"Sudah cukup melihat contohnya?"
"Apa?"
Apo masih memegang kukis saat Raja Millerius mengulurkan tangan.
"Sekarang giliranmu berdansa denganku."
Apo pun tak bisa berkata-kata. Caci maki tenggelam di dasar tenggorok, maka harus bagaimana dia menolak lelaki ini? "Tidak mau. Jelaskan dulu sebenarnya ada apa." Dia berdiri dengan mimik jengkel. "Saya bukan orang yang sembarangan menurut ya. Kemarin cokelat dari Yang Mulia saya makan karena salah paham. Ibu bilang dari Ayah loh. Eh, akhirnya malah begitu faktanya." Dia coba meluruskan.
"Oh, sudah masuk ke perut kecilmu?"
Raja Millerius menyembunyikan lengannya di balik punggung. Ditolak pun sikapnya tetap begitu menawan. Dagu diangkat naik, tanpa terlihat kecewa. Apo bersungut-sungut melihat ekspresi wajahnya.
"Apa sih?" tanya Apo. "Perasaan tidak sekecil yang Anda bilang. Saya makan hampir semuanya ya. Itu benar-benar kesalahan. Saya merasa dibohongi semua orang," bantahnya. "Anda jangan gede rasa."
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com