki.
"Kau tahu, dulu ibuku berjualan okonomiyaki[1]." Runa membuka obrolan ketika mereka sudah turun di stasiun dan berjalan kaki sebentar menuju ke destinasi.
"Ahh, ya, aku ingat, kok!" Reiko menjawab. "Apakah sekarang sudah berganti?"
Runa mengangguk. "Dulu karena ibu masih muda, dia masih bisa menangani jualan okonomiyaki sendirian, tapi sekarang karena semakin berumur, ibu mengeluh akan repotnya mempersiapkan bahan-bahan okonomiyaki."
"Ohh ...." Reiko mengangguk saja sambil terus mendengarkan.
"Kau tahu sendiri, kan, bahan-bahan okonomiyaki itu banyak yang harus dipotong tipis-tipis dan kecil-kecil, ibu sekarang tidak sabar. Oleh karena itu, aku sempat memberikan ide ayam goreng renyah ke ibu."
"Wah ... seperti ayam tepung yang terkenal itu?"
"Umh!" Runa mengangguk dan meneruskan bicara. "Tapi ini ayam goreng renyah ala Korea Selatan."
"Ehh, ala Korea Selatan?" Alis Reiko terangkat dua-duanya.
"Ya, aku pernah melihat temanku memposting saat dia sedang jalan-jalan ke Korea Selatan dan mampir di street food mereka. Aku jadi ngiler karena terlihat enak sekali dan praktis untuk dibawa pulang. Lalu aku mencari di Yutub mengenai itu dan ada banyak bahkan langkah-langkah pembuatannya dari awal. Lalu, aku ceritakan ke ibu dan setelah dipikir-pikir lebih simple, ibu pun memilih itu, mengganti dagangannya."
"Wah, ternyata ide darimu, yah Ru-chan."
"He he he, iya. Karena aku pikir, ayam goreng ala Korea Selatan saat ini sedang ngetren di mana-mana, jadi apa salahnya mengadopsi itu ke sini. Dan kata ibu, itu sangat laris!"
"Sepertinya kita sudah sampai." Reiko menatap ke depan. Di sana ada kawasan yang dipenuhi oleh lapak-lapak penjual makanan ala street food dengan orang yang lalu-lalang, dari turis lokal, turis manca, hingga penduduk lokal pula, tumpah ruah di sana. "Apakah selalu seramai itu? Sepertinya dulu tidak begini, ya kan?"
Runa mengangguk. "Benar, sekarang memang lebih ramai ketimbang jaman kau masih tinggal di sini. Sekarang orang banyak yang membeli makanan di jalanan ketimbang memasak sendiri. Yah, jaman kini orang lebih menyukai kepraktisan dan efisiensi waktu dan tenaga."
Reiko menatap kawasan yang dipadati banyak manusia dan juga lapak-lapak makanan, dan ada banyak lampu berwarna-warni penuh semarak di sepanjang jalan sehingga menambah daya pikat bagi pengunjung untuk mampir.
"Sepertinya ini kalau pagi jadi pasar biasa, kan?" tanya Reiko untuk memastikan.
"Iya. Pagi hingga sore, ini pasar biasa, dan malam hari, menjadi pusat jajanan dan makanan. Nah, itu lapak ibuku." Telunjuk Runa mengarah ke salah satu lahan cukup luas. "Lapak ibuku bisa digolongkan luas dibanding yang lain. Karena yah, selain ibuku termasuk senior di pasar ini, ibu juga membayar tinggi untuk lahan itu."
Reiko mengangguk-angguk mengerti. Mereka semakin mendekati ke lapak jualan Bu Sayuki. Nampak Beliau sedang mempersiapkan ayam-ayam yang akan digoreng. Sementara itu, minyak berkaleng-kaleng sudah selesai dituang Tomoda pada sebuah wajan berbentuk seperti setengah drum besi yang tebal hitam pekat.
"Nah, itu mereka, Bu!" Tomoda berseru ke ibunya.
Bu Sayuki mendongak melihat ke Reiko dan Runa yang berjalan mendekat. "Lekas ke sini, bantu Ibu!" panggil Beliau sambil melambai. Petang itu belum banyak pengunjung, sehingga masih ada waktu untuk mempersiapkan dagangan.
"Kau juga ikut bantu, Reiko." Bu Sayuki langsung menunjuk ke Reiko.
Runa segera protes, "Bu, kenapa Rei harus ikut membantu? Dia kan tidak tahu apa-apa."
"Maka dari itu, sekarang dia harus tahu apa-apa di sini! Ayo, sini Reiko!" Bu Sayuki menatap tajam putrinya dan memanggil paksa Reiko dengan sikap tak sabar.
Mana mungkin Reiko tidak mendekat?
"Kau, coba lihat caraku dulu membumbui ayam-ayam ini, lalu, cobalah nanti untuk menggorengnya. Perhatikan!" Bu Sayuki orang keras yang tak suka dibantah. Oleh karena itu, Reiko dan Runa tidak berdaya dan patuh.
Sementara itu, Tomoda menyeringai senang.
---------------
[1] Okonomiyaki itu makanan khas dari Jepang yang mirip seperti martabak sayur kalau di Indonesia. Bahan-bahannya dari kubis, wortel atau sayuran lainnya yang dicacah dirajang tipis-tipis, dicampur ama tepung, air, lalu digoreng di wajan datar sambil dikasi irisan daging tipis, dan kadang juga dikasi irisan ikan, kaldu sedikit, dan di atasnya kadang dikasi telur ceplok setengah matang dan mayones. Pokoknya martabak ala Jepang.