webnovel

Hah? Siapa?

Selesai jam mata kuliah psikologi, semua orang-orang keluar dari kelas. Martin pun cepat-cepat menghampiri Carissa. "Hei, bagus sekali suara kamu," puji Martin.

"Baru tahu ya?" seru Carissa dengan bangga.

"Sayang banget, lagu terakhirnya tidak seru!" komentar Martin sambil tertawa.

"Huh, cuma dua lagu itu saja yang aku inget ...."

"Ya bener?" Martin dengan usilnya mencubit pipi Carissa yang chubby itu. Carissa menepis tangan Martin pelan. "Biarin! Wee!" Carissa menjulurkan lidahnya.

Martin geleng-geleng, lalu merogoh tas dan mengeluarkan cokelat. "Mau?"

"Thanks! Tau aja deh kalau aku lagi badmood."

"Tumben banget bisa badmood, memangnya kenapa?" tanya Martin penasaran.

"Ini masalah pribadi saja," jawab Carissa.

"Pribadi atau privasi nih?"

"Pribadi ih!"

"Bercanda Rissa ... Idih gitu aja ngamuk!"

"Aku sedang bingung, Tin."

"Bingung kenapa?" tanya Martin penasaran.

"Aku kemarin lalu mimpi aneh," jawab Rissa.

"Mimpi apa? Jadi orang kaya? Artis Girlband Kpop?" goda Martin.

"Serius ini Martin!" Carissa berubah kesal.

"Lho? Serius nih? Biasanya kamu tidak akan percaya sama yang begituan."

"Ita sih mulanya ... Tapi harus bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi sekarang."

"Memangnya ada apa? Ngomong jangan setengah-setengah terus."

"Ih, kamu ini mau dengar cerita aku atau nggak sih?" dengus Carissa semakin kesal.

"Iye mau nih, kita ke kantin saja yuk. Biar enakkan ngomongnya," ajak Martin. Carissa mengangguk kepalanya dan mereka berdua berjalan menuju kantin. Martin dan Carissa memesan roti isi daging dan es teh manis. "Lalu, soal tadi itu masalah apa?" tanya Martin to the point.

"Jadi begini, aku jelassin dari awal saja ya. Aku tuh kemarin lalu mimpi yang serem banget. Aku mimpi ada ular yang besar, sangat besar malah, terus aku digigit. Kata orang, kalau mimpi digigit ular terus belum punya pasangan berarti akan dapat jodoh. Kalau yang sudah berpasangan, akan dapat kemakmuran dan kebahagiaan dalam hidup. Habis aku mimpi itu, beberapa hari kemudian sekitar besok lusanya, ada Bapak pengacara datang ke rumah aku, katanya Bapak aku sebelum meninggal buat surat perjanjian, pokoknya samalah dengan surat wasiat, bersifat wajib pokoknya," jelas Carissa.

"Terus? Apa isi suratnya? Kenapa kamu tidak senang sama isi surat perjanjiannya itu?"

"Gimana tidak senang coba! Isi suratnya saja tentang perjodohan. Dan sekarang aku lupa lagi siapa nama orang yang ikut serta dalam surat perjanjian itu. Kalau aku menolaknya, aku disuruh bayar 200 milliar, sedangkan aku sekarang lagi tidak punya uang sama sekali. Ya, mau tidak mau ... dengan terpaksa aku terima perjodohan itu," sambung Carissa sambil makan roti isi daging.

"Bapak kamu tidak kasih tahu kamu dulu apa? Tentang perjodohan ini? Kalau uang 200 milliar sih aku punya."

"Ya biar kamu punya uang 200 milliar, kan tidak enak aku yang pinjam, aku tidak mau menyusahkan siapapun, Tin. Aku juga sudah cukup merepotkan Paman dan Bibiku. Dan juga Bapakku buat surat perjanjian ini, waktu aku masih kecil deh. Soalnya ini dirahasiakan sampai umur aku 20 tahun, dan setelah aku lulus sarjana dan umurku 21 tahun, aku harus menikah dengan orang yang dijodohkan dengan aku itu. Aku juga tidak tahu dengan alasan dan tujuan apa perjodohan ini, tapi yang jelas aku harus mencari tahunya segera."

"Eh tapi, arti mimpi digigit ular ada 2 lho. Yang pertama yaitu, dapat jodoh. Tapi yang kedua ada masalah yang mendekat."

"Masalah? Memangnya yang aku jelaskan dari tadi, ini bukan masalah gitu?" tanya Carissa kesal.

"Ya maaf, rada lagi error ni kepala," ujar Martin terkekeh kecil.

"Hah ... Harus bagaimana lagi sekarang? Minggu depan katanya, orang tua dari orang yang dijodohkan denganku itu akan datang ke rumah buat jemput aku. Dan aku tidak mau perjodohan ini terjadi, Tin."

"Aku juga sama bingungnya sama kamu, Rissa," ucap Martin terdengar lirih.

"Sepertinya kamu dan aku punya perasaan yang sama, Tin. Sejujurnya aku tidak mau cerita hal ini sama kamu, kalau aku tahu dari awal, ekspresimu akan seperti ini. Lagipula aku suka kamu," gumam Carissa.

Martin hanya bisa pasrah dan mencari cara untuk menggagalkan perjodohan Carissa. Martin sendiri punya perasaan khusus terhadap Carissa sejak awal bertemu. Kan tidak mungkin ia harus merelakan Carissa pergi dari genggamannya.

"Eh Martin ... Kamu kenapa bengong? Lagi mikirin apa?" tanya Carissa sambil melambaikan tangannya. "Tuh makan, nanti dingin gak enak lagi."

"Iye ah," sahut Martin."

***

Hari itu tetap berjalan seperti biasa, tapi tidak dengan Carissa yang terus memikirkan perjodohan dan mimpi itu. Rasanya ingin sekali ia kembali ke waktu sebelum perjodohan ini belum dibuat.

Harus bagaimana lagi sekarang? Semuanya sudah terjadi, tinggal menunggu waktunya saja yang datang. "Rissa, kamu mau aku antarkan pulang tidak?" tawar Martin.

"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri. Lagipula aku punya kerjaan hari ini," tolak Rissa.

"Ya sudahlah, aku pulang dulu," pamit Martin dengan senyuman memabukkannya itu. Membuatku seakan ingin terbang sekarang. Manis, sangat manis sekali. "Ayo sadarlah Rissa! Kamu ini punya pekerjaan hari ini! Cepatlah bergegas!" kata suara hatiku.

"Ya benar! Kembali fokus!" tegasku.

Hari ini aku punya pekerjaan, kebetulan juga jadwal kasir di cafe dekat kampusku sedang ambil cuti, jadi aku yang gantikan. Cafe itu buka jam 7 pagi dan tutup jam 10 malam. Dan juga hari ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu, yaitu gajian.

Siapa yang tidak suka gajian coba? Gaji itu aku gunakan untuk membeli keperluanku dan untuk jajan. Terkadang aku gunakan untuk membayar uang semester. Hitung-hitungnya buat bantu Paman dan Bibiku. Mereka adalah keluarga yang aku miliki sekarang.

Ayah dan Ibuku sudah meninggal, Ibuku meninggal saat melahirkan aku, sedangkan Ayahku meninggal sewaktu aku berumur 5 tahun saat perjalanan tugas luar kota. Kakek Nenek juga sudah meninggal karena sakit keras. Namun tidakku sangka, waktu terus berjalan dengan cepat.

Dalam waktu dekat aku akan meninggalkan Paman dan Bibiku, tapi mungkin saja itu bisa meringankan beban mereka berdua. "Hai Rissa! Lama sekali! Cepatlah ganti bajumu dibelakang! Hari ini ramai sekali cafenya!" sambut Lela, temanku dibagian pelayan.

"Baiklah, tenang saja Lela! Tunggu sebentar!" sahutku langsung bergegas ke belakang. Selesai berganti pakaian, tidak lupa aku mengikat rambutku. Aku berlari kecil menuju kasir dan menggantikan Lela.

"Bekerjalah dengan keras dan teliti!" ujar Lela.

"Ya! Kamu juga!" ujarku. Aku layani satu persatu pegunjung yang sedang membayar makanan dan minuman mereka. Aku dan Lela selalu memberikan semangat satu sama lain, Lela juga teman satu kuliahan denganku tapi beda jurusan. Dia jurusan Manajemen. Kami memang tidak dekat, tapi kami adalah tim yang cocok dalam hal seperti sekarang ini.

"Totalnya 50.000 Rupiah," kataku.

"Ini kembaliannya," kataku lagi sambil memberikan kembalian kepada pelanggan tersebut. Pelanggan itu pun pergi dan aku duduk sejenak untuk minum selagi masih sepi. Lela tiba-tiba saja menghampiriku, "Rissa! Kamu tahu dia itu tidak?"

"Hah? Siapa?" tanyaku bingung.

Next chapter