"Adududududuh…"
Angela tak henti-hentinya mengeluarkan keluhan sepanjang perjalanan pulang bersama Ghea. Ia duduk meringkuk di kursi depan dengan dahi menempel di kaca mobil. Berharap, kaca yang sejuk mampu mengurangi rasa panas membakar yang kini merambati sekujur dahinya.
"Nanti juga hilang." Ghea berkata, menanggapi setiap keluhan Angela dengan seringai yang sepertinya susah payah disembunyikannya. Angela tak menggubrisnya.
Ada banyak traffic light yang harus dilewati, dan tiap kali melewatinya, bertepatan dengan menyala merah. Angela sebisa mungkin menahan sabar, menutup mulutnya agar tak melempar makian saat melihat jalan raya yang ramai dan padat serta pengendara motor yang ugal-ugalan.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com