Mengingat hal itu, membuat sekujur tubuh Rania merinding, air mata nya terus mengucur deras, ia terus melangkah tertatih- tatih sembari meremas dada nya yang terasa begitu sesak.
Bagaimana bisa ia melakukan hal sekejam itu pada putri kandung nya sendiri.
Sampai matipun ia tak dapat memaafkan diri nya sendiri.
Dengan ragu- ragu, Rania mulai memutar kenop pintu rumah nya. Di sana, di sebuah ruang tamu yang mungil, memperlihat kan seorang gadis tersenyum sumringah ke arah Rania, ia menyambut kedatangan ibu nya yang memang sudah ia tunggu sejak tadi. Melihat senyuman tulus itu, membuat dada Rania semakin sesak.
"Ibu, apa yang terjadi ? Kenapa lama sekali ?" tanya gadis muda yang kini melangkah mendekati nya.
"Tidak ada apa- apa," Jawab nya singkat.
"Aku sudah menyiapkan makan malam, Ibu silahkan makan duluan, Ibu belum makan dari kemarin," ucap Anna penuh perhatian, meskipun Ibu nya selalu bersikap dingin terhadap nya.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com