"Aku sudah tau toko fotocopy di sini," ujar Kanaya apa adanya.
"Iya," balas Gibran tanpa menoleh kearah Kanaya. Kedua matanya masih fokus dengan jalan ramai yang membuatnya susah untuk berjalan cepat.
****
"Kenapa Kanaya lama?" Tanya Toni mulai khawatir.
"Mungkin antri, Mas," sahut Rani yang sedang membersihkan kaca di dekat Toni.
"Mungkin."
Rani menggeleng-gelengkan kepalanya, ia paham betul kalau Tony benar-benar peduli pada Kanaya.
"Enak ya jadi Kanaya. Banyak yang suka," gumamnya.
"Kamu pasti iri kan?" Tanya seseorang dengan tiba-tiba.
"Iri?" Rani mengangkat sebelah alisnya dengan bingung.
"Kamu kan tahu Kanaya itu cantik, banyak yang suka. Apa kamu tidak takut jika orang yang kamu sukai juga suka sama Kanaya." Nadia berusaha menghasut.
"Mana mungkin, dia saja tidak mengenalnya." Rani merasa yakin ucapan Nadia tidak akan pernah ada benarnya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com