Dua bulan lebih lamanya setelah gadis berparas cantik berkulit putih serta daya tariknya yang membuat hampir setiap lelaki yang memandangnya ingin menjadikan gadis itu miliknya.
Ratusan undangan dan tawaran pertunangan ataupun pernikahan meluncur pada gadis itu setelah dia sukses menjadi Murid Inti terkuat yang berada di sepuluh besar Sekte Tiga Pedang.
Bi Jiao, dia adalah sosok gadis yang telah menemani Han Xiao saat di hutan kegelapan hingga Kota Woaven. Gadis itu terus menerus menaikan kekuatannya untuk mencapai posisinya saat ini sebagai salah satu dari sepuluh Pedang Suci.
Sepuluh Pedang Suci adalah sebuah tim yang dibentuk oleh Sekte Tiga Pedang untuk memasuki Akademi Naga dan Phoenix, mereka teridiri dari jenius utama Sekte Tiga Pedang.
Walau Bi Jiao menduduki posisi kesembilan dari Sepuluh Pedang Suci namun kekuatannya tidak bisa diremehkan, berkat keseimbangan Ilmu Sihir Api dan Air miliknya dia menjadi sangat kuat dan disegani bahkan oleh pemegang posisi pertama dari Sepuluh Pedang Suci.
Tidak ada yang meragukan ilmu dua pedang yang digunakan oleh Bi Jiao, satu pedang berelemankan Api dan satunya memiliki Elemen Air, yang paling menakjubkan adalah kedua pedang itu bisa menyatu menjadi senjata satu tangan.
Minggu-minggu ini Bi Jiao merasa sangat khawatir tentang seorang lelaki yang telah menodainya, lelaki yang telah memberinya kekuatan besar yang kini membuat dia dalan posisinya saat ini.
Kabar tentang pemburuan Siluman sudah dia dengar, Bi Jiao tidak terlalu khawatir pada mulanya karena pelatihan itu hanya akan dijalankan selama satu minggu, namun saat dia mendengar Kaisar Yang Qian menambah jadwal tersebut menjadi satu bulan karena munculnya banyak Raja Siluman gadis itu mulai khawatir lagi.
"Apakah dia baik-baik saja?" Itulah yang terus keluar dari mulut Bi Jiao setiap harinya, dia tidak bisa tertidur nyenyak karena memikirkan hal tersebut.
Yang membuatnya bertambah khawatir adalh posisinya saat ini, sebagai salah satu dari Sepuluh Pedang Suci dia harus menjadi tim dalam ujian masuk akademi. Itu berarti dia akan berada di tim yang berbeda dengan orang yang selalu dalam pikirannya. Han Xiao.
"Apakah Kaisar Yang Qian akan marah pada Klan Bi karenaku?" Bi Jiao sangat khawatir dengan hal itu juga, Kaisar Yang Qian mau menurunkan dirinya sedikit untuk memberikan sebuah tawaran kerja sama, bagaimana reaksi jika Kaisar Yang Qian tahu bahwa Bi Jiao telah dipilih secara tidak dia ketahui menjadi tim dari Sekte Tiga Pedang.
Bi Jiao menepuk-nepuk kepalanya pusing, dia sungguh tidak ingin melihat Kaisar Yang Qian marah pada Klan Bi hanya karena kebodohannya.
Kaisar Yang Qian adalah orang terkuat dari Enam Kaisar, sungguh orang bodoh yang memancing amarahnya.
Walaupun kekuatan Klan Bi sangat besar tapi dimata Kaisar Yang Qian itu bukanlah apa-apa, dirinya serta pasukan khususnya saja sudah bisa membantai rata Klan Bi sampai ke akar-akarnya hingga menjadi sejarah di perpustakaan Kota Xianxie.
Sepintas ide gila tumbuh pada otak Bi Jiao.
"Apakah kau harus keluar dari Sekte Tiga Pedang? Atau kabur?" Bi Jiao menggelengkan kepalanya, kabur dari sekte akan berujung pada pengejaran, dan kasus terburuk dia akan dibunuh.
"Ah benar! Aku hanya perlu keluar dari Sepuluh Pedang Suci, pasti aku tidak akan mengikuti tim dari Sekte Tiga Pedang. Lagipula masih ada beberapa murid yang menginginkan posisi ini." Tekad Bi Jiao sudah bulat.
Keesokan harinya sebuah kabar mengejutkan tersebar di seluruh Sekte Tiga Pedang, salah satu anggota Sepuluh Pedang Suci kesembilan, Bi Jiao mengundurkan diri dari posisinya.
Tentu hal yang dilakukan Bi Jiao itu penuh perjuangan, dia harus beradu argumen semalaman dengan gurunya tentang pengunduran dirinya. Argumen itu berakhir dengan Bi Jiao harus menjelaskan alasan dia mengundurkan diri dari Sepuluh Pedang Suci dengan sangat jelas dan masuk akal.
Berbekali otak yang pintar dan pandai bicar tentu itu adalah hal yang sangat mudah dilakukan oleh Bi Jiao, para tetua akhirnya menyetujui pengunduran diri Bi Jiao dan harus kembali melakukan seleksi ketat untuk memilih pengisi posisi baru pada kursi kosong Sepuluh Pedang Suci.
"Kalian tidak perlu melakukan itu, aku sudah memiliki orang yang cocok untuk menggantikanku," terang Bi Jiao pada para tetua.
"Siapa?"
Bi Jiao menjawab dengan senyum, dia segera pergi dari ruangan lalu kembali membawa seorang pemuda berwajah dingin berpakaian serba hitam.
"Kalian sudah tahu siapa dia," jawab Bi Jiao lalu tersenyum lebar. Setelah itu dia pamit undur diri dari hadapan para tetua lalu bergegas kembali ke rumahnya yang tak jauh dari Aula Hukum.
Bi Jiao langsung berhambur membantingkan tubuhnya pada ranjang empuk yang terdapat di kamarnya, perasaan lega membanjiri seluruh tubuhnya, dia kini bisa tidur nyenyak dan tanpa pikiran mengerikan memasuki kepalanya.
Gadis itu mengingat kenangan-kenangan dulu saat pertama kali bertemu pemuda riang yang sangat ceroboh dan sembrono, senyumnya mengembang sedemikian rupa saat dia teringat kejadian sialan yang menimpanya. Semburat merah padam menjalar keseluruh pipi putih gadis tersebut.
"Apa yang sedang kau lakukan Han?" batin Bi Jiao seraya memeluk erat guling di peluakannya.
***
Han Xiao disisi lain tengah tertidur pulas, hari ini dia berencana untuk memulai perjalanannya menunu Harta peninggalan dari Harimau Suci untuk Ne Zha, pemuda itu ingin berada dalam kondisi mata yang vit karena ingin mencoba kecepatan tertinggi yang bisa dilepaskan oleh Kuai You Shengqi.
Ne Zha juga tertidur dengan pulas disamping Han Xiao, dia tidak memiliki minat untuk pulang ke Klan, walaupun Patriark Hong mengatakan akan memberinya hadiah. Dia akan mengambil itu nanti bersama barangnya yang belum sempat dia ambil di Klan.
***
Di arena pertarungan Istana Kekaisaran kini tengah penuh sesak, kabar tentang pertarungan dua jenius utama dari keluaraga Kekaisaran telah menyebar keseluruh Kota Xianxie.
Para Prajurit dengan handal mengatur seluruh calon penonton ini, mereka mengarahkan semua orang ke tempat stadium Arena Pertarungan.
Kaisar Yang Qian tersenyum kecil, dia sungguh tidak menyangka ulah anaknya akan berakibat seperti ini. Awalnya dia mengira hanya akan ada orang-orang dari Klan dan Keluarga Bangsawan besar saja, tidak dia sangka sekarang bahkan banyak warga dan Kultivator yang berkumpul untuk menonton sebuah pertarungan yang menentukan masa depan Kekaisaran Yang.
"Apakah kau sudah bertemu anak nakal itu?" Kaisar Yang Qian bertanya pada Yang Shui yang kini tengah berada disampingnya.
Yang Shui mengangguk, "Aku sudah bertemu dengannya, dia juga kini tengah tertidur pulas di kamarnya."
"Tidur?" Kaisar Yang Qian menggernyitkan keningnya.
Masih sempat anak nakal itu tertidur dalam keadaan panas seperti ini?