Suasana tampak begitu canggung, Dimas dan Alvin masih saling bertatap-tatapan.
Mereka berdua memang benar-benar masih salah paham.
"Alvin kok, diam aja sih? Om Dimas kok juga diam?" tanya Mentari.
"Sejak kapan kamu berteman dengan keponakan saya?" tanya Dimas dengan ketus.
"Keponakan?" Alvin langsung kaget mendengarnya.
Rupanya Dimas itu benar-benar Om-nya Mentari sungguhan, bukan Om yang seperti ada dalam pikirannya.
"Jadi, Om ini beneran Omnya, Tari ya?" tanya Alvin lagi untuk memastikannya.
"Yaiyalah, terus kamu pikir Om yang bagiamana?!" cantas Dimas.
Mentari pun sedikit takut melihat ekspresi pamannya.
Lalu dia menyikut lengan tangan Alvin memberikan isyarat bahwa dia harus berbuat sopan kepada pamannya.
Dan seketika Alvin langsung, meraih tangan Dimas dan mencium tangannya.
"Maaf, ya Om, kalau saya sudah tidak sopan, dan perkenalkan nama saya, Alvin,"
Dimas pun tak. Menjawab ucapan Alvin dan dia malah menatap dengan lekat.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com