webnovel

28. Bertemu Celia

Nick menarik napas dan menatap pria itu untuk beberapa detik dan menilainya.

"Itu tidak masalah," ucap Nick sambil menatap curiga pada pria itu. Urusan semacam itu tidak perlu mengundangnya kemari dan membuatnya meninggalkan dapur. "Sebenarnya Bapak bisa meminta hal itu kepada manager restoran."

Senyum di wajah Jeremy agak memudar. "Tentu saja saya tahu itu. Saya ingin memintanya langsung pada Chef secara personal. Dan lagi yang saya tahu Chef Nicholas akan ada di sini sampai besok saja. Benar begitu, bukan?"

"Itu benar." Nick menyipitkan matanya. Bagaimana bisa pria ini bisa mengetahuinya?

"Nah, maka dari itu saya meminta secara khusus agar Chef mau memasak untuk kami besok malam." Jeremy menghilangkan wajah angkuhnya, berganti dengan wajah penuh permohonan. "Saya mohon. Besok adalah hari yang sangat spesial dan bersejarah bagi kami. Chef pasti mengerti kalau seorang pria sedang jatuh cinta, maka ia akan melakukan apa saja yang spesial bagi orang yang paling spesial di hatinya. Saya akan membayar berapapun asalkan Chef Nicholas sendiri yang memasak untuk kami."

Lagipula apa salahnya memasak sesuatu yang spesial untuk sebuah hari spesial bagi seseorang yang sangat spesial? Semuanya harus spesial. Tentu saja. Spesial adalah nama tengahnya.

"Baiklah."

Jeremy tersenyum puas, lalu kembali menjabat tangan Nicholas. Mereka membahas tentang masakan apa saja yang akan Nick siapkan besok malam. Tidak terlalu sulit. Hanya beberapa hidangan khas Manado. Semua bahan-bahannya tersedia di sini.

Saat istirahat, Nick mengumpulkan semua staff, lalu ia menceritakan tentang acara makan malam spesial untuk Jeremy dan kekasihnya. Koki yang lain membantu menyiapkan bahan-bahan dan kue tart spesial. Nick yang akan memasak sendiri hidangan pembuka, utama, dan penutupnya.

Acara makan malam Jeremy akan dilaksanakan di ruang privat. Jeremy telah menyewa tukang dekor untuk menghias ruangan itu dengan bunga-bunga dan balon serba merah. Erik memberitahu Nick bahwa Jeremy dan kekasihnya sudah datang. Saatnya Nick memasak.

Syukurlah ia tidak perlu harus menghidangkan masakannya secara langsung. Itu tugas Erik.

Rencananya setelah selesai hidangan penutup, kue tart baru akan disajikan. Cincin berlian berbentuk hati telah diletakkan di bagian atas kue tart.

Sepertinya tugas Nick sudah selesai. Ia telah berpamitan dengan teman-teman barunya. Nick berganti pakaian, lalu keluar melalui pintu karyawan. Saat berjalan menuju ke parkiran, Nick melihat Jeremy sedang bertengkar dengan seorang wanita yang Nick duga pasti adalah kekasihnya.

Nick tidak menyangkanya. Sepertinya acara lamarannya gagal. Sang wanita berdiri sambil berkacak pinggang, bokongnya tampak seksi dari belakang. Wanita itu memakai sepatu hak tinggi dan masih lebih pendek dari Jeremy.

"Berhenti bersikap kekanakan! Aku tidak ingin berpisah denganmu!"

"Sudahlah, Jer. Aku tidak ingin melihatmu lagi."

"Aku mencintaimu, Cel!"

"Tapi aku tidak pernah mencintaimu. Kamu terlalu sombong dan arogan. Kita berada di level yang sangat berbeda. Silahkan kamu cari lagi wanita lain yang mau menikah denganmu."

Nick sudah tidak ingin melihat kedua pasangan menyedihkan ini lagi. Jadi ia terus berjalan menuju ke mobil sewaannya yang diparkir tidak jauh dari sana.

Bunyi tak tok sepatu wanita berlari-lari kecil mengikutinya. Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundaknya dari belakang.

"Nicholas?"

Nick berbalik dan terkejut. "Celia?"

Mantan kekasihnya itu tampak sama terkejutnya seperti dirinya. Riasan wajahnya begitu tebal dan sempurna, rambutnya panjang dengan ikal di bagian bawahnya. Tubuhnya sedikit lebih langsing dari saat terakhir ia melihatnya di bangku SMA. Dengan kata lain, Celia tampak sangat cantik.

"Tolong aku kali ini saja. Aku mohon." Celia tampak putus asa. Tangannya dengan erat menggamit lengan Nick.

"Apa maksudmu?" Nick hendak melepaskan tangannya dengan paksa, tapi sudah pasti ia akan menyikut payudara Celia yang sangat besar dan bengkak itu. Jadi ia tidak bisa bergerak.

"Celia!" seru Jeremy sambil menghampiri mereka berdua.

Jeremy tampak pucat pasi, begitu terperangah melihat Nick, Celia, dan tangannya yang mengunci erat di tangan Nick, secara bergantian.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Jeremy lemah.

"Aku sudah menjelaskannya padamu. Aku tidak pernah mencintaimu. Jadi sebaiknya kamu tidak perlu mengharapkanku lagi."

"Tapi... Bagaimana bisa?" Jeremy tampak sangat kecewa. "Chef? Aku pikir... Apa kalian..."

"Ya! Aku dan Nick sudah bertunangan. Kami akan segera menikah," kata Celia. Nick menoleh padanya. Ini sama sekali tidak bagus. Benar-benar bencana.

Nick melepaskan tangannya dari cengkeraman Celia. Lalu menatap Jeremy. "Hei, dengar!" Tapi kemudian Celia menariknya lagi. "Aku dan Celia tidak..."

Celia meremas tangan Nick erat, lalu berjinjit untuk menarik wajah Nick dan menciumnya. Nick terkejut bukan main. Ia hanya bisa membeku, membiarkan Celia menciumnya seenaknya. Belasan tahun berpisah dengannya dan aromanya sama sekali tidak berubah. Campuran antara wangi buah ceri dan bunga.

Setelah beberapa detik, akhirnya Nick tersadar untuk melepaskan diri. Celia masih memejamkan matanya. Nick segera mundur menjauh.

Jeremy tampak seperti yang habis kalah dalam permainan judi, lesu tak berdaya. Meskipun begitu amarah di matanya masih menyala-nyala. Tangannya terkepal siap untuk meninju. Tapi tidak terjadi apa-apa. Jeremy berbalik menuju mobilnya sendiri dan kemudian pergi.

"Sial!" Nick menyusut bibirnya dengan punggung tangan.

"Tenang saja. Lipstiknya tidak mengenaimu."

"Bukan soal lipstik! Kamu membuatku tampak seperti pria berengsek!"

Celia memutar bola mata. "Ya. Tadi itu darurat. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menolaknya. Tiba-tiba kamu lewat di depanku. Lalu..." Celia mengedikkan bahunya.

"Jangan pernah seenaknya melakukan hal itu lagi! Aku dan kamu sudah selesai!" Nick kembali menggosok bibirnya, kali ini dengan tisu yang diambilnya dari tas. Ingin sekali ia meludah di hadapan Celia, tapi tidak. Ia mulai merasa jijik pada dirinya sendiri. Bagaimana jika Milly melihatnya?

"Oh, kamu sangat berlebihan." Celia mengibaskan rambutnya ke belakang. "Santai saja. Dulu kita sering sekali melakukannya. Tadi itu hanya... Tidak masalah buatmu, kan?"

"Sebaiknya kamu pergi dari sini." Nick memperingatkannya.

"Kamu mengusirku?" Celia mengangkat sebelah alisnya sambil melipat tangannya di depan dadanya yang super besar.

"Ya. Aku tidak mau bertemu denganmu lagi."

Celia melongo menatapnya. Lalu ia memberengut. "Kamu tidak perlu bersikap kejam seperti itu padaku. Tadi kan aku bilang kalau aku minta tolong. Kamu tidak tahu Jeremy itu orangnya seperti apa. Dia itu sangat sombong dan menyebalkan. Pacarnya banyak sekali di mana-mana."

"Dan kamu salah satu pacarnya. Apa aku benar?" Semoga saja ucapan Nick terdengar cukup tajam di telinga Celia. Ia tidak bermaksud seperti itu, hanya saja Celia agak keterluan. Sangat keterlaluan malahan.

Celia terdiam sejenak, menatap Nick dengan kesal. "Ya. Aku pikir... Ya... Kami hanya berteman saja." Celia mengedikkan bahunya dengan cuek. "Dia memang teman yang cukup baik. Dia suka memberikanku beberapa barang dan... uang. Aku memang membutuhkannya. Tapi... Bayangkan, Nick! Aku mana mungkin menikah dengan orang seperti itu? Dia itu bukan tipeku."

Next chapter