webnovel

Tak Pernah akur

"Le-lepaskan, aku, Arthur!" ucap Salsa dengan nada terbata-bata.

"Lepaskan, kamu bilang?!" Arthur benar-benar melepaskan cengkeraman dari dagu Salsa lalu mendorongnya dengan kuat, Salsa hampir berjatuh, tapi untunglah ada David yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

 

Salsa menoleh kearah seseorang yang telah menolongnya itu, benar-benar seseorang yang tak pernah ia bayangkan akan menolong dan mendekapnya erat seperti ini.

 

"Da-vid?" ucapnya dengan suara bergetar.

 

Entah situasi macam apa ini, David, si pria pujaan hatinya yang begitu dingin itu tiba-tiba menolongnya.

Entah perasaan senang atau bersedih yang ada di hati Salsa kini.

 

Arthur dan David saling menatap, wajah Arthur kembali terlihat seram, tak ada senyuman selengean yang selalu menghiasi wajahnya itu.

Begitu pula dengan David, masih tetap kaku dan memandang Arthur pun dengan kebencian.

 

"Mau sampai kapan kau terus menggagu urusan pribadiku?!" tanya David dengan suara berat tertahan.

"Sampai kau, benar-benar menjadi keluarga Davies, yang sesungguhnya." Jawab Arthur.

"Heuh! Hanya keluarga kedok!" cerca David.

"Memang hanya keluarga kedok! Oleh karna itu kita harus berjuang dari sekarang, sampai keluarga kedok ini benar-benar bisa berdiri dan memakai marga yang sesungguhnya, Subroto Diningrat!" jelas Arthur.

"Diam! Jangan  bicara soal keluarga kita di depan orang asing!" sergah David.

"Orang asing?" Arthur menyipitkan matanya. "Maksudnya orang asing itu adalah, Salsa?!" tanya Arthur memastikan.

David enggan menjawab, karna dia tahu kalau Arthur sudah memahaminya.

 

"Dengar, David! Dia bukan lagi orang asing, karna Salsa akan menjadi bagian dari keluarga kita!" tegas Arthur.

David tampak marah mendengarnya. "Atas dasar apa kau memasukkan orang asing menjadi bagian dari kita?! Kau ini sudah gila ya?!" cantas David.

 

"Bukankah begitu, Salsa!" Arthur melirik kearah Salsa.

Dan Salsa menggelengkan kepalanya dengan ketakutan.

"Dia itu sangat menyukaimu, Kak! Aku yakin kalau suatu saat kalian menikah maka, Salsa akan menjadi kaka ipar yang baik bagiku, dan tentunya dia akan turut menjadi bagian keluarga Davies, aku yakin dia bisa dengan mudah beradaptasi," tutur Arthur.

 

"TIDAK!" teriak Salsa, masih berbunyi di balik pelukan David, sepertinya Salsa tak menyadarinya akan hal itu.

"Benarkah? Tapi pelukan dari Kakakku itu nyaman sekali bukan?" Sindir Arthur.

Dan Salsa segera melepaskan pelukan David.

 

"Tidak! Aku tidak mau menjadi kekasih David ataupun dirimu, Arthur! Jadi tolong lepaskan aku ...." Mohon Salsa.

 

Arthur menggelengkan kepalanya seraya berdecak heran.

"Loh, kenapa? Bukankah itu yang kau inginkan sejak dulu?" tanya Arthur.

"Iya! Itu dulu, tapi sekarang tidak. Aku mohon, biarkan aku hidup tenang,"  jawab Salsa.

 

David mulai curiga dengan sikap aneh Salsa ini, dia seperti bukan Salsa yang biasanya.

Dia tampak ketakutan, dan bahkan dengan terang-terangan tak mau lagi dekat dengannya.

Padahal dulu Salsa yang mati-matian ingin menjadi kekasihnya. Bahkan ancaman apa pun yang ia lontarkan kepada Salsa, ditambah dengan sikap dinginnya, sama sekali tak mempan untuk menghentikan keinginan Salsa untuk mendapatkannya.

 

'Apa yang sudah dilakukan oleh Arthur kepada, Salsa? Kenapa Salsa menjadi berubah?' batin David terus bertanya-tanya soal ini.

Padahal ini yang diinginkan oleh David sejak dulu, agar Salsa tidak lagi mendekatinya.

Tapi entah mengapa seperti ada yang hilang dalam hatinya. Entah David menyebutnya dengan perasaan apa ini, dia yakin kalau dia sama sekali tidak menyukai Salsa. Hanya saja dia tidak rela Salsa berhenti mengejarnya.

Perasaan itu begitu jauh tersirat dari palung hatinya yang terdalam.

 

Salsa melangkahkan kakinya hendak meninggalkan tempat itu, dia benar-benar tidak menyangka akan berhadapan dengan dua kaka beradik yang menyeramkan itu.

Dia benar-benar sangat menyesal pernah menyukai David, bahkan sampai sekarang rasa suka dan cinta itu masih ada, tapi tak sebesar sebelum dia tahu bahwa keluarga Davies itu adalah keluarga psikopat.

 

"Hay, kamu mau kemana, Salsa?" sergah Arthur seraya menggenggam tangan Salsa.

David melihatnya begitu kesal, Arthur sudah mempergunakan Salsa untuk kepentingannya.

"Lepaskan dia!" bentak David.

"Tidak bisa, dia ini sekarang ada bersama kita, Kak. Dan sebentar lagi akan menjadi bagian dari kita, kau pun juga menyukainya, 'kan?" tanya Arthur.

David menggelengkan kepadanya.

"Jangan berbohong! Kau juga menyukai Salsa, dan aku jauh lebih rela jika kau menyukai Salsa ketimbang, Adik Cantikku, Mesya, dia adalah alat keluarga kita untuk mendapatkan segalanya! Untuk membalaskan dendam keluarga kita!" ujar Arthur.

 

"Diam, Arthur! Kenapa kau mengumbar tentang keluarga kita di hadapan gadis ini?!" sengut David.

"Panggil dia, Salsa! Memangnya memanggil nama apa susahnya sih?" sindir Arthur.

 

Entah bagaimana jalan pikiran Arthur, David benar-benar tak mengerti, adiknya itu selalu memiliki kejutan yang tak terduga.

Benar-benar selalu ingin mendapatkan apa yang dia mau. Dia selalu ingin bersaing dengannya, bahkan kali ini pun Arthur juga ingin mengatur hidupnya.

 

 

Salsa adalah gadis yang baik, cerdas, popular dan juga seorang model.

Bahkan meski dia anak orang kaya raya sekalipun, Salsa tidak seperti anak kaya pada umumnya.

Salsa selalu hidup mandiri, bahkan dia mencari uang sendiri untuk mencukupi kebutuhannya, dengan bekerja sebagai model, selebgram atau bahkan bintang iklan.

Hanya saja Salsa terlihat murahan karna terus mengejar David yang sudah jelas menolaknya.

 

Sebenarnya bukanya David tak menyukai Salsa, hanya saja, dia tak rela, jika Salsa akan hidup dalam bahaya jika terlalu dekat dengannya.

Keluarga Davies bukanlah keluarga normal seperti kelihatannya.

Ayahnya seorang psikopat dan ibunya pun seorang wanita penganut aliran sesat.

Berjanji dengan iblis untuk sebuah keabadian hidup dan untuk membalaskan dendam terhadap keluarga pamannya yaitu Wijaya Diningrat.

 

 

Salsa dan Mesya baginya sangat berharga. Itulah yang membuat David tidak mau menerima cintanya Salsa dan juga tidak mau menjadikan Mesya sebagai adiknya.

David ingin mereka berdua hidup aman dan normal di luar sana, tidak seperti dirinya dan Arthur. Yang harus menjadi budak sebagai pembunuh demi ritual sesat keluarga.

 

 

David tak tahan lagi melihat Arthur yang masih menahan Salsa. Dia pun segera menarik tangan Salsa agar terlepas dari genggaman Arthur.

"Lepaskan, Salsa!" bentak David.

 

Duak!

David pun kembali memukul wajah Arthur.

"Sudahku bilang, jangan menggangguku! Kenapa kau selalu menjadi adik yang bandel!"  rutuk David.

 

Salsa pun tak mau membuang kesempatan dan dia berlari sekencang-kencangnya.

"Aku benci keluarga, Davies! mereka itu menakutkan!" gumam Salsa.

Bruak!

Salsa tersungkur, saat tak sengaja bertabrakan dengan Mesya.

Sesaat Salsa menatap tajam kearah Mesya lalu pergi begitu saja tanpa sepatah kata.

 

 

 

To be continued

Next chapter