Manhattan, 21.30 P.M
"Mr. Mark penipu ulung yg cukup bodoh ternyata. Dia mudah sekali tergiur dg uang. Sekali sergapan polisi saja cukup untuk menahannya." Ujar Louis.
"Tapi kepolisian tetap butuh kita," Sahut Justin.
"Dia terlibat dalam perdagangan anak internasional juga," Sahutku.
"Wah, benarkah ?."
""Kukira kau tahu ?," Sahut Louis.
"Well, penjahat bodoh macam apa ini ?, ia terlibat dalam banyak kasus dan mudah sekali dilacak. Kenapa kepolisian sampai minta bantuan kita ?," Tanya Justin.
"Kata polisi, mereka sudah tiga kali menyergap tapi gagal. Kau salah Louis, soal sekali sergapan. Mungkin karena polisi berisik," Sahutku.
"Ya juga, mereka selalu menyalakan sirine dan tentu saja Mark ini bisa lari," Ujar Louis.
"Well, selamat bermalam di kantor. Kita harus menentukan titik penangkapan dan menyamar," Ujarku.
"Justin, pesan pizza dan kopi. Kali Ini jatahmu," Ujar Louis.
"Ya, ya Yaa."
Aku tergelak melihat sebalnya Justin yg harus mengeluarkan uang di tanggal tua seperti ini.
.
.
.
Aku menggosok gigiku dg malas sambil berusaha menahan mataku yg terus ingin terpejam. Semalaman aku memindai data dari beberapa rekaman CCTV. Sampai sekitar pukul 04.10. Lalu tidur. Dan bangun.
Jam 08.00.
Setengah jam lagi ada rapat direksi, aku jengkel sekali melihat Louis dan Justin yg masih segar.
"Bangun Ixchel, astaga wajahmu. Kau harus mengoleskan apa saja itu namanya, kau terlihat sangat lelah," Ujar Louis.
"Diam, bangsat. Kau tidur duluan semalam," Umpatku.
"Ho..hoo, maaf bos," Ujar Louis sambil terkekeh
Rapat direksi adalah rapat bersama direksi dan terasa sangat memuakkan. Setiap divisi harus presentasi minimal 45 menit. Sedangkan total ada hampir 20 divisi.
Sejam, dua jam.
Astaga MATAKU !.
"Agent Rose !."
"Yes, sir !," Jawabku spontan sekaligus tersentak.
"Bagaimana dg kasus korupsi di divisimu ?."
"Ah, kami mengumpulkan bukti – bukti keterlibatan kasus dan melacak posisi tersangka dan terus berkomunikasi dg polisi," Jawabku.
Lalu menghela napas.
"Bukti apa ?."
"Bukti – bukti seperti bukti transaksi dan banyak foto, sir," Jawabku seadanya.
"Baik, laksanakan !."
"Siap, laksanakan !," Jawabku.
Pukul 12.30 rapat selesai. Baru saja keluar, Louis langsung menarikku ke cafe sebelah kantor.
"Hei, ada apa ini ?, kau mau mentraktirku ?," Tanyaku yg sedang bingung dan linglung.
"Yeah, makanlah. Kau pucat sekali."
"Benarkah ?."
Aku memesan meat sandwich, sedangkan Louis hanya bertegar. Ditemani jus alpukat dan jus melon kesukaanku. Usai makan ia mengajakku ke parkiran.
"Mau kemana ?," Tanyaku.
"Menjenguk ibumu. Bagaimana dg biaya rumah sakitnya ?," Tanya Louis.
"Sudah dibayar Grey."
Louis hanya mengangguk.
Kami mampir ke salah satu toko bunga langgananku dan membeli mawar putih kesukaan ibuku. Lalu melaju ke RS.
Well, sepertinya cerita ini sudah terlalu jauh.
Hi guys !, namaku Ixchel Jamora. Nama samaranku adalah Rose, karena aku seorang agen. Usiaku 20 tahun dan aku sedang bersama salah satu rekan kerjaku menuju ke RS untuk menjenguk ibuku.
Ada apa dengan ibumu ?.
Ibuku terkena stroke, sudah hampir 10 tahun. Penyakit mengerikan yg seketika membuatnya lumpuh. Dan mum masih terus dalam tahap pemulihan. Dan perlahan aku mulai melihatnya makan dan berjalan tertatih – tatih.
"Mum !," Ujarku riang.
"Hey, sayangku," Ujar mum menyambutku.
"Oh, bicaramu jelas sekali !," Ujarku.
"Tentu saja, kau terakhir kesin sebulan yg lalu. Hey, Louis. Kau makin tampan saja," Puji mum.
Louis menggaruk kepalanya yg tidak gatal sambil tersenyum canggung, "Ah, thank you aunt."
"Maaf aku sibuk sekali mum, jadi baru bisa kesini."
"Ada ponsel kan ?, kau tidak harus mengunjungiku, tenanglah. Aku tidak mau merepotkan," Ujar mum.
"Ixchel, bagaimana Grey ?."
Senyumku memudar dan aku tertunduk sebentar.
"Maaf, aku belum menemukannya mum," Ujarku.
Namun mum tersenyum sambil membelai kepalaku lembut. "Masih banyak waktu, jangan langsung tertunduk begitu dong. Aku jadi merasa bersalah," Ujar mum.
Aku terkekeh.
Aku tak bisa berlama – lama dan harus segera berpamitan. Aku punya sedikit waktu untuk istirahat yg diberikan Justin, Louis dan Steve, jadi aku pulang ke rumah untuk bersih – bersih sedikit.
Kalian bisa bilang aku jorok, tapi hei, aku tidak pulang setiap hari.
Aku harus mencuci tumpukan baju – baju kotorku dan membersihkan beberapa bagian yg berdebu. Menjelang sore, tiba – tiba ada yg membuka jendelaku.
"Ixchel !."
"Gosh !, ada apa Lou ?!," Aku hampir terjengkang karena Louis.
"Ayo ke rumah !, aku dapat banyak makanan !."
"Yeah."
Aku menguncir rambutku dan bergegas keluar ke rumah Louis. Rumah kami bersebelahan dan hanya dibatasi pagar pendek setinggi 50 cm.
"Welcome."
"Justin, Louis ?, lalu kalian meninggalkan Steve bekerja sendirian ?," Tanyaku sebal.
"Steve hanya merapikan semua data yg sudah kita dapat. Dia yg menyuruh kami pulang sebentar sebelum kembali lembur," Jelas Justin.
"Okay."
Aku bergabung bersama mereka dan mengambil potngan pizza.
Well, aku bekerja di usia yg cukup muda dan mereka suah seperti keluarga dan kakakku.
Louis, Louis Andrew yg sebatang kara.
Kami bertemu 4 tahun lalu saat aku baru masuk kuliah di kampus yg sama dengannya. Dan ternyata kami sudah pernah bertemu, ibu Louis adalah salah satu teman dekat ibuku. Dan sejak saat itu kami dekat.
Sebelum akhirnya Louis kehilangan seluruh keluarganya dalam kecelakaan pesawat, dan ia sebatang kara. Tepat setelah itu, kami bertemu dan bersahabat sampai sekarang.
"Ixchel !, beri aku nachosnya sedikit saja," Pinta Louis.
"Masih ada satu lagi disana, kenapa harus minta punyaku ?," Sahutku.
"Saosnya, aku tidak suka saos itu," Ujar Louis.
Louis melenguh dan mengalah.
"Omong – omong dari mana semua makanan ini, Lou ?," Tanya Justin.
"Carol, dia bilang ini semacam perayaan ulang tahun," Jawab Louis.
"Bukan karena dia menyukaimu ?," Godaku.
"Hey, siapa yg tidak menyukai pria tampan, dan sempurna sepertiku ?," Balas Louis.
Aku mencibir, aku kalah menggodanya.
Ketika malam semakin larut, aku pulang dan tidur di rumahku.
Aku sempat menatap foto berbingkai di meja riasku.
Aku rindu Grey.
Siapa itu Grey ?.
Greyson dan Ixchel Jamora. Dia kakakku yg sudah lama hilang. Rambutnya pirang dan aku hitam. Tapi kami punya sepasang mata hijau keabuan. Kami Saling menyayangi selayaknya saudara kandung, hingga ibu dan ayah kami berpisah.
Dia sangat membenci ayah. Kemudian perlahan berubah menjadi org yg sangat berbeda dan tidak kukenal. Lalu menghilang entah kemana.