Rafael mengambil ruangan vvip untuk perawatan hany. Hany demam dan kelelahan juga kekurangan cairan. Memang hari itu hany sibuk mengurus rafael dan jarang meminum air putih. Rafael kesal sekali, dia ingin sekali memarahi hany, berani membahayakan bayinya?
"Tuan," yang ditunggu akan dimarahi pun bangun, perlahan matanya terbuka, melihat rafael yang ada disampingnya. Berdiri menatapnya.
"Saya dimana?" kata hany melirik ruangan sekitar yang terasa asing. Kepala hany masih terasa sakit. Dia ingin memijat kepalanya.
"Ahh.." tapi ketika akan melakukannya, hany merasakan sakit ditangannya, dan benda asing seperti menempel ditangannya, sebuah selang infus. Hany melihat benda itu, ternyata ada selang infus dan ruangan itu?
"Rumah sakit. Kamu ada di rumah sakit. Kamu dirawat karena demam." kaya hanny menjelaskannya. Membuat hany mengerti situasinya sekarang.
"Kenapa kamu membahayakan bayi saya." kata rafael lagi. Hany mulai kesal, siapa yang ingin, tak ada yang ingin membahayakan bayinya juga. Ingat dia juga anaknya.
"Kamu pasti ketularan saya kan. Kenapa kamu deket-deket sama saya waktu saya sakit." rafael itu tak malah kalah, selalu benar.
"Tuan yang memeluk saya di ruang tengah ketika duduk disofa." hany tak mau berdebat, sudah cukup dia sakit dan mau diajak bertengkar. Tak mau. Hany memalingkan muka dan rafael mencoba mengingatnya.
Rafael jadi merasa bersalah. Besok-besok dia tak akan mendekati hany kalau dia sedang sakit, dia akan pulang ke rumah mamanya saja.
Drettt...
Rafael malu, dia tak bisa memperdebatkan masalah yang sama. Sampai telpon rafael berdering, telpon dari bisma. Di memberi kabar kalau darah tinggi mama kumat, kepalanya sakit.
"Mama dimana sekarang? Udah periksa rutinkan ke dokter?" tanya rafael lewat telpon pada bisma.
Hany penasaran dan khawatir. Hany juga ingin mengenal mama rafael, rasanya seperti ingin dimanjakan oleh nenek dari janin yang dia kandung. Neneknya, mertuanya?
Rafael pun mengakhiri telponnya. Dia lebih terkejut kalau mamanya dirawat di rumah sakit yang sama untuk tes darah dll. Rafael pergi tanpa pamit, membuat hanny tersinggung.
Ahh..
Hanny lo harus meneguhkan hati lo, lo bukan siapa-siapa rafaelm Hanya lo harus membayar hutang. Hanny kesal kenapa sih dia terlalu terbawa perasaan dengan rafael. Ahh..
Hanny menghentak kesal diatas ranjang.
"Auww.."
Sampai lupa kondisinya. Hanny memekik sakit karena terlalu emosi. Perutnya kencang, sakit. Hanny merasa dia butuh rafael, tapi dia malas mengatakan itu. Harusnya rafael itu tau diri, hanny yang sedang hamil butuh diperhatikan.
Rafael menelpon bibik dan mina untuk menjaga hannya di rumah sakit. Mereka baru saja datang. Setidaknya ada yang menemani hannya. Hanny hanya diam dengan kesal..
Dia ingin melihat keadaan mamanya rafael juga. Ingin mengenal dan dimanja neneknya si bayi.
***
"Mama. Mikirin apa?" rafael datang ke ruang pemeriksaan mamanya. Mamanya sedang diperiksa oleh dokter.
Bisma menemani mamanya. Mama rafael menggeleng pada rafael. Dokter bilang tekan darahnya terlalu tingga, makannya kepalanya sering sakit. Dokter mengatakan agar mama rafael tidak terlalu memikirkan masalah, apapun itu yang berat.
Dia harus dirawat sebentar sampai tekanan darahnya menurun dan normal. Bisma harus berangkat ke kampus, makannya dia menelpon rafael.
"Kak, aku harus ke kampus. Ini mata kuliah penting banget buat kelulusan nanti. Aku bisa kan nitip mama ke kakak." kata bisma pada rafael.
"Ok. Semoga sukses ya."
Tentu rafael tak keberatan lah. Rafael menemani mamanya di rumah sakit. Rafael ke kantin untuk membeli makan siang.
***
Hanny kira rafael akan segera kembali, tapi nyatanya tidak. Hanny akan makan siang, hanny mengaja mina ke kantin rumah sakit, beli makanan yang enak, makanan di rumah sakit tidak enak, hanny tak suka. Tapi suster dan dokter melarangnya, itu makanan yang disiapkan oleh dokter, bergizi untuk kandungan hannya. Hannya menangis disuapi mina.
"Gak enak." keluh hanny.
Hanny diluar untuk mencari udara segar. Infus mama rafael juga sudah habis. Kepalanya sudah tak terlalu sakit, dia keluar untuk mencari udara segar. Rasanya pengap didalam ruangan rumah sakit.
Ketika dia akan jalan keluar, mama rafael tak sengaja melihat hanny yang menangis sambil makan. Bahkan beberapa kali menahan mual.
"Mina, udah ahh. Gak mau, gak enak bubur rumah sakitnya." kata hanny menahan suapan mina baru yang ketiga. Ketiga suapan saja penuh perjuangan.
Hanny menahan mulutnya yang hampir muntah. Satu tangannya dengan infus dan tiang penyanga infus, satu tangannya menutup mulutnya.
Mama rafael melirik bagian lorong yang dia lewati. Disana tertulis bagian ibu dan anak, mama rafael senang melihat hanny, pasti dia sedang hamil. Ahh.. Ini bisa membantu. Mama rafael meminta seorang suster untuk membelikannya minyak bayi. Itu setau mama rafael itu bisa mengurangi mual karena baunya enak.
"Kamu tidak apa-apa sayang?" mama rafael terketuk hatinya ingin menghibur hanny.
Hanny terkejut melirik mama rafael disampingnya. Hanny senang, dugaan hanny benar, mama rafael benar-benar baik dan perhatian. Andai dia tau kalau dia sedang mengandung cucunya. Mama rafael membantu mengusap punggung hanny. Seorang suster datang dan memberikan minyak bayinya.
"Ini, ini mungkin bisa membantu mengurangi mualnya. Hirup ini." kata mama rafael membukakan botol kecil minyak bayinya.
Hanny langsung menerimanya dan melakukan apa yang mama rafael katakan. Mama rafael juga terus mengusap punggung hanny agar lebih lega.
"Mau makan sesuatu selain buburnya yang tak enak?" tanya mama rafael pada hanny. Hanny mengangguk senang, hanny ingin makan, makanan yang hangat dan berkuah.
"Tapi dokter melarangnya, katanya saya harus makan buburnya. Sampai habis." keluh hanny pada mama rafael.
"Berapa bulan?" tanya mama rafael yang memegang perut hanny. Hanny suka, bahagia, seperti ada kupu-kupu didalam perutnya. Geli tapi sangat suka. Membuat hanny menangis.
"Dua bulan, baru dua bulan, mama?" hanny menatap mama rafael dan dengan hati-hati menyebutnya mama.
"Maaf, saya lancang memanggil anda mama. Saya rindu pada mama saya, tapi dia sudah tak ada."
Mama rafael makin kasihan pada hanny. Dalam keadaan hamil muda, hanny sangat butuh ibunya, tapi ibunya sudah meninggal. Mama rafael memeluk hanny dengan penuh kasih sayang.
Andai hanny boleh mengaku, dia ingin mengaku pada mamanya rafael, supaya dia bisa dipeluk setiap hari. Hanny bahkan menangis dipeluk mama rafael. Mama rafael sudah mengirim pesan pada rafael untuk membelikan makanan berkuah yang tanpa rafael tau itu pesanan hanny. Rafael kembali ke ruangan mamanya, ruangan yang berbeda. Ketika rafael berhenti di ruangan yang mamanya katakan, rafael terkejut.
Rafael melihat mamanya dan hanny saling berpelukan. Hanny menangis dalam pelukan mamanya. Rafael takut hanny menangis karena sakit, ada masalah dengan bayinya, tapi juga rafael takut ketahuan.
"Mama ini buat siapa?" tanya rafael yang ditatap oleh mina. Rafael meminta mina bungkam. Jangan sampai ketahuan oleh mamanya kalau hanny hamil anaknya.
"Ahh.." mina terkejut. Malam itu mina tak terlalu memperhatikan wajah mama rafael.dari jauh. Mina baru tau ini.
Mama rafael pun melepaskan pelukannya pada hanny. Mama rafael dengan penuh sayang mengusap air mata hanny. Hannya tak terkejud dengan ini, hanny senang. Masa bodo dimarahi rafael. Hanny suka diperhatikan mamanya.
"Tolong tuangkan ini kewadahnya, satukan dengan buburnya. Ini akan lebih enak." kata mama rafael mengambil makanan yang dia pesan pada rafael. Rafael terpaku melihat mamanya begitu perhatian pada hanny.
Kalau semuanya ketahuan bagaimana? Rafael hanya menyewa hanny untuk hamil dan melahirkan anaknya. Rafael menelan salivanya dengan berat.
Hah? Gugup bukan main.