webnovel

Masalah Dimulai!

nghh..."Perlahan aku membuka kedua kelopak mata ku. Dengan jelas, aku melihat sosok gadis yang sangat ku kenal, Ya, Adik ku, Maika Nishikujou. Namun anehnya, aku tak mengenali siapa dan darimana diriku berasal.

"Nii, Kau baik baik saja?" Tanya Maika padaku dengan raut muka yang menyedihkan. "Hentikan raut mukamu itu, maika, itu membuatku agak bergidik." Canda ku.

"Eh?" Aku sedikit heran, saat aku mengedipkan mata kiri ku, seketika semuanya gelap, seakan akan.. Mata kanan ku.. Sudah tidak bekerja lagi.

"Nii? Kenapa?" Tanya maika heran. "Ah, t-tidak penting, Maika, kau itu adikku kan?" Tanyaku.

"Tentu." Singkatnya. "Kalau begitu, Ceritakan tentang diriku, siapa dan darimana aku." Jujur, Diriku hanya mengingat jati diri adikku saja.

"Nii? Kau.. Ingatanmu.."

"Ingatanku samar samar, tapi untungnya aku masih mengingat dirimu, maika." Ujarku.

"Nii, Namamu adalah Shiro Nishikujou, Kita dari kota Rugio, Namun, Kota Rugio sudah tiada lagi." Maika tersenyum lembut, namun aku tahu pasti, kalau dibalik senyuman indahnya, terdapat perasaan yang menyedihkan.

"Rugio.. Lantas, Kenapa kita ada disini?" Tanyaku, kalau memang aku hanyut terbawa aliran sungai, kenapa maika bisa berada disini?

"Ah, itu tidak penting, yang penting, sekarang kita berjalan menuju bukit itu, Sepertinya ada orang." Ujar maika, Jelas jelas dia menyembunyikan sesuatu dariku.

"Umh, baiklah, Aku juga agak lapar, Semoga disana ada orang baik." Ujarku.

Cih, mengesalkan sekali, Mata kananku seolah olah buta, Akhirnya dengan terpaksa aku mengganti gaya rambutku, yang awalnya rapi ke belakang, sekarang aku membuat poni untuk menutupi mata kanan ku ini.

Kami berdua berjalan menuju bukit, dari kejauhan, kami bisa melihat asap, sepertinya ada orang yang membuat perapian di sana.

"Nii, lihat, ada orang." Maika terlihat sangat senang.

"Ayo, maika."

Terlihat beberapa tenda dan orang orang disana.

"Anu, permisi." Sapa ku pada mereka, Aneh, biasanya maika yang cerewet dan bicara duluan, kenapa dia hanya senyum senyum sendiri?

"Ah, kau petualang? Tapi kau keliatannya tidak terlalu tangguh, lalu kenapa kau sendirian?" Tanya pria berbadan besar.

Tunggu, dia bilang sendiri? Hey ayolah, kenapa adikku tidak di anggap?

"S-Sendiri? Ah, aku bersama adikku ini sedang membutuhkan bantuan."

"Adikmu ya... Hmm, kalau begitu, Namaku Tennert, bisa kau lihat, kami adalah petualang yang sedang beristirahat. Mari ikuti aku."

Tennert berjalan menuju tenda yang paling besar.

"Hmm, petualang, sepertinya kau masih pemula, jadi, aku memberikan ini kepadamu." Tennert memberiku sebuah pedang.

"Terimakasih, Oh iya, namaku Shiro, dan ini Maika." Aku memperkenalkan diri.

"Oh, Salam kenal, Shiro, M-maika." Tennert tersenyum, namun entah kenapa senyumannya itu seolah olah mengatakan 'Kau menyedihkan' padaku.

"Tennert! Ada tamu?" Tanya seorang gadis yang keluar dari salah satu tenda.

"Ya, Dia seorang petualang pemula."

Tak terasa, hari mulai gelap, Tennert membuatkanku sebuah tenda kecil.

"Tunggu, Sebenarnya aku ingin tidur terpisah dengan adikku, bisakah membuatkan 1 tenda lagi?" Pintaku.

Tennert dan Libera bertatapan 1 sama lain.

"A-ah, mungkin lebih baik kau tidur bersama adikmu saja, dia hanya adikmu kan bukan orang lain." Ujar libera.

"Maika, Bolehkah?" Tanyaku memastikan.

"Tentu, nii, Aku tidak ingin merepotkan mereka." Maika tersenyum lembut.

"Baiklah, Karena maika sudah menyetujuinya, aku masuk dulu." Aku dan maika masuk kedalam tenda.

*normal POV

Tennert dan Libera berdiri di pinggir bukit itu, Mereka menikmati dinginnya angin malam.

"Ne, tennert, Apakah kita harus memberi tahu shiro tentang adiknya?" Tanya libera.

"Sebaiknya jangan, Dia pasti akan putus asa jika kita memberitahu yang sebenarnya." Tennert menghela nafas. "Dia, pasti korban kekejaman kaisar dari kerajaan ultimea, sialan Venena." Tennert mengepalkan tangannya.

"Aku mendengar dari anggota karavan kita, katanya ada desa yang diserang Venena, Nama desa itu... Rugio kalau tidak salah." Ujar libera

"Begitu, ya."

"Maika, kenapa kau tidak makan?" Tanya shiro, maika tidak menyentuh sedikit pun makanannya.

"Aku.. Aku sudah makan tadi sebelum shiro-nii bangun." Ujar maika.

Shiro POV

Hari mulai pagi. Aku dan maika bersiap siap untuk melanjutkan perjalanan, jujur, aku ingin balas dendam terhadap orang yang menghancurkan desaku.

"Sebaiknya, Kau berjalan menuju Kota sofya, Disana adalah kota para petualang berkumpul." Ujar tennert, dia memberiku sebuah benda aneh. Katanya itu adalah benda yang membuat penggunanya bisa berteleportasi.

Lantas aku memegang tangan maika dan mengeratkan genggaman tangan ku pada benda aneh itu. Seketika cahaya menyelimuti tubuh kami. Sangking silaunya, aku menutup mata kiri ku.

Saat aku membuka mata, Ternyata kami berdua sudah berada di gerbang sebuah kota. "Jadi ini kota sofya? Maika, Kau oke?" Tanyaku, Ekspresi maika menunjukkan akan ada hal buruk terjadi.

"Aku oke, nii. Kita tanya ke toserba itu dulu." Ujar maika. "Kenapa harus bertanya?"

"Duh, Shiro Nii-chan gak pernah berubah ya, Tentu kita harus bertanya tentang kota ini." Maika tersenyum.

"Begitu."

"Permisi." Aku berdiri dihadapan orang aneh, tubuhnya kecil, tapi wajahnya tua.

"Selamat Datang di Toserba Sololo. Ada keperluan apa tuan? Sepertinya, saya baru melihat tuan." Tanya orang itu.

"Ah, Aku orang baru disini, Aku ingin bertanya, apa ada tempat penginapan disini?" Tanyaku.

"tentu ada, Anda tinggal ke balai kota, di sana ada kepala balai, Pino sang Dewi Kearifan. Anda tinggal bilang ingin memesan sebuah kamar, dijamin, akan gratis."

Tak perlu waktu lama, aku dan adikku berjalan menuju balai kota, jujur aku sempat tersesat karena luas kota ini. Namun akhirnya kami sampai juga.

"Permisi." Aku membungkukkan badanku.

"Eh? Bangunlah, Kamu.. Orang baru?"

Tanya beliau yang tak lain adalah Dewi Pino.

"Iya, Aku dan adikku baru tiba disini." Ujarku.

"Benarkah? Adikmu.. Dimana?" Tanya dewi pino.

"Eh? Maika? Maika ada di sampingku, Dewi." Ujarku, Maika hanya menunduk.

'Apa yang sebenarnya terjadi.'

"A-ah, Maaf aku tidak melihatmu, M-maika." Dewi pino berkata seolah dia tak melihat apapun. Lantas aku mencoba menepuk pundak maika, Tapi, dia benar benar ada di sini.

"Dewi, bolehkan anda jujur pada saya?" Tanyaku.

"Jujur?" Dewi pino berkeringat.

"Kenapa semua orang bertingkah seolah tak melihat maika?" Tanyaku.

"Sebelum itu, Siapa namamu?" Tanya dewi pino, Duh, Kecantikannya membuatku gugup.

"Shiro Nishikujou."

"Shiro, Kau dari desa Rugio kan?" Tanya Dewi pino.

"Ya, aku dan adikku dari sana, walau aku tak ingat apa apa, tapi Maika memberi tahuku tentang apa yang terjadi." Ujarku.

Normal POV

"Shiro, Aku tau ini berat bagimu, tapi, cobalah lihat sekali lagi adikmu itu." Ujar pino. Shiro melirik ke arah Maika, Maika tersenyum lembut.

Namun, Air mata shiro tak terbendung lagi, tubuh maika semakin memudar.

"Nii-Chan, Maafkan aku, Hanya sampai sini aku bisa membantumu."

Akhirnya tubuh maika hilang seutuhnya.

"MA-MAIKA?! MAIKA?! MAIKA?!?!" Shiro mengacak acak rambut putihnya dengan frustasi. "APA YANG TERJADI?! KENAPA MAIKA, KENAPA MAIKA MENGHILANG?! AAAAAGHHHH!!" Shiro Terduduk di lantai balai kota.

"Shiro, Tenanglah, Mungkin,Roh Adikmu ingin membantumu agar kau mendapatkan ingatanmu."

"R-roh?"

"Adikmu telah meninggal, Aku punya daftar korban jiwa penyerangan rugio. Maika Nishikujou, bukan? Dan kamu adalah korban hilang, dan tentunya kamu adalah satu satunya korban selamat." Jelas pino

"Dewi pino.. Kau... Pasti... Bercanda... Kan?" Tanya Shiro memastikan, tatapannya kosong.

"Terima kenyataannya, Shiro, Aku tau ini berat bagimu."

"Mana bisa aku menerimanya.."

"Kau, ingin ke makam adikmu?" Tanya pino. Shiro menatap wajah Pino dengan bibir yang bergetar.

"Baiklah, Aku akan mengantarmu." Pino berjalan keluar dari kota balai kota. Shiro mengikutinya dengan berjalan seperti mayat hidup.

>Pemakaman Kota Sofya

Shiro menangis menjadi jadi sambil memeluk batu nisan bertuliskan nama adiknya.

"Padahal.. Padahal kau adalah satu satunya keluargaku yang tersisa.. Kenapa kau malah menyusul ayah dan ibu secepat ini.. Maika.."

Perlahan ingatannya mulai kembali.

"3 orang berzirah hitam... Kaisar kecil Venena... Dewi, Siapakah orang orang berzirah hitam itu?" Tanya shiro penuh amarah.

Mereka adalah Ksatria hitam Lyark, bawahan dari kaisar kecil Venena yang bengis." Pino menjelaskan.

"Oh, aku menemukan ini dari jasad adikmu, dia menggenggam ini dengan erat, walau dia sudah meninggal." Pino menyerahkan sebuah Kotak kecil.

Shiro membuka kotak kecil itu.

Deg

"I-ini.."

>Sebelum Penyerangan Ksatria Hitam Lyark

"Selamat ulang tahun, adikku." Shiro menyerahkan kotak kecil kepada Maika.

"Nii apa itu?" Tanya maika.

"Sesuatu yang kamu inginkan." Ujar shiro sambil tersenyum.

Maika membuka kotak kecil itu.

"I-Ini kan, Jepit rambut yang dulu ku inginkan, tapi ini kan mahal, nii, darimana kamu dapat?"

"Aku bekerja untuk ini."

Jelas shiro.

"Aku tidak akan memakainya sekarang, aku akan memakainya nanti malam." Ujar maika, ia menutup kotak kecil itu. Shiro tersenyum.

CRRRTT

Sebuah pedang bercahaya tiba tiba menusuk jantung maika, Shiro yang awalnya tersenyum, Tiba tiba berekspresi menyedihkan.

"Nii, L-Lari!"

"Bodoh! Bagaimana denganmu?!"

"TAK USAH DIPIKIRKAN! CEPAT LARI!"

Shiro menurut dan berlari, Ia menangis menjadi jadi dan terperosok dari atas bukit.

>Flashback off

"Shiro.."

"Maika... Maafkan aku, seharusnya aku tidak lari.." Shiro menggenggam erat kotak kecil itu.

"Shiro, Karena kau adalah satu satunya korban selamat, maka aku akan memberimu sebuah rumah." Ujar pino.

"Dewi? Kau serius?" Tanya shiro.

"Sebelum itu, mari kita berkeliling kota dulu."

Ajak pino.

"Tapi kau adalah kepala balai disini, Mana mungkin berjalan bersamaku." Shiro tak tau harus bagaimana.

"Tak apa apa, Lagipula, Karakteristik tubuhmu, mirip seperti seorang pahlawan di zaman dulu, kau pernah dengar legenda nya?" Tanya pino.

"Tidak." Singkat Shiro.

"Ah, intinya, Rambut, warna mata dan warna kulitnya persis denganmu. Namun, sang pahlawan itu hanya memiliki sebelah penglihatan, karena mata kanannya tak berfungsi." Jelas pino.

"Mata kananku juga tak berfungsi." Dingin shiro.

"Shiro, entah kenapa, kau jadi bersifat dingin begini."

"Rasanya, hatiku sudah hancur, oh ya dewi, Aku ingin ke Rugio, ada sesuatu yang ingin ku ambil." Shiro menyimpan tangannya di saku celana nya.

"Boleh, tapi kalau berjalan pasti akan melelahkan, Kita harus berteleportasi." Ujar pino.

"Bukannya berjalan kaki itu olahraga yang bagus untuk melangsingkan kaki?" Tanya shiro.

'Sepertinya, Shiro sudah baikan.' Batin pino.

"Ndasmu melangsingkan kaki. Sini." Pino memeluk Shiro.

"D-Dewi, orang orang bisa salah kira, mereka menatapku."

"MAAATIIII KAU ORAANG BARUU..." Ujar para pria yang sedang berjalan di pusat kota.

Shiro menutup mata nya, Mereka berteleport ke rugio. "He, Kamu punya kekuatan teleport ya." Puji Shiro. "Ah, mana ada, aku pakai tiket teleportasi." Sangkal Pino.

Shiro berjalan menuju reruntuhan rumahnya. Terdapat bercak darah di tempat Maika dibunuh. Shiro berjalan menuju sebuah ruangan yang di pintu nya terdapat tulisan 'Maika Nishikujou.'

"Sebenarnya kau mau apa ke sini, shiro?" Tanya pino.

"Aku ingin mengambil barang barangku yang masih bisa dipakai."

Shiro mengambil Baju kesayangan Maika, "Kau ingin memakai itu?" Tanya Pino. "Ini untuk kenang kenangan tau."

'Maika, Walau kau sudah tiada, Aku selalu merasakan dirimu yang berada di sampingku.' Batin Shiro sambil memeluk baju Sakura Kimono IV milik maika.

"Aku akan ke kamar ku dulu, Anda tunggu disini saja." Ujar shiro, Shiro segera pergi ke kamarnya yang sudah hancur berantakkan.

Pino melihat lihat isi lemari maika, Ia meletakkan jari tangannya di lemari itu, Cahaya menyelimuti lemari itu, Ia mencoba memindahkan semua pakaian Maika ke rumah Shiro yang baru.

Ia membuka laci di samping kasur maika.

'Maika-san, Ternyata kamu cantik juga ketika tersenyum.' Pino Mengambil foto maika dan shiro yang sedang berpelukan itu.

"Apa ini?" tanya Pino. Ia mendapatkan sebuah buku bertuliskan 'Diary Maika Nishikujou.'

Ia membuka buku itu.

>Diary maika

'04 November 2019

Aku senang sekali, Kakak membelikan ku buku ini, Dia bilang ini adalah hadiah ulang tahunku yang ke 14,Kakak sangat menyayangiku. Aku akan mencurahkan perasaanku disini.

01 Januari 2020

Tahun baru ya, Aku harap, Aku bisa menikah bersama kakak, tapi mana mungkin, hehe. Hari ini aku mencoba berlatih skill Panah, kakak sudah membelikan ku buku panduannya.

03 November 2020

Besok hari ulang tahunku, Besok aku akan mengatakan perasaanku pada kakak, Aku sangat, sangat, sangat mencintainya. Semoga, Usiaku masih panjang.'

Tanpa sadar, Air mata pino menetes, walau sedikit.

"Dewi, Eh? Kenapa kau membuka buku harian adikku? Dan kenapa kau malah menangis?"

Pino tak menjawab, ia menghapus air mata nya dan menyerahkan buku harian Maika pada Shiro.

"Maafkan Aku, Shiro." Pino menempelkan tubuhnya di tubuh shiro. "Kau kenapa sih?" Shiro mengelus-elus punggung pino untuk menenangkannya.

"Kita kembali ke Sofya." Ujar Shiro.

>Malam

>Sofya City

>Rumah baru shiro

"Dewi Pino memindahkan semua pakaian Maika kesini." Shiro menatap kikuk lantai yang penuh dengan pakaian maika. "Bahkan pakaian dalam maika juga ia pindahkan."

"Nah, Setelah aku membereskan pakaian Maika, Aku akan mempelajari Sword Skill." Shiro segera mengumpulkan pakaian maika dan melipatnya. Ia memasukkan pakaian maika di lemari.

Tak main main, Pino membelikan shiro rumah yang sangat besar, Layaknya mansion, Ayolah, Mansion sebesar ini hanya untuk seorang diri? Menyedihkan.

Pino juga menjanjikan akan memberi shiro 20 Juta spina, untuk membeli perlengkapan.

"Yare yare, Selesai juga, Aku ingin mandi dulu."

Shiro mengambil handuknya dan berendam di kamar mandi.

"Mandi air hangat setelah seharian berjalan memang sangat mantap."

Sangking nyamannya, Shiro sampai terlelap disana.

"Loh? Dimana? Ini, Rugio."

"Shiro nii." Maika berdiri di belakang shiro.

"Maika."

"Ada yang ingin aku bicarakan sama shiro nii." Maika tersenyum.

"Kau, masih hidup?" Tanya shiro.

"Tentu tidak, shiro-Nii." ujar maika tanpa menghapus senyumannya.

Bersambung

Next chapter