Alvira masuk ke dalam rumah yang kosong, sepi, hampa, dan terasa tidak ada kehidupan.
Tidak apa, lagi dan lagi El serta kedua sahabatnya melupakan dirinya. Padahal, ia tadi menunggu kepulangan mereka yang bermain basket di sekolah. Bahkan ia menyaksikan skor seri yang di dapatkan oleh genk El maupun genk Bara.
Untuk yang keselian kali, Alvira kalah dengan Nusa. Ia tidak ingin mengambil permasalahan ini dan mengangkatnya menjadi perasaan penuh dengan kebencian yang terasa.
Akhirnya, Alvira memutuskan untuk menarik napas dan menghembuskannya dengan perlahan. Ia menarik senyuman sampai terlihat jelas di permukaan wajahnya yang sangatlah cantik.
"Emang nasib di tinggal terus."
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com